Pages

Monday, January 21, 2013

WHAT IS LOVE? [Season II] "LOVE IS BLIND" Part 5 [Fanfiction EXO Kai]


WHAT IS LOVE? :: "Love is Blind"
Part 5

Cast:
EXO-K s Kai as Kim Jongin aka Kai
GG s Yuri as Kim Yuri (Jongin s older sister)
GG s Yoona as Jung Yoona
F (x) 's Sulli as Choi JinRi
SHINee s Taemin as Lee Taemin
GG s SeoHyun as Joo SeoHyun

Rating: PG-17
Genre: Romance


*Tiffany POV*
“Akan ku gunakan segala cara untuk mendapatkanmu! Akan ku buat kau bertekuk lutut padaku!!! Mungkin ini sangat tidak adil untukmu! Tapi kau harus membayar semua pelecehanmu padaku selama ini, terutama saat di rumah sakit saat itu!”, ujarku tersenyum licik sambil meremas fotoku bersama Kai.
<FlashbackON>
-Seoul Hospital-
*Tiffany POV*
“Kai... Apa yang harus kulakukan??”, isakku dalam pelukan Kai.  JongIn sangat tak nyaman dengan itu. “Maukah kau bertanggung jawab?”, tanyaku yang membuatnya tersentak, dan melepas pelukanku dengan kasar.
“Apa maksudmu??!”, tanyanya. “Menurutmu?? Aku hamil, kau puas?!”, sentakku.
“Mwo??! Haha.. Memang aku ini siapamu?? Apa hubungan kita??!  Kita bahkan bukan sepasang kekasih!! Apa hak mu memintaku untuk bertanggung jawab?!!”, bentaknya padaku membuatku tersentak.
“Kai.. Lalu selama ini kau anggap apa aku?? Bukankah aku selalu ada di sisimu dan menghiburmu saat mood mu sedang buruk??!”, tanyaku pelan menahan tangis.
Kai tersenyum sinis padaku, “Kau hanyalah tong sampah bagiku! Tempat dimana aku membuang bebanku, dengan cara menikmatimu!! Kau mengerti?? Jadi jangan salah paham dengan semua perlakuan manisku padamu selama ini!! Bagiku, kau hanyalah yeoja penghibur! MU-RAH-AN!!!”, terangnya dengan nada yang menekan dan tersenyum enteng, lalu berlalu meninggalkanku.
Aku diam terpaku, bulir-bulir air mataku mengalir deras. Perasaanku tertusuk sangat dalam mendengar ucapannya yang begitu tajam padaku. Aku mengepalkan kedua tanganku menahan emosiku.

*JinRi POV*
Aku memandang foto-foto Kim JongIn yang  selama ini aku potret diam-diam. “Aku tak sanggup menahan perasaan ini lagi. Bagaimana ini??!!”, ungkapku sambil memukul pelan dadaku. “Disini, perasaan ini sungguh sesak rasanya.”
“Mianhe, Lee TaeMin..”, lirihku menatap sendu foto JongIn yang sedang bersama TaeMin.
*TaeMin POV*
Entah setiap melihat JinRi, membuat perasaanku berbunga-bunga. Aku seperti orang gila, tersenyum-senyum sendiri melihat foto yeojachingu yang ku cintai, Choi JinRi.
“Aku merindukannya, aku ingin melihat wajahnya secara nyata, haruskah aku menemuinya sekarang?”, pikirku. Lalu meraih handphone ku, dan mengirim sms pada JinRi.
To: 해바라기 (My Sunflower)
Kau sibuk?
From: 해바라기 (My Sunflower)
Tidak, wae?
To: 해바라기 (My Sunflower)
Aku merindukanmu.. Bisakah kita bertemu sekarang??
From: 해바라기 (My Sunflower)
Uhmm, ne. Kebetulan aku ingin berlatih balet. Bagaimana kalau bertemu di sanggar tari??
To: 해바라기 (My Sunflower)
Oke, my princess.. ^^
---
-Dance Room-
*Author POV*
TaeMin tiba di sanggar tari dengan nafas yang terburu-buru. Di depan pintu masuk ia bertemu Mss.HyoYeon. “Noona, apa JinRi sudah datang??”, tanya TaeMin pada Mss.HyoYeon.
“Uhmm,, dasar, Lee TaeMin!! Jangan macam-macam disini yaa!! JinRi sudah ada di dalam.”, jawab Mss.HyoYeon. TaeMin dan HyoYeon memang akrab, karena ternyata HyoYeon adalah sunbae’nya saat berlatih dance di sanggar dulu. TaeMin dan HyoYeon pun juga baru menyadarinya akhir-akhir ini, karena sudah lama sekali mereka tak bertemu.
Matanya mencari-cari keberadaan JinRi disana. Lalu dilihatnya JinRi sedang merenggangkan tubuhnya sebagai pemanasan di dance room. TaeMin tersenyum melihatnya, namun ia enggan masuk. Dia ingin melihat aksi JinRi berlatih dari kejauhan, yang biasa ia lakukan selama ini.
Seperti biasa juga TaeMin melihat kagum JinRi yang sedang menari lincah, bagaikan peri yang terbang indah kesana kemari.
---
Prookk..proook..prookk.. TaeMin bertepuk tangan setelah JinRi selesai menari. JinRi cukup terkejut, dan malu karena ternyata ada yang melihat aksinya tadi.
“Kau ini!!! Selalu begitu!!”, kesal JinRi. TaeMin hanya cengar-cengir menanggapinya. JinRi terduduk santai di lantai untuk melepas lelah. TaeMin juga duduk di sampingnya, memandangi wajah JinRi yang berkeringat.
“Kenapa memandangiku terus??”, tanya JinRi yang merasa risih dengan tatapan TaeMin.
“Yeppeo! Aku ingin mengamatimu seperti yang kau lakukan padaku selama ini.”, jawab TaeMin tersenyum lembut. JinRi menatapnya bingung, “Memang apa yang kulakukan selama ini padanya?”, batin JinRi.
TaeMin merogoh sakunya, dan mengambil beberapa lembar surat. “Masih teringat jelas isi suratmu ini. Kau bilang, bahwa kau bagaikan bunga matahari. Dan aku adalah mataharinya. Aku terkesan karena itu. Jadi sekarang aku ingin menjadi bunga matahari juga, dan kau mataharinya. Aku akan selalu melihatmu, hanya melihatmu.”, jelas TaeMin dengan raut wajah yang begitu bahagia.
“Jadi surat cinta itu jatuh di tangan TaeMin. Neomu babo JinRi-ya!!”, rutukku dalam hati menatap sendu TaeMin yang begitu bahagia.
“Wae?? Kenapa kau diam?? Kau tersentuh yaa?? Hahaha.. Aku memang namja romantis! Uhmmm.. bagaimana kalau aku matahari, dan kau bulan??! Matahari menyorot bulan hingga bulan itu bersinar indah kan??!”, ucap TaeMin.
“Kalau aku bulan, berarti aku hanyalah yeoja yang cuma bisa bergantung pada namjanya. Karena tanpa matahari, bulan tidak akan bercahaya,, gelap! Kau mau aku menjadi yeoja seperti itu?”, terang JinRi sedikit dingin membuat TaeMin tercekat.
“Mianhe..”, lirih TaeMin.
“Kenapa surat itu berada di tanganmu?”, tanya JinRi. TaeMin hanya diam tak mengerti, menatap JinRi dengan penuh tanda tanya.
“Surat itu,, seharusnya surat itu Kim JongIn yang membacanya!!”, seru JinRi kemudian meneteskan air matanya.
“Mwo??! Maksudmu namja yang kau sukai itu Kim JongIn???”, tanya TaeMin. JinRi hanya terdiam menundukkan kepalanya. “Lalu, kenapa surat itu ada di bangku ku..??!! Kau meletakkan surat itu disana!!”, TaeMin mulai emosi.
JinRi langsung menatap TaeMin kaget, “Mwo??!”. “Jadi aku salah meletakkannya.. TaeMin-ah, mianhe jeongmal mianhe..”, isak JinRi menyesal.
“Seharusnya kau menuliskan nama orang yang kau maksud!! Kau bahkan tak menuliskan nama mu sendiri!! Ciri dan pujian dalam surat itu sangat menggambarkan diriku, jadi aku pikir itu memang untukku!”, seru TaeMin membuat JinRi semakin menyesal.
“Lalu, bagaimana ini?? Aku tahu ini hanya kesalahpahaman, jadi tak ada yang bisa disalahkan. Seharusnya aku tak langsung memakan surat yang kurang jelas itu. Tapi Aku sudah terlanjur mencintaimu, JinRi-ya..!! Kau bisa menghapus perasaanmu pada Kim JongIn dan beralih padaku kan??”, ucap TaeMin sembari memegang kedua bahu JinRi dan menatapnya lekat.
JinRi menggelengkan kepalanya. TaeMin melepaskan kedua bahu JinRi. Tubuhnya lemas melihat jawaban JinRi.
“Lalu kenapa kau menerima pernyataan cintaku??!”, tanya TaeMin lirih.
“Maaf, maafkan aku ,Lee TaeMin.. Aku pikir JongIn tak menyukai suratku itu, jadi mungkin akan sia-sia jika aku terus menunggunya. Aku menerima cintamu, mencoba membuka mata hatiku untukmu. Tapi sampai sekarang, aku tak bisa melakukannya.”, isak JinRi.
“JinRi-ya, taukah kau? Kau mencintai orang yang salah!!! Kim JongIn, bagaimana bisa yeoja sepertimu mencintai nappeun namja seperti dia!! Dia bahkan tak lebih baik dariku!!!”, seru TaeMin memegang kedua bahu JinRi dengan kasar.
Tubuh JinRi bergetar, air matanya mengalir semakin deras. “Aku tahu. Kalau hatiku bisa mengikuti jalan otakku, aku akan memilihmu daripada dia, Lee TaeMin. Aku benci perasaan ini, Tapi... Hatiku sudah.. Mata hatiku sudah tertutup, mengunci Kim JongIn di dalamnya. Mianhe~”, lirih JinRi dalam isakan tangisnya.
---
*JongIn POV*
Aku berhenti di depan sanggar tari yang dulu sering ku datangi bersama TaeMin saat SMP. Entah ada dorongan apa hingga membuatku kemari. Aku masuk dan bertemu dengan seorang yeoja. “Annyeong Haseyo”, sapanya ramah. Aku menatapnya lekat, sepertinya aku tak asing lagi dengannya. Dia juga menatapku dari ujung kaki sampai kepala.
“Kim JongIn..!!!!!”, serunya. Aku memandangnya heran. “Hei! Aku Kim HyoYeon!! Kau tidak ingat?? Aku ini sunbae’mu, kita dulu sering berlatih bersama!!”, ujarnya dan membuatku ingat padanya. Aku tersenyum senang melihatnya. “HyoYeon noona..!!!!”, seruku memeluknya.
“Sudah bertahun-tahun kau tidak kemari! Sombong sekali!!? Sekarang kau datang dengan penampilan yang sekeren ini. Kau tumbuh dengan sangat baik yaa??!”, puji HyoYeon noona melepas pelukan kami.
“Kau juga noona!! Kau semakin cantik, membuatku hampir tak mengenalimu!”, pujiku sambil mengedipkan mata dan memamerkan killer smile ku. “Aiiiissh!! Jangan menggodaku!!”, keluhnya.
“Kenapa tiba-tiba kau kemari? Apa kau ingin menemui TaeMin?”, tanyanya. “Mwo??! TaeMin ada disini?”, tanyaku balik. HyoYeon noona mengangguk.
“Baguslah! Dimana dia sekarang?”, tanyaku. “Ada di dance room.”, jawabnya singkat. Lalu aku bergegas kesana.
---
*Author POV*
JongIn hendak masuk ke dalam dance room, namun langkahnya terhenti ketika melihat TaeMin membentak JinRi. Dan bermaksud menguping mereka.
 “Apa kau buta??! Apa kau tidak bisa membedakan namja yang baik dengan namja yang tidak baik untukmu..??!!!!!”, murka TaeMin sembari meremas surat tulisan JinRi ,dan melemparkannya ke depan JinRi. TaeMin bergegas keluar dari ruangan itu, tanpa mengetahui JongIn bersembunyi di balik dinding.
JongIn mengintip ke dalam ruangan dance tersebut, melihat JinRi menangis sesenggukan. JinRi duduk memeluk erat kedua lututnya, dan menenggelamkan kepalanya.
JongIn mendekati JinRi. “Kau!! Apa kau mencampakkan sahabatku?!! Baru kali ini aku melihatnya semarah itu.”, ujar JongIn menyadarkan JinRi dari tangisannya.
“Kim JongIn..”, lirih JinRi menegakkan kepalanya menatap JongIn yang berdiri di depannya.
“Aku tak menyangka yeoja sepertimu bisa melakukan itu! Siapa namja itu hingga kau menyakiti perasaan Lee TaeMin?!”, tanya JongIn tersenyum sinis.
JinRi menunduk lagi, tak berani menatap JongIn. JongIn tersenyum remeh ,”Aku tahu kau tak akan berani menjawabnya. Tidak punya mulut!”, sindir JongIn lalu berbalik meninggalkan JinRi.
“Kau! Namja itu adalah Kim JongIn. Aku menyukaimu, JongIn-ah!!”, seru JinRi menghentikan langkah JongIn, menoleh ke arah JinRi yang masih terduduk di lantai.
JongIn menatapnya tak percaya. JinRi berusaha berdiri, walau sebenarnya kepalanya terasa sakit untuk berdiri tegap. Dia melangkah mendekati JongIn.
“Wae? Kenapa kau diam??! Apa aku tak berhak menyukaimu??!”, tanya JinRi tepat di depan JongIn yang hanya diam terpaku, seakan tersihir oleh tatapan JinRi yang tajam dan sayu, yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
JongIn berjalan mundur dengan langkah pelan, mencoba menghindari tatapan mematikan JinRi. Sedangkan JinRi terus melangkah mengikuti JongIn. Hingga pada akhirnya langkah mereka sama-sama terhenti, karena sudah menabrak dinding.
JinRi mengunci tubuh JongIn, kedua tangannya berada di dada bidang JongIn. “Wae??! Kenapa aku mencintaimu??? Jelas-jelas kau namja yang buruk!! Tapi kenapa aku tetap menyukaimu??!”, ungkap JinRi memandang sayu JongIn yang sama sekali tak berkutik.
*JongIn POV*                                                     
Dia sedikit mendongakkan kepalanya menatapku, karena aku lebih tinggi darinya. Deg!deg!deg! Jantungku berdetak kencang. “Kenapa?! Kenapa?! Aku tak berontak?!! Ada apa denganmu, Kim JongIn..?!!”, rutukku dalam hati. Apa dia penyihir?! Kenapa tubuhku terasa kaku, tapi jantungku, perasaanku berdegup semakin lama semakin cepat. Pikiranku pun terasa panas, rasanya otakku ini ingin meledak. Aku hanya diam membiarkannya menatapku lekat dan mengunci gerak tubuhku. Entah karena takut dengan tatapan dan sikapnya yang tiba-tiba berubah, atau aku.......
“Tidak! Aku tidak mungkin jatuh begitu saja!”, yakinku. Tapi sungguh, baru kali ini aku merasakan perasaan aneh seperti ini.
*JinRi POV*
Aku masih menatapnya, mataku menelusuri seluruh lekuk wajahnya. Baru kali ini aku mengamatinya sedekat ini. Salah satu tanganku terdorong untuk menyentuh lembut wajahnya. “Wae? Kenapa tatapanmu terlihat ketakutan??”, tanyaku padanya. Nafasnya juga tak beraturan.
Buuuk... Tiba-tiba tubuh JongIn lemah dan jatuh ke dalam pelukanku. Aku terkejut karenanya, dia pingsan. Aku berusaha menopang tubuhnya yang berat. Dan mencoba menyadarkannya, tapi hasilnya nihil.
“Mss.HyoYeon...!! Tolong aku!!!!”, teriakku meminta pertolongan, karena aku hampir tak sanggup lagi menahan tubuhnya, bisa-bisa aku akan terjatuh.
“Ne! Ada apa??! Omona, JongIn-ah!!! Dia kenapa, JinRi-ya???”, seru HyoYeon dan langsung membantuku memapah tubuh JongIn.
---
-TaeMin’s Home-
*Author POV*
TaeMin merebahkan tubuhnya di ranjang kamarnya. Pikirannya sedang kacau, ia memejamkan kedua matannya, berusaha berpikir sejernih mungkin dan  menahan emosi yang ia rasakan. Tapi setiap ia mengingat pengakuan JinRi tadi, membuat emosinya memuncak lagi. Dia beranjak dari tempat tidurnya, menghampiri meja belajarnya. Ada beberapa figura kecil yang berisi foto JinRi bersamanya yang diletakkan di atas meja belajarnya itu, agar ia bisa selalu melihat bunga mataharinya saat belajar. Tapi kini perasaannya hancur karena yeoja itu, yeoja yang membuatnya jatuh cinta, dan mengubahnya menjadi namja yang lebih baik.
“Maaf, maafkan aku ,Lee TaeMin.. Aku pikir JongIn tak menyukai suratku itu, jadi mungkin akan sia-sia jika aku terus menunggunya. Aku menerima cintamu, mencoba membuka mata hatiku untukmu. Tapi sampai sekarang, aku tak bisa melakukannya.” Kata-kata itu terus terngiang-ngiang dalam ingatan TaeMin.
“Haaaaaaach!!!!!!!!!”, teriak TaeMin. Brraaak... sembari menggebrak meja belajarnya, hingga salah satu fotonya dengan JinRi terjatuh ke lantai dan pecah. TaeMin memandang sayu foto tersebut. Dia tak  sanggup lagi membendung air matanya. “Wae?? Kenapa kau lebih memilihnya daripada aku??! Apa kelebihan dia dariku???!!! Aku yang pertama kali melihatmu!!!!!”, isak TaeMin.
“Aku tahu. Kalau hatiku bisa mengikuti jalan otakku, aku akan memilihmu daripada dia, Lee TaeMin. Aku benci perasaan ini, Tapi... Hatiku sudah.. Mata hatiku sudah tertutup, mengunci Kim JongIn di dalamnya. Mianhe~” Kata-kata JinRi teringat lagi olehnya. TaeMin membanting semua foto-foto JinRi saat bersamanya. Emosinya benar-benar memuncak. Ia juga membanting semua barang-barang yang ada di meja belajarnya. Hingga matanya menangkap sebuah buku diary yang selama ini ia simpan.
Buku diary yang sangat tebal milik Choi JinRi yang ia simpan sejak tabrakan kecil di perpustakaan lalu. TaeMin terduduk di pinggir kasurnya, dan membuka diary tersebut, ia ingin membacanya.
Page1 -9 January 2007-
Ini sungguh menyebalkan..!!!!! Aku tidak mau melakukannya!! Appa, Umma, kenapa kalian memaksaku untuk kursus..?!! Aku benar-benar tidak berminat..!! Kenapa harus menari..?! Sungguh menjengkelkan melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan pribadi!! Dear diary,, apa yang harus ku lakukan???
Page4 -14 Januari 2007-
Hari ini di sanggar, seorang murid yang bernama KIM JONG IN merayakan ulang tahunnya. Dia mengumpulkan seluruh anggota sanggar di salah satu dance room. Aku pikir sangat aneh, seorang namja 14 tahun merayakan ulang tahunnya, kekanak-kanakkan batinku. Tapi perayaan itu tidak seperti yang aku bayangkan, membagikan kue, atau menerima kado, TIDAK. Dia mengadakan pertunjukkan kecil. Dia menari dengan sangat lincah, sungguh mengagumkan!! Untuk pertama kalinya aku menyadari bahwa dance itu ternyata sangat menarik.
Setelah dia memamerkan kemampuannya sendiri, dia menunjuk salah satu dari kami untuk menari di depan. Apa kau tahu siapa yang ditunjuk pertama kali?? AKU..!!! Jantungku terasa berhenti berdetak ketika ia menunjukku. Yaa Tuhan,, betapa gugupnya aku saat itu, aku bahkan belum genap 1 bulan kursus di sanggar tari itu, apa yang akan ku tunjukkan  padanya. Akhirnya aku berterus terang saja kalau aku belum bisa menari. Aku tahu pasti mereka akan menertawaiku, tapi bukankah akan lebih baik jika aku berterus terang saja dari awal?! Yaa benar saja, mereka semua menertawaiku, bahkan ada yang mengejekku secara terang-terangan dan berbisik-bisik. Namun, hanya dia yang tak menertawaiku, dia malah mengulas senyum lembut padaku. “Gwaenchanayo~ Kita sama-sama belajar disini.. Kau anak baru kan? Siapa namamu?”, ucapnya ramah. Kata-kata yang terdengar biasa, namun tidak pada pendengaranku. Suara ricuh di ruangan terasa hening mendengar ucapan lembutnya tadi, terasa hanya kami berdua yang berdiri disana. “Sulli. Panggil saja aku Sulli.”, jawabku malu-malu. Aku memang sengaja hanya memberitahunya nama panggilan masa kecilku saja. Dia tersenyum lagi padaku. Aku menatapnya kagum. Maybe, I’m falling in love with him, with Kim JongIn..?
Sehabis membacanya, TaeMin berhenti sejenak. “Sulli....?”, gumamnya mencoba mengingat kembali masa lalunya.
^FlashbackON^
-4 years a go-
*TaeMin POV*
Kulihat gadis itu selalu mengintip Kim JongIn saat berlatih di balik pintu setiap ada kesempatan. Dia juga sering mengikuti kemana JongIn pergi, kecuali ke toilet. Entah Kim JongIn menyadarinya atau tidak, tapi yang jelas aku menyadarinya. Walau bukan aku yang diamatinya, tapi aku sebagai sahabat JongIn yang senantiasa mendampinginya(?) cukup merasa risih karenanya.
“Hei!! Gadis penguntit!!”, seruku mengagetkannya saat ia sedang terkagum-kagum di balik pintu melihat JongIn berlatih. “Apa kau menyukainya??”, lanjutku membuatnya menunduk malu, pasti pipinya memerah.
“Apa urusanmu?”, tanyanya. Aku tertawa kecil, “Dia sahabatku, jelas itu juga urusanku!”, jawabku. Tanpa menanggapiku ia langsung berlari meninggalkanku. Aku sungguh heran melihat tingkah anehnya itu.
“TaeMin-ah, ada apa??”, tanya JongIn yang tiba-tiba sudah ada di sampingku. “Uhmm, gadis penguntit itu.. Apa kau tidak risih dengannya??”, tanyaku to the point.
“Mwo??! Gadis penguntit?”, tanyanya tak mengerti. “Kau ini!! Gadis balet itu... Yang pernah mengaku belum bisa menari di depan kita semua saat ultah mu ituuu....!”, jelasku.
“Oh.. Sulli??”, sahutnya. “Owh.. Namanya Sulli.. Huuh! Dasar Gadis penguntit!!”, gerutuku.
“Hahaha.. Hei, yang diuntitnya kan aku. Kenapa malah kau yang susah??! Kau merasa tersaingi olehnya yaa??! Astaga, Lee TaeMin..!! Aku ini masih normal..!”, ujar JongIn menggodaku dan berlalu dari hadapanku. Aku hanya mendengus kesal.
^FlashBackOFF^

“Benar! Choi JinRi, si gadis penguntit itu!”, gumam TaeMin yang berhasil mengingat masa lalunya. “Pantas! Wajahnya tak asing bagiku! TaeMin-ah, baboya!! Kenapa kau baru mengingatnya!!!”, rutuk TaeMin pada dirinya sendiri. Lalu ia melanjutkan ke lembar selanjutnya.
Page9 -28 Januari 2007-
Aku berlatih keras, niatku untuk menjadi ballerina sudah kuat. Itu karena matahariku, Kim JongIn. Aku merasa mendapat energi positif darinya hanya dengan melihatnya. Aku memang tidak dekat dengannya. Aku hanya mengamatinya dari kejauhan. Aku tak punya nyali mendekatinya, walau dia memang tak menakutkan. Tapi aku sangat gugup saat  berada di dekatnya, bersimpangan pun membuat jantungku berdebar kencang. Jadi lebih baik aku hanya melihatnya dari kejauhan, itu saja sudah membuatku bahagia. Aku bagaikan bunga matahari bukan??
Page12 -3 Februari 2007-
Dear, Matahariku, Kim JongIn..!!! Astaga..!! Apa pipiku memerah??! Sungguh gugup berada di dekatnya, rasanya ingin pingsan di pelukannya..! Kaki ku terkilir saat aku berlatih balet sendiri di dance room. Matahariku, Kim JongIn menghampiriku cemas. “Gwaenchanayo, Sulli-ya?”, tanyanya padaku sambil memeriksa kakiku. Aku hanya diam menatapnya. Dia mengambil handuk kecil yang ia sampirkan di bahunya. Lalu bergegas pergi mengambil es batu,, dan setelah itu diusapkan es batu yang dibalut handuknya itu di kakiku yang terkilir. Tapi belum puas aku memandanginya, dia sudah buru-buru pergi dan meninggalkan bersama kompresan itu. Handuk kecil itu, aku masih membawanya. Haruskah aku mengembalikannya?? Bolehkah aku menyimpannya saja? Tuhan,, sungguh aku menyukainya. Aku Choi JinRi mencintai Kim JongIn..!!
Page220 –1 Maret 2008-
Aku harus melanjutkan sekolah di Seoul Gangnam-gu High School..!! Harus..!!! Aku dengar matahariku ingin melanjutkan sekolahnya disana juga. ^^
Page225 -6 Maret 2008-
Apa yang harus kulakukan?? Appa dan Umma ingin pindah ke Incheon..???! Andwe!!!! Aku harus melanjutkan sekolah disini!! Bagaimana bisa aku hidup tanpa melihatnya??! Bagaimana bisa bunga matahari bertahan hidup tanpa mengikuti mataharinya??!
Page234 –17 Maret 2008-
Horay!!!!!! Akhirnya aku bisa satu sekolahan dengannya..!! Aku sangat sedih tidak bisa tinggal bersama umma dan appa lagi. Tapi tidak masalah, tetap tinggal di Seoul bersama ajjumma dan MinHo oppa  juga menyenangkan. ^^/
TaeMin tidak melanjutkan membacanya, matanya sudah panas. Ia menutup buku diary itu, tubuhnya lemas, emosinya pun juga sudah mereda. Dia meletakkan buku diary itu di samping tempat tidurnya. TaeMin tersenyum pahit, lalu memutuskan untuk tidur, mengistirahatkan fisik, perasaan, dan pikirannya.

-Next Day-
*JongIn POV*
Aku membuka kedua mataku perlahan, dan berusaha bangkit dari tidurku. Kepalaku terasa berat. “Ada apa denganku..?”, gumamku.
“JongIn-ah..”, sapa YuRi noona yang baru saja masuk kamarku. “Noona, kenapa kau kemari dengan tangan kosong? Seharusnya kau membawakanku bubur...!!! Aku lapar...!”, keluhku.
“Aiiiisssh!!! Kau ini!!! Baru 2 kali pingsan begitu saja sudah sok manja!!”, kesalnya dan bergegas keluar dari kamarku. “Eh, noona!!!”, panggilku dan menghentikan langkahnya. “Wae?!”, sahutnya berbalik sinis.
“Siapa yang mengantarku pulang kemarin?”, tanyaku. “Oh! Choi Jin.... Choi JinMan yang mengantarmu.”, jawabnya langsung pergi. Gerak-geriknya sangat mencurigakan, pasti dia berbohong padaku.
“Choi JinMan?? Siapa dia??! Uhmmmm,, apa yang dimaksud noona sebenarnya adalah Choi Jin..Ri??!!!”, pikirku.
Deg!deg!deg! “Sebenarnya ada apa denganku??!! Choi JinRi.. Apa aku jatuh cinta padanya? Ah! Tidak mungkin!! Tapi perasaan ini..”, gumamku memegang dadaku merasakan detak jantungku yang berdegub dengan kencang lagi.

-School-
*Author POV*
TaeMin menelusuri koridor dengan tatapan sayu di matanya. Entah langkah kakinya mengantarkannya ke kelas JinRi. Ia melihat JinRi duduk murung di bangkunya, matanya juga terlihat sembab karena menangis kemarin. TaeMin yang melihatnya menatapnya sedih dari depan pintu kelas.
Tiba-tiba JinRi menoleh ke arah pintu kelas, dan melihat TaeMin sedang berdiri disana. TaeMin yang merasa ketahuan akan keberadaanya menjadi salah tingkah. Akhirnya dia memberanikan diri untuk menghampiri JinRi, walau sebenarnya lukanya belum sembuh.
“Kau baik-baik saja??”, tanya TaeMin. JinRi menatapnya dengan tatapan yang penuh penyesalan, dia masih sangat merasa bersalah pada TaeMin.
“Ternyata kau masih menyimpannya??”, tanya TaeMin tersenyum pahit menunjuk sebuah pin berbentuk sunflower yang dulu ia berikan pada JinRi.
“Wae? Apa aku tak boleh menyimpannya??”, tanya JinRi lirih.
TaeMin melepas pin itu dari tas JinRi, dan memasukkan pin itu ke saku seragamnya. “Tidak boleh! Karena kau bukan bunga matahariku..”, jawab TaeMin dingin.
JinRi menundukkan kepalanya, “Maafkan aku, Lee TaeMin. Aku tahu, aku tak pantas menerima maafmu, tapi setidaknya kau sudah tahu.”, ungkap JinRi hingga ia menitikkan air mata.
TaeMin memandangnya sendu dan membatin ,Cukup! Jangan menangis lagi!! Sudah berapa liter air mata yang sudah kau keluarkan selama ini?? Bagaimana bisa kau memendam perasaan itu selama bertahun-tahun, Sulli-ya..??!
TaeMin berusaha menutupi perasaannya. “Jangan merasa bersalah lagi! Aku sudah memaafkanmu. Karena kau sudah mengembalikan pin sunflower ini.”, ucapnya lalu meninggalkan JinRi.
SooJung yang baru saja kembali dari kantin, melihat TaeMin keluar dari kelasnya. “JinRi-ya!!! What happened?? Apa namja cantik itu mencampakkanmu???!”, tanya SooJung yang terkejut melihat JinRi menangis.
JinRi menghapus air matanya sendiri dan berusaha tersenyum. “Tidak. Dia sama sekali tidak menyakitiku, tapi aku yang menyakitinya. Oiya, Namanya LEE TAEMIN..!!! Berhenti menyebutnya namja cantik!! Memangnya namjachingu mu itu tidak cantik?! Dia bahkan lebih cantik  darinya!”, ujar JinRi dan sedikit menggoda SooJung.
“Mwo??!!! Hei!!! Park ChanYeol itu namja tampan dan manis!! Suaranya saja sangat manly!!!”, bela SooJung tidak terima. JinRi tertawa mendengarnya.
“Ehem.. Ehem.. Aku namja yang tampan dan manis??!!”, gumam ChanYeol yang sudah ada tepat di belakang SooJung, tanpa ia sadari.
“Mwo??!! Sejak kapan kau ada disini??!”, kejut SooJung.
“Sejak kau bilang ,Park ChanYeol itu namja tampan dan manis!! Suaranya saja sangat manly!!! Hahahahaha... Baru kali ini aku mendengarmu memujiku. Di depanku kau selalu menjelek-jelekkanku, tapi di belakangku kau selalu memujiku yaa..?!!!!”, ucap ChanYeol menggoda yeojachingunya.
“Itu lebih baik kan?! Daripada sebaliknya!!?”, ujar SooJung santai menutupi rasa malunya pada ChanYeol. JinRi tertawa melihat tingkah mereka, itu cukup bisa menghiburnya.
“SooJung-ah, aku ingin bicara berdua denganmu. Kita ke taman saja ya?”, pinta JinRi. “Baiklah. Park ChanYeol, menyingkir!! Jangan mengikuti kami, ne..?!”, seru SooJung menyeret JinRi keluar kelas. ChanYeol hanya cemberut menatap mereka pergi.
---
“Ada masalah dengan namjachingumu??”, tanya SooJung membuka pembicaraan.
“Ne. Sebenarnya bukan Lee TaeMin yang ku sukai.”, ujar JinRi menatap lurus ke depan.
“Mwo??! Lalu siapa namja yang kau sukai itu?? Oh!! Tidak!! Jangan bilang kalau kau menyukai sahabatnya, yang kau bilang bad boy itu!!”, kejut SooJung menatap JinRi serius.
JinRi mengangguk, “Memang benar, aku menyukainya. SooJung-ah, aku ingin mempertahankannya di hatiku! Aku harus mendapatkanya!! Aku tidak mau perasaan yang ku pendam selama bertahun-tahun ini dibuang sia-sia begitu saja.”, ungkap JinRi penuh keyakinan.
SooJung bingung menanggapinya, di sisi lain ia tidak setuju jika sahabatnya menyukai nappeun namja, namun di sisi lain lagi ia tak mau melihatnya sedih karena cintanya tak tergapai. “Uhmm... Aku mungkin tak memahami perasaanmu. Tapi aku yakin kau pasti tahu mana yang terbaik untukmu, sebagai teman aku akan mendukungmu. Aku pikir namja itu memang lebih tampan dari Lee TaeMin si namja cantik itu. Selain itu dia juga manly, dan sexy..!! Kau hanya perlu mengubah sifatnya yang buruk itu..”, terang SooJung.
“Hei!!!!”, teriak ChanYeol dengan penuh amarah yang tiba-tiba datang dari balik pohon.
“Astaga!! Kenapa kau ada disini?!!! Apa kau ini jin, ChanYeol-i?”, kejut JinRi.
“Bukan! Aku ini Happy virus! SooJung-i,, kau tadi bilang apa??! Namja itu memang lebih tampan?! Selain itu dia juga manly, dan sexy..!! Siapa dia???!! Kau sedang memuji siapa??!”, kesal ChanYeol.
“Yang jelas bukan memujimu! Hei!! Kau menguping yaa??!”, kesal SooJung juga. “Mwo??!! Tidak! Aku baru saja kemari!!”, seru ChanYeol tak mau kalah.
“Haaach,, mereka sungguh kekanak-kanakkan!”, gumam JinRi melihat kedua teman dekatnya itu.

-Seoul Hospital-
*JongIn POV*
“Umma,, apa kau tidak bosan berbaring seperti ini?? Melihatnya saja aku ikut bosan. Umma, apa kau marah padaku? Maafkan aku, aku sungguh anak yang buruk, tapi tampangku tidak buruk kan??! Hehehe.. Umma, aku merindukanmu, merindukan pelukan dan senyuman hangatmu. Jadi tolong segeralah sadar! Jangan mendiamkanku seperti ini!”, ungkapku lirih sembari menggengam hangat tangannya.
“Umma, apa kau tahu kejadian-kejadian akhir-akhir ini?? Ku harap kau tidak tahu. Kalau kau tahu kau pasti sangat marah. Tapi.. Kejadian yang kemarin kau boleh mengetahuinya. Umma, apa aku mulai jatuh cinta pada gadis kolot itu?? Tidak kan??! Tapi kenapa perasaanku seperti ini sekarang?? Sungguh sulit ku definisikan!”, curhatku pada ummaku yang masih terbaring koma. Tiba-tiba jari-jarinya bergerak perlahan.
“Umma, apa kau mendengarku??”, seruku senang melihatnya. Aku bergegas ke ruang dokter, untuk memberitahunya.
---
“Dr.Chen..!!”, panggilku semangat pada dokter yang menangani ummaku. “Oh! JongIn ada apa?? Uhmm, kenapa kau kemari? Kau tidak sekolah??”, tanyanya basa-basi. Dia memang dokter yang kadang menyambi menjadi pembina UKS dan PMR di sekolahku, jadi kami cukup saling mengenal.
“Hehehe.. Aku tadi merasa tidak enak badan. Dokter, ummaku! Umma menggerak-gerakkan jarinya tadi!”, jelasku.
“Jeongmal? Kami akan memeriksanya.”, ujar Dr.Chen segera memeriksa ummaku.
---
“Ini kemajuan yang cukup bagus! Jika anggota tubuhnya mulai bergerak salah satunya, maka akan diikuti oleh lainnya. Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya, kami akan melakukan yang terbaik.”, ujar Dr.Chen tersenyum ramah.
“Benarkah? Gamsahamnida, Dr.Chen..”, ucapku sambil membungkukkan tubuhku.

-Choi’s Family Home-
*JinRi POV*
Tuk..tuk..tuk.. Aku hanya mengetuk-ngetukkan bolpoinku di meja belajarku sedari tadi. Otakku enggan berkonsentrasi untuk belajar. “Apa benar kata YuRi eonni..?? Benar-benar aneh..!”, gumamku memikirkan perkataan YuRi eonni saat mengantar JongIn pulang kemarin.
^FlashbackON^
-Kim’s Family Home-
*JinRi POV*
“JinRi-sshi,, gomawo sudah mengantarkan anak nakal ini pulang..”, ucap YuRi padaku.
“Cheonmanaeyo, YuRi eonni. Aku senang melakukannya.”, balasku tersenyum.
“Uhmm.. Bagaimana dia bisa pingsan? Apa yang terjadi sebelumnya??”, tanyanya.
“Itu karena... Uhmm, aku juga tidak tahu dengan pasti, eonni. Tapi saat dia bersamaku tadi, kami berbicara sedikit, lalu dia tiba-tiba pingsan di depanku.”, jawabku.
“Apa kau sudah mengatakannya?? Kau pasti mengatakannya kan?!! Jadi dia seperti ini.. Ini hal baik untukmu!!”, ucap YuRi eonni. Aku mengerutkan dahiku tak mengerti apa yang ia maksud.
“Baru 2 kali ini JongIn pingsan! Akan ku beritahu rahasia JongIn. Tapi jangan bilang siapa-siapa, ne?!”, ucap YuRi eonni. Aku mengangguk ragu menjawabnya.
“Kim JongIn! JongIn punya kebiasaan aneh!! Saat dia benar-benar jatuh cinta pada seseorang, maka dia akan jatuh pingsan. Hahahaha.. Itu sungguh konyol..!! Tapi dia sendiri yang pernah menceritakannya padaku saat dia jatuh cinta pada Han YeSeul, yeoja yang akhirnya mencampakkannya. Katanya saat dia jatuh cinta itu jantungnya akan berdetak sangat kencang, tubuhnya kaku, dan pada akhirnya tubuhnya lemas lalu pingsan. Kalau dia seperti itu saat di depanmu tadi, berarti dia mulai menyukaimu!! JinRi-ya,, akhirnya usaha dan penantianmu selama ini mulai terbalas kan??!”, terang YuRi tersenyum lembut padaku. Aku hanya diam malu-malu mendengarnya.
^FlashbackOFF^


-Next Day-
-School Canteen @ jam istirahat-
*Author POV*
“Kemarin kau absen, wae?”, tanya TaeMin pada JongIn yang sedang sibuk menyantap ramyeonnya. “Aku sakit.”, jawabnya singkat.
“Mwo? Kau juga bisa sakit rupanya?!!”, sindir TaeMin. “Ya!! Aku kan manusia!! Memangnya aku hantu?!!”, seru JongIn. “Bukankah iya??”, jawab TaeMin enteng.
“Aah! Benar! Kalaupun aku hantu, aku hantu sexy..!!”, ucap JongIn percaya diri. TaeMin hanya berdecak mendengarnya.
“JongIn-ah...”, lirih TaeMin.. “Hmm..”, sahut JongIn.
“Kau... Apa kau menyukai Choi JinRi??”, tanya TaeMin. Sontak JongIn tersedak mendengar pertanyaannya. “Uhuk! Uhuk!!!! Uhuk!! Ya ampuun!!! Kenapa mie ramyeon ini pedas sekali..!!!!”, seru JongIn pura-pura.
“Kau ini!!! Kau kan sudah memakannya sejak tadi, kenapa baru sadar kalau itu pedas??!! Aneh!!!”, gerutu TaeMin.
“Bagaimana?? Kau belum menjawab pertanyaanku. Kau mencoba mengalihkan pembicaraan yaa??”, selidik TaeMin.
“Mwo??! Tidak!! Uhmm,, lagian kenapa kau menanyakan hal itu??! Apa itu penting bagimu??!”, kesal JongIn.
“Jawab saja!! Apa susahnya??!”, seru TaeMin.
“Uhmmm.. Bagaimana yaa??! Dia memang cantik, kulitnya juga terlihat putih dan lembut, rambutnya terurai indah, bibirnya juga cukup sexy menurutku. Tapi kau tahu kan dia bukan yeoja tipeku!!? Dia sebaya dengan kita!! Jadi dia ku E-LI-MI-NA-SI..!!! Lagian cara berdandannya itu tidak seperti yeoja-yeoja yang kusuka!”, terang JongIn menutupi perasaannya.
Tuk.. “Aww, sakit.. babo!!”, rintih JongIn karena kepalanya dipukul sendok oleh TaeMin. “Dasar!!! Apa otakmu itu hanya bisa memikirkan penampilan luarnya saja?!!!”, kesal TaeMin.
“Hei!! Salah sendiri kau menyakan hal itu!! Memangnya kenapa??! Dia kan yeoja chingu mu..?!”, keluh JongIn. “Bukan lagi.”, sahut TaeMin singkat lalu pergi meninggalkan JongIn.
*JinRi POV*
Aku berjalan hendak ke kantin, namun langkahku terhenti ketika melihat JongIn dan TaeMin sedang makan di kantin. “Mereka bahkan masih bisa makan bersama?! TaeMin sungguh baik!! Syukurlah jika hubungan mereka tetap baik!”, gumamku tersenyum dan mengurungkan niatku untuk makan disana.
“Kau... Apa kau menyukai Choi JinRi??”, tanya TaeMin yang terdengar di telingaku, menghentikan langkahku dan mendorongku untuk bersembunyi di balik dinding untuk mengintip percakapan mereka.
“Uhmmm.. Bagaimana yaa??! Dia memang cantik, kulitnya juga terlihat putih dan lembut, rambutnya terurai indah, bibirnya juga cukup sexy menurutku. Tapi kau tahu kan dia bukan yeoja tipeku!!? Dia sebaya dengan kita!! Jadi dia ku E-LI-MI-NA-SI..!!! Lagian cara berdandannya itu tidak seperti yeoja-yeoja yang kusuka!”, terang JongIn. Aku yang mendengarnya dengan jelas merasa terbang lalu dijatuhkan begitu saja.
“Baiklah!!! Jika itu mau mu ,Kim JongIn!!!!”, gumam JinRi menahan emosinya.

-TBC-

No comments:

Post a Comment