WHAT IS LOVE? :: "Love is Blind"
Part 5
Cast:
EXO-K s Kai as Kim Jongin aka Kai
GG s Yuri as Kim Yuri (Jongin s older sister)
GG s Yoona as Jung Yoona
F (x) 's Sulli as Choi JinRi
SHINee s Taemin as Lee Taemin
GG s SeoHyun as Joo SeoHyun
Rating: PG-17
Genre: Romance
*Tiffany POV*
“Akan
ku gunakan segala cara untuk mendapatkanmu! Akan ku buat kau bertekuk lutut
padaku!!! Mungkin ini sangat tidak adil untukmu! Tapi kau harus membayar semua
pelecehanmu padaku selama ini, terutama saat di rumah sakit saat itu!”, ujarku
tersenyum licik sambil meremas fotoku bersama Kai.
<FlashbackON>
-Seoul Hospital-
*Tiffany POV*
“Kai...
Apa yang harus kulakukan??”, isakku dalam pelukan Kai. JongIn sangat tak nyaman dengan itu. “Maukah
kau bertanggung jawab?”, tanyaku yang membuatnya tersentak, dan melepas
pelukanku dengan kasar.
“Apa
maksudmu??!”, tanyanya. “Menurutmu?? Aku hamil, kau puas?!”, sentakku.
“Mwo??!
Haha.. Memang aku ini siapamu?? Apa hubungan kita??! Kita bahkan bukan sepasang kekasih!! Apa hak
mu memintaku untuk bertanggung jawab?!!”, bentaknya padaku membuatku tersentak.
“Kai..
Lalu selama ini kau anggap apa aku?? Bukankah aku selalu ada di sisimu dan
menghiburmu saat mood mu sedang buruk??!”, tanyaku pelan menahan tangis.
Kai
tersenyum sinis padaku, “Kau hanyalah tong sampah bagiku! Tempat dimana aku
membuang bebanku, dengan cara menikmatimu!! Kau mengerti?? Jadi jangan salah
paham dengan semua perlakuan manisku padamu selama ini!! Bagiku, kau hanyalah
yeoja penghibur! MU-RAH-AN!!!”, terangnya dengan nada yang menekan dan
tersenyum enteng, lalu berlalu meninggalkanku.
Aku
diam terpaku, bulir-bulir air mataku mengalir deras. Perasaanku tertusuk sangat
dalam mendengar ucapannya yang begitu tajam padaku. Aku mengepalkan kedua
tanganku menahan emosiku.
*JinRi POV*
Aku
memandang foto-foto Kim JongIn yang
selama ini aku potret diam-diam. “Aku tak sanggup menahan perasaan ini
lagi. Bagaimana ini??!!”, ungkapku sambil memukul pelan dadaku. “Disini,
perasaan ini sungguh sesak rasanya.”
“Mianhe,
Lee TaeMin..”, lirihku menatap sendu foto JongIn yang sedang bersama TaeMin.
*TaeMin POV*
Entah
setiap melihat JinRi, membuat perasaanku berbunga-bunga. Aku seperti orang
gila, tersenyum-senyum sendiri melihat foto yeojachingu yang ku cintai, Choi
JinRi.
“Aku
merindukannya, aku ingin melihat wajahnya secara nyata, haruskah aku menemuinya
sekarang?”, pikirku. Lalu meraih handphone ku, dan mengirim sms pada JinRi.
To:
내 해바라기 (My Sunflower)
Kau
sibuk?
From:
내 해바라기 (My Sunflower)
Tidak,
wae?
To:
내 해바라기 (My Sunflower)
Aku
merindukanmu.. Bisakah kita bertemu sekarang??
From:
내 해바라기 (My Sunflower)
Uhmm,
ne. Kebetulan aku ingin berlatih balet. Bagaimana kalau bertemu di sanggar
tari??
To:
내 해바라기 (My Sunflower)
Oke,
my princess.. ^^
---
-Dance Room-
*Author POV*
TaeMin
tiba di sanggar tari dengan nafas yang terburu-buru. Di depan pintu masuk ia
bertemu Mss.HyoYeon. “Noona, apa JinRi sudah datang??”, tanya TaeMin pada
Mss.HyoYeon.
“Uhmm,,
dasar, Lee TaeMin!! Jangan macam-macam disini yaa!! JinRi sudah ada di dalam.”,
jawab Mss.HyoYeon. TaeMin dan HyoYeon memang akrab, karena ternyata HyoYeon
adalah sunbae’nya saat berlatih dance di sanggar dulu. TaeMin dan HyoYeon pun
juga baru menyadarinya akhir-akhir ini, karena sudah lama sekali mereka tak
bertemu.
Matanya
mencari-cari keberadaan JinRi disana. Lalu dilihatnya JinRi sedang
merenggangkan tubuhnya sebagai pemanasan di dance room. TaeMin tersenyum
melihatnya, namun ia enggan masuk. Dia ingin melihat aksi JinRi berlatih dari
kejauhan, yang biasa ia lakukan selama ini.
Seperti
biasa juga TaeMin melihat kagum JinRi yang sedang menari lincah, bagaikan peri yang
terbang indah kesana kemari.
---
Prookk..proook..prookk..
TaeMin bertepuk tangan setelah JinRi selesai menari. JinRi cukup terkejut, dan
malu karena ternyata ada yang melihat aksinya tadi.
“Kau
ini!!! Selalu begitu!!”, kesal JinRi. TaeMin hanya cengar-cengir menanggapinya.
JinRi terduduk santai di lantai untuk melepas lelah. TaeMin juga duduk di
sampingnya, memandangi wajah JinRi yang berkeringat.
“Kenapa
memandangiku terus??”, tanya JinRi yang merasa risih dengan tatapan TaeMin.
“Yeppeo!
Aku ingin mengamatimu seperti yang kau lakukan padaku selama ini.”, jawab
TaeMin tersenyum lembut. JinRi menatapnya bingung, “Memang apa yang kulakukan
selama ini padanya?”, batin JinRi.
TaeMin
merogoh sakunya, dan mengambil beberapa lembar surat. “Masih teringat jelas isi
suratmu ini. Kau bilang, bahwa kau bagaikan bunga matahari. Dan aku adalah
mataharinya. Aku terkesan karena itu. Jadi sekarang aku ingin menjadi bunga
matahari juga, dan kau mataharinya. Aku akan selalu melihatmu, hanya
melihatmu.”, jelas TaeMin dengan raut wajah yang begitu bahagia.
“Jadi
surat cinta itu jatuh di tangan TaeMin. Neomu babo JinRi-ya!!”, rutukku dalam
hati menatap sendu TaeMin yang begitu bahagia.
“Wae??
Kenapa kau diam?? Kau tersentuh yaa?? Hahaha.. Aku memang namja romantis!
Uhmmm.. bagaimana kalau aku matahari, dan kau bulan??! Matahari menyorot bulan hingga
bulan itu bersinar indah kan??!”, ucap TaeMin.
“Kalau
aku bulan, berarti aku hanyalah yeoja yang cuma bisa bergantung pada namjanya.
Karena tanpa matahari, bulan tidak akan bercahaya,, gelap! Kau mau aku menjadi
yeoja seperti itu?”, terang JinRi sedikit dingin membuat TaeMin tercekat.
“Mianhe..”,
lirih TaeMin.
“Kenapa
surat itu berada di tanganmu?”, tanya JinRi. TaeMin hanya diam tak mengerti,
menatap JinRi dengan penuh tanda tanya.
“Surat
itu,, seharusnya surat itu Kim JongIn yang membacanya!!”, seru JinRi kemudian
meneteskan air matanya.
“Mwo??!
Maksudmu namja yang kau sukai itu Kim JongIn???”, tanya TaeMin. JinRi hanya
terdiam menundukkan kepalanya. “Lalu, kenapa surat itu ada di bangku ku..??!!
Kau meletakkan surat itu disana!!”, TaeMin mulai emosi.
JinRi
langsung menatap TaeMin kaget, “Mwo??!”. “Jadi aku salah meletakkannya..
TaeMin-ah, mianhe jeongmal mianhe..”, isak JinRi menyesal.
“Seharusnya
kau menuliskan nama orang yang kau maksud!! Kau bahkan tak menuliskan nama mu
sendiri!! Ciri dan pujian dalam surat itu sangat menggambarkan diriku, jadi aku
pikir itu memang untukku!”, seru TaeMin membuat JinRi semakin menyesal.
“Lalu,
bagaimana ini?? Aku tahu ini hanya kesalahpahaman, jadi tak ada yang bisa
disalahkan. Seharusnya aku tak langsung memakan surat yang kurang jelas itu.
Tapi Aku sudah terlanjur mencintaimu, JinRi-ya..!! Kau bisa menghapus
perasaanmu pada Kim JongIn dan beralih padaku kan??”, ucap TaeMin sembari
memegang kedua bahu JinRi dan menatapnya lekat.
JinRi
menggelengkan kepalanya. TaeMin melepaskan kedua bahu JinRi. Tubuhnya lemas
melihat jawaban JinRi.
“Lalu
kenapa kau menerima pernyataan cintaku??!”, tanya TaeMin lirih.
“Maaf,
maafkan aku ,Lee TaeMin.. Aku pikir JongIn tak menyukai suratku itu, jadi
mungkin akan sia-sia jika aku terus menunggunya. Aku menerima cintamu, mencoba
membuka mata hatiku untukmu. Tapi sampai sekarang, aku tak bisa melakukannya.”,
isak JinRi.
“JinRi-ya, taukah kau? Kau
mencintai orang yang salah!!! Kim JongIn, bagaimana bisa yeoja sepertimu
mencintai nappeun namja seperti dia!! Dia bahkan tak lebih baik dariku!!!”,
seru TaeMin memegang kedua bahu JinRi dengan kasar.
Tubuh
JinRi bergetar, air matanya mengalir semakin deras. “Aku tahu. Kalau hatiku bisa
mengikuti jalan otakku, aku akan memilihmu daripada dia, Lee TaeMin. Aku benci
perasaan ini, Tapi... Hatiku sudah.. Mata hatiku sudah tertutup, mengunci Kim
JongIn di dalamnya. Mianhe~”, lirih JinRi dalam isakan tangisnya.
---
*JongIn POV*
Aku
berhenti di depan sanggar tari yang dulu sering ku datangi bersama TaeMin saat
SMP. Entah ada dorongan apa hingga membuatku kemari. Aku masuk dan bertemu
dengan seorang yeoja. “Annyeong Haseyo”, sapanya ramah. Aku menatapnya lekat,
sepertinya aku tak asing lagi dengannya. Dia juga menatapku dari ujung kaki
sampai kepala.
“Kim
JongIn..!!!!!”, serunya. Aku memandangnya heran. “Hei! Aku Kim HyoYeon!! Kau
tidak ingat?? Aku ini sunbae’mu, kita dulu sering berlatih bersama!!”, ujarnya
dan membuatku ingat padanya. Aku tersenyum senang melihatnya. “HyoYeon
noona..!!!!”, seruku memeluknya.
“Sudah
bertahun-tahun kau tidak kemari! Sombong sekali!!? Sekarang kau datang dengan
penampilan yang sekeren ini. Kau tumbuh dengan sangat baik yaa??!”, puji
HyoYeon noona melepas pelukan kami.
“Kau
juga noona!! Kau semakin cantik, membuatku hampir tak mengenalimu!”, pujiku
sambil mengedipkan mata dan memamerkan killer smile ku. “Aiiiissh!! Jangan
menggodaku!!”, keluhnya.
“Kenapa
tiba-tiba kau kemari? Apa kau ingin menemui TaeMin?”, tanyanya. “Mwo??! TaeMin
ada disini?”, tanyaku balik. HyoYeon noona mengangguk.
“Baguslah!
Dimana dia sekarang?”, tanyaku. “Ada di dance room.”, jawabnya singkat. Lalu
aku bergegas kesana.
---
*Author POV*
JongIn
hendak masuk ke dalam dance room, namun langkahnya terhenti ketika melihat
TaeMin membentak JinRi. Dan bermaksud menguping mereka.
“Apa kau buta??! Apa kau tidak bisa membedakan
namja yang baik dengan namja yang tidak baik untukmu..??!!!!!”, murka TaeMin
sembari meremas surat tulisan JinRi ,dan melemparkannya ke depan JinRi. TaeMin
bergegas keluar dari ruangan itu, tanpa mengetahui JongIn bersembunyi di balik
dinding.
JongIn mengintip ke dalam
ruangan dance tersebut, melihat JinRi menangis sesenggukan. JinRi duduk memeluk
erat kedua lututnya, dan menenggelamkan kepalanya.
JongIn mendekati JinRi.
“Kau!! Apa kau mencampakkan sahabatku?!! Baru kali ini aku melihatnya semarah
itu.”, ujar JongIn menyadarkan JinRi dari tangisannya.
“Kim JongIn..”, lirih JinRi
menegakkan kepalanya menatap JongIn yang berdiri di depannya.
“Aku tak menyangka yeoja
sepertimu bisa melakukan itu! Siapa namja itu hingga kau menyakiti perasaan Lee
TaeMin?!”, tanya JongIn tersenyum sinis.
JinRi menunduk lagi, tak
berani menatap JongIn. JongIn tersenyum remeh ,”Aku tahu kau tak akan berani
menjawabnya. Tidak punya mulut!”, sindir JongIn lalu berbalik meninggalkan
JinRi.
“Kau! Namja itu adalah Kim
JongIn. Aku menyukaimu, JongIn-ah!!”, seru JinRi menghentikan langkah JongIn,
menoleh ke arah JinRi yang masih terduduk di lantai.
JongIn menatapnya tak
percaya. JinRi berusaha berdiri, walau sebenarnya kepalanya terasa sakit untuk
berdiri tegap. Dia melangkah mendekati JongIn.
“Wae? Kenapa kau diam??! Apa
aku tak berhak menyukaimu??!”, tanya JinRi tepat di depan JongIn yang hanya
diam terpaku, seakan tersihir oleh tatapan JinRi yang tajam dan sayu, yang
belum pernah ia lihat sebelumnya.
JongIn berjalan mundur dengan
langkah pelan, mencoba menghindari tatapan mematikan JinRi. Sedangkan JinRi
terus melangkah mengikuti JongIn. Hingga pada akhirnya langkah mereka sama-sama
terhenti, karena sudah menabrak dinding.
JinRi mengunci tubuh JongIn,
kedua tangannya berada di dada bidang JongIn. “Wae??! Kenapa aku mencintaimu???
Jelas-jelas kau namja yang buruk!! Tapi kenapa aku tetap menyukaimu??!”, ungkap
JinRi memandang sayu JongIn yang sama sekali tak berkutik.
*JongIn POV*
Dia sedikit mendongakkan
kepalanya menatapku, karena aku lebih tinggi darinya. Deg!deg!deg! Jantungku berdetak kencang. “Kenapa?! Kenapa?! Aku
tak berontak?!! Ada apa denganmu, Kim JongIn..?!!”, rutukku dalam hati. Apa dia
penyihir?! Kenapa tubuhku terasa kaku, tapi jantungku, perasaanku berdegup
semakin lama semakin cepat. Pikiranku pun terasa panas, rasanya otakku ini
ingin meledak. Aku hanya diam membiarkannya menatapku lekat dan mengunci gerak
tubuhku. Entah karena takut dengan tatapan dan sikapnya yang tiba-tiba berubah,
atau aku.......
“Tidak! Aku tidak mungkin
jatuh begitu saja!”, yakinku. Tapi sungguh, baru kali ini aku merasakan
perasaan aneh seperti ini.
*JinRi POV*
Aku masih menatapnya, mataku
menelusuri seluruh lekuk wajahnya. Baru kali ini aku mengamatinya sedekat ini.
Salah satu tanganku terdorong untuk menyentuh lembut wajahnya. “Wae? Kenapa
tatapanmu terlihat ketakutan??”, tanyaku padanya. Nafasnya juga tak beraturan.
Buuuk... Tiba-tiba tubuh JongIn lemah dan jatuh ke dalam pelukanku. Aku
terkejut karenanya, dia pingsan. Aku berusaha menopang tubuhnya yang berat. Dan
mencoba menyadarkannya, tapi hasilnya nihil.
“Mss.HyoYeon...!! Tolong
aku!!!!”, teriakku meminta pertolongan, karena aku hampir tak sanggup lagi
menahan tubuhnya, bisa-bisa aku akan terjatuh.
“Ne! Ada apa??! Omona,
JongIn-ah!!! Dia kenapa, JinRi-ya???”, seru HyoYeon dan langsung membantuku
memapah tubuh JongIn.
---
-TaeMin’s Home-
*Author POV*
TaeMin merebahkan tubuhnya di
ranjang kamarnya. Pikirannya sedang kacau, ia memejamkan kedua matannya,
berusaha berpikir sejernih mungkin dan
menahan emosi yang ia rasakan. Tapi setiap ia mengingat pengakuan JinRi
tadi, membuat emosinya memuncak lagi. Dia beranjak dari tempat tidurnya,
menghampiri meja belajarnya. Ada beberapa figura kecil yang berisi foto JinRi
bersamanya yang diletakkan di atas meja belajarnya itu, agar ia bisa selalu
melihat bunga mataharinya saat belajar. Tapi kini perasaannya hancur karena
yeoja itu, yeoja yang membuatnya jatuh cinta, dan mengubahnya menjadi namja
yang lebih baik.
“Maaf, maafkan aku ,Lee TaeMin..
Aku pikir JongIn tak menyukai suratku itu, jadi mungkin akan sia-sia jika aku
terus menunggunya. Aku menerima cintamu, mencoba membuka mata hatiku untukmu.
Tapi sampai sekarang, aku tak bisa melakukannya.”
Kata-kata itu terus terngiang-ngiang dalam ingatan TaeMin.
“Haaaaaaach!!!!!!!!!”,
teriak TaeMin. Brraaak... sembari
menggebrak meja belajarnya, hingga salah satu fotonya dengan JinRi terjatuh ke
lantai dan pecah. TaeMin memandang sayu foto tersebut. Dia tak sanggup lagi membendung air matanya. “Wae??
Kenapa kau lebih memilihnya daripada aku??! Apa kelebihan dia dariku???!!! Aku
yang pertama kali melihatmu!!!!!”, isak TaeMin.
“Aku tahu. Kalau hatiku bisa mengikuti jalan otakku, aku akan
memilihmu daripada dia, Lee TaeMin. Aku benci perasaan ini, Tapi... Hatiku
sudah.. Mata hatiku sudah tertutup, mengunci Kim JongIn di dalamnya. Mianhe~” Kata-kata JinRi teringat
lagi olehnya. TaeMin membanting semua foto-foto JinRi saat bersamanya. Emosinya
benar-benar memuncak. Ia juga membanting semua barang-barang yang ada di meja
belajarnya. Hingga matanya menangkap sebuah buku diary yang selama ini ia
simpan.
Buku diary yang sangat tebal milik
Choi JinRi yang ia simpan sejak tabrakan kecil di perpustakaan lalu. TaeMin terduduk
di pinggir kasurnya, dan membuka diary tersebut, ia ingin membacanya.
Page1 -9 January 2007-
Ini sungguh menyebalkan..!!!!! Aku tidak mau melakukannya!!
Appa, Umma, kenapa kalian memaksaku untuk kursus..?!! Aku benar-benar tidak
berminat..!! Kenapa harus menari..?! Sungguh menjengkelkan melakukan sesuatu
yang tidak sesuai dengan keinginan pribadi!! Dear diary,, apa yang harus ku
lakukan???
Page4 -14 Januari 2007-
Hari ini di sanggar, seorang murid yang bernama KIM JONG IN merayakan
ulang tahunnya. Dia mengumpulkan seluruh anggota sanggar di salah satu dance
room. Aku pikir sangat aneh, seorang namja 14 tahun merayakan ulang tahunnya,
kekanak-kanakkan batinku. Tapi perayaan itu tidak seperti yang aku bayangkan,
membagikan kue, atau menerima kado, TIDAK. Dia mengadakan pertunjukkan kecil.
Dia menari dengan sangat lincah, sungguh mengagumkan!! Untuk pertama kalinya
aku menyadari bahwa dance itu ternyata sangat menarik.
Setelah dia memamerkan kemampuannya sendiri, dia menunjuk salah
satu dari kami untuk menari di depan. Apa kau tahu siapa yang ditunjuk pertama
kali?? AKU..!!! Jantungku terasa berhenti berdetak ketika ia menunjukku. Yaa
Tuhan,, betapa gugupnya aku saat itu, aku bahkan belum genap 1 bulan kursus di
sanggar tari itu, apa yang akan ku tunjukkan
padanya. Akhirnya aku berterus terang saja kalau aku belum bisa menari.
Aku tahu pasti mereka akan menertawaiku, tapi bukankah akan lebih baik jika aku
berterus terang saja dari awal?! Yaa benar saja, mereka semua menertawaiku,
bahkan ada yang mengejekku secara terang-terangan dan berbisik-bisik. Namun,
hanya dia yang tak menertawaiku, dia malah mengulas senyum lembut padaku.
“Gwaenchanayo~ Kita sama-sama belajar disini.. Kau anak baru kan? Siapa namamu?”,
ucapnya ramah. Kata-kata yang terdengar biasa, namun tidak pada pendengaranku.
Suara ricuh di ruangan terasa hening mendengar ucapan lembutnya tadi, terasa
hanya kami berdua yang berdiri disana. “Sulli. Panggil saja aku Sulli.”,
jawabku malu-malu. Aku memang sengaja hanya memberitahunya nama panggilan masa
kecilku saja. Dia tersenyum lagi padaku. Aku menatapnya kagum. Maybe, I’m
falling in love with him, with Kim JongIn..?
Sehabis membacanya, TaeMin
berhenti sejenak. “Sulli....?”, gumamnya mencoba mengingat kembali masa lalunya.
^FlashbackON^
-4 years a go-
*TaeMin POV*
Kulihat gadis itu selalu
mengintip Kim JongIn saat berlatih di balik pintu setiap ada kesempatan. Dia
juga sering mengikuti kemana JongIn pergi, kecuali ke toilet. Entah Kim JongIn
menyadarinya atau tidak, tapi yang jelas aku menyadarinya. Walau bukan aku yang
diamatinya, tapi aku sebagai sahabat JongIn yang senantiasa mendampinginya(?)
cukup merasa risih karenanya.
“Hei!! Gadis penguntit!!”,
seruku mengagetkannya saat ia sedang terkagum-kagum di balik pintu melihat
JongIn berlatih. “Apa kau menyukainya??”, lanjutku membuatnya menunduk malu,
pasti pipinya memerah.
“Apa urusanmu?”, tanyanya.
Aku tertawa kecil, “Dia sahabatku, jelas itu juga urusanku!”, jawabku. Tanpa
menanggapiku ia langsung berlari meninggalkanku. Aku sungguh heran melihat
tingkah anehnya itu.
“TaeMin-ah, ada apa??”, tanya
JongIn yang tiba-tiba sudah ada di sampingku. “Uhmm, gadis penguntit itu.. Apa
kau tidak risih dengannya??”, tanyaku to the point.
“Mwo??! Gadis penguntit?”,
tanyanya tak mengerti. “Kau ini!! Gadis balet itu... Yang pernah mengaku belum
bisa menari di depan kita semua saat ultah mu ituuu....!”, jelasku.
“Oh.. Sulli??”, sahutnya. “Owh..
Namanya Sulli.. Huuh! Dasar Gadis penguntit!!”, gerutuku.
“Hahaha.. Hei, yang
diuntitnya kan aku. Kenapa malah kau yang susah??! Kau merasa tersaingi olehnya
yaa??! Astaga, Lee TaeMin..!! Aku ini masih normal..!”, ujar JongIn menggodaku
dan berlalu dari hadapanku. Aku hanya mendengus kesal.
^FlashBackOFF^
“Benar! Choi JinRi, si gadis
penguntit itu!”, gumam TaeMin yang berhasil mengingat masa lalunya. “Pantas!
Wajahnya tak asing bagiku! TaeMin-ah, baboya!! Kenapa kau baru
mengingatnya!!!”, rutuk TaeMin pada dirinya sendiri. Lalu ia melanjutkan ke
lembar selanjutnya.
Page9 -28 Januari 2007-
Aku berlatih keras, niatku untuk menjadi ballerina sudah kuat. Itu
karena matahariku, Kim JongIn. Aku merasa mendapat energi positif darinya hanya
dengan melihatnya. Aku memang tidak dekat dengannya. Aku hanya mengamatinya
dari kejauhan. Aku tak punya nyali mendekatinya, walau dia memang tak
menakutkan. Tapi aku sangat gugup saat
berada di dekatnya, bersimpangan pun membuat jantungku berdebar kencang.
Jadi lebih baik aku hanya melihatnya dari kejauhan, itu saja sudah membuatku
bahagia. Aku bagaikan bunga matahari bukan??
Page12 -3 Februari 2007-
Dear, Matahariku, Kim JongIn..!!! Astaga..!! Apa pipiku
memerah??! Sungguh gugup berada di dekatnya, rasanya ingin pingsan di
pelukannya..! Kaki ku terkilir saat aku berlatih balet sendiri di dance room.
Matahariku, Kim JongIn menghampiriku cemas. “Gwaenchanayo, Sulli-ya?”, tanyanya
padaku sambil memeriksa kakiku. Aku hanya diam menatapnya. Dia mengambil handuk
kecil yang ia sampirkan di bahunya. Lalu bergegas pergi mengambil es batu,, dan
setelah itu diusapkan es batu yang dibalut handuknya itu di kakiku yang
terkilir. Tapi belum puas aku memandanginya, dia sudah buru-buru pergi dan
meninggalkan bersama kompresan itu. Handuk kecil itu, aku masih membawanya.
Haruskah aku mengembalikannya?? Bolehkah aku menyimpannya saja? Tuhan,, sungguh
aku menyukainya. Aku Choi JinRi mencintai Kim JongIn..!!
Page220 –1 Maret 2008-
Aku harus melanjutkan sekolah di Seoul Gangnam-gu High
School..!! Harus..!!! Aku dengar matahariku ingin melanjutkan sekolahnya disana
juga. ^^
Page225 -6 Maret 2008-
Apa yang harus kulakukan?? Appa dan Umma ingin pindah ke
Incheon..???! Andwe!!!! Aku harus melanjutkan sekolah disini!! Bagaimana bisa
aku hidup tanpa melihatnya??! Bagaimana bisa bunga matahari bertahan hidup
tanpa mengikuti mataharinya??!
Page234 –17 Maret 2008-
Horay!!!!!! Akhirnya aku bisa satu sekolahan dengannya..!! Aku
sangat sedih tidak bisa tinggal bersama umma dan appa lagi. Tapi tidak masalah,
tetap tinggal di Seoul bersama ajjumma dan MinHo oppa juga menyenangkan. ^^/
TaeMin tidak melanjutkan
membacanya, matanya sudah panas. Ia menutup buku diary itu, tubuhnya lemas,
emosinya pun juga sudah mereda. Dia meletakkan buku diary itu di samping tempat
tidurnya. TaeMin tersenyum pahit, lalu memutuskan untuk tidur, mengistirahatkan
fisik, perasaan, dan pikirannya.
-Next Day-
*JongIn POV*
Aku membuka kedua mataku
perlahan, dan berusaha bangkit dari tidurku. Kepalaku terasa berat. “Ada apa
denganku..?”, gumamku.
“JongIn-ah..”, sapa YuRi
noona yang baru saja masuk kamarku. “Noona, kenapa kau kemari dengan tangan
kosong? Seharusnya kau membawakanku bubur...!!! Aku lapar...!”, keluhku.
“Aiiiisssh!!! Kau ini!!! Baru
2 kali pingsan begitu saja sudah sok manja!!”, kesalnya dan bergegas keluar
dari kamarku. “Eh, noona!!!”, panggilku dan menghentikan langkahnya. “Wae?!”,
sahutnya berbalik sinis.
“Siapa yang mengantarku
pulang kemarin?”, tanyaku. “Oh! Choi Jin.... Choi JinMan yang mengantarmu.”,
jawabnya langsung pergi. Gerak-geriknya sangat mencurigakan, pasti dia
berbohong padaku.
“Choi JinMan?? Siapa dia??!
Uhmmmm,, apa yang dimaksud noona sebenarnya adalah Choi Jin..Ri??!!!”, pikirku.
Deg!deg!deg! “Sebenarnya ada apa denganku??!! Choi JinRi.. Apa aku jatuh
cinta padanya? Ah! Tidak mungkin!! Tapi perasaan ini..”, gumamku memegang
dadaku merasakan detak jantungku yang berdegub dengan kencang lagi.
-School-
*Author POV*
TaeMin menelusuri koridor
dengan tatapan sayu di matanya. Entah langkah kakinya mengantarkannya ke kelas
JinRi. Ia melihat JinRi duduk murung di bangkunya, matanya juga terlihat sembab
karena menangis kemarin. TaeMin yang melihatnya menatapnya sedih dari depan
pintu kelas.
Tiba-tiba JinRi menoleh ke
arah pintu kelas, dan melihat TaeMin sedang berdiri disana. TaeMin yang merasa
ketahuan akan keberadaanya menjadi salah tingkah. Akhirnya dia memberanikan
diri untuk menghampiri JinRi, walau sebenarnya lukanya belum sembuh.
“Kau baik-baik saja??”, tanya
TaeMin. JinRi menatapnya dengan tatapan yang penuh penyesalan, dia masih sangat
merasa bersalah pada TaeMin.
“Ternyata kau masih
menyimpannya??”, tanya TaeMin tersenyum pahit menunjuk sebuah pin berbentuk
sunflower yang dulu ia berikan pada JinRi.
“Wae? Apa aku tak boleh
menyimpannya??”, tanya JinRi lirih.
TaeMin melepas pin itu dari
tas JinRi, dan memasukkan pin itu ke saku seragamnya. “Tidak boleh! Karena kau
bukan bunga matahariku..”, jawab TaeMin dingin.
JinRi menundukkan kepalanya,
“Maafkan aku, Lee TaeMin. Aku tahu, aku tak pantas menerima maafmu, tapi setidaknya
kau sudah tahu.”, ungkap JinRi hingga ia menitikkan air mata.
TaeMin memandangnya sendu dan
membatin ,Cukup! Jangan menangis lagi!! Sudah berapa liter air mata yang sudah
kau keluarkan selama ini?? Bagaimana bisa kau memendam perasaan itu selama
bertahun-tahun, Sulli-ya..??!
TaeMin berusaha menutupi
perasaannya. “Jangan merasa bersalah lagi! Aku sudah memaafkanmu. Karena kau
sudah mengembalikan pin sunflower ini.”, ucapnya lalu meninggalkan JinRi.
SooJung yang baru saja
kembali dari kantin, melihat TaeMin keluar dari kelasnya. “JinRi-ya!!! What
happened?? Apa namja cantik itu mencampakkanmu???!”, tanya SooJung yang terkejut
melihat JinRi menangis.
JinRi menghapus air matanya
sendiri dan berusaha tersenyum. “Tidak. Dia sama sekali tidak menyakitiku, tapi
aku yang menyakitinya. Oiya, Namanya LEE TAEMIN..!!! Berhenti menyebutnya namja
cantik!! Memangnya namjachingu mu itu tidak cantik?! Dia bahkan lebih
cantik darinya!”, ujar JinRi dan sedikit
menggoda SooJung.
“Mwo??!!! Hei!!! Park
ChanYeol itu namja tampan dan manis!! Suaranya saja sangat manly!!!”, bela
SooJung tidak terima. JinRi tertawa mendengarnya.
“Ehem.. Ehem.. Aku namja yang
tampan dan manis??!!”, gumam ChanYeol yang sudah ada tepat di belakang SooJung,
tanpa ia sadari.
“Mwo??!! Sejak kapan kau ada
disini??!”, kejut SooJung.
“Sejak kau bilang ,Park
ChanYeol itu namja tampan dan manis!! Suaranya saja sangat manly!!!
Hahahahaha... Baru kali ini aku mendengarmu memujiku. Di depanku kau selalu
menjelek-jelekkanku, tapi di belakangku kau selalu memujiku yaa..?!!!!”, ucap
ChanYeol menggoda yeojachingunya.
“Itu lebih baik kan?!
Daripada sebaliknya!!?”, ujar SooJung santai menutupi rasa malunya pada
ChanYeol. JinRi tertawa melihat tingkah mereka, itu cukup bisa menghiburnya.
“SooJung-ah, aku ingin bicara
berdua denganmu. Kita ke taman saja ya?”, pinta JinRi. “Baiklah. Park ChanYeol,
menyingkir!! Jangan mengikuti kami, ne..?!”, seru SooJung menyeret JinRi keluar
kelas. ChanYeol hanya cemberut menatap mereka pergi.
---
“Ada masalah dengan
namjachingumu??”, tanya SooJung membuka pembicaraan.
“Ne. Sebenarnya bukan Lee
TaeMin yang ku sukai.”, ujar JinRi menatap lurus ke depan.
“Mwo??! Lalu siapa namja yang
kau sukai itu?? Oh!! Tidak!! Jangan bilang kalau kau menyukai sahabatnya, yang
kau bilang bad boy itu!!”, kejut SooJung menatap JinRi serius.
JinRi mengangguk, “Memang
benar, aku menyukainya. SooJung-ah, aku ingin mempertahankannya di hatiku! Aku
harus mendapatkanya!! Aku tidak mau perasaan yang ku pendam selama
bertahun-tahun ini dibuang sia-sia begitu saja.”, ungkap JinRi penuh keyakinan.
SooJung bingung
menanggapinya, di sisi lain ia tidak setuju jika sahabatnya menyukai nappeun
namja, namun di sisi lain lagi ia tak mau melihatnya sedih karena cintanya tak
tergapai. “Uhmm... Aku mungkin tak memahami perasaanmu. Tapi aku yakin kau
pasti tahu mana yang terbaik untukmu, sebagai teman aku akan mendukungmu. Aku
pikir namja itu memang lebih tampan dari Lee TaeMin si namja cantik itu. Selain
itu dia juga manly, dan sexy..!! Kau hanya perlu mengubah sifatnya yang buruk
itu..”, terang SooJung.
“Hei!!!!”, teriak ChanYeol dengan
penuh amarah yang tiba-tiba datang dari balik pohon.
“Astaga!! Kenapa kau ada
disini?!!! Apa kau ini jin, ChanYeol-i?”, kejut JinRi.
“Bukan! Aku ini Happy virus! SooJung-i,,
kau tadi bilang apa??! Namja itu memang lebih tampan?! Selain itu dia juga
manly, dan sexy..!! Siapa dia???!! Kau sedang memuji siapa??!”, kesal ChanYeol.
“Yang jelas bukan memujimu!
Hei!! Kau menguping yaa??!”, kesal SooJung juga. “Mwo??!! Tidak! Aku baru saja
kemari!!”, seru ChanYeol tak mau kalah.
“Haaach,, mereka sungguh
kekanak-kanakkan!”, gumam JinRi melihat kedua teman dekatnya itu.
-Seoul Hospital-
*JongIn POV*
“Umma,, apa kau tidak bosan
berbaring seperti ini?? Melihatnya saja aku ikut bosan. Umma, apa kau marah
padaku? Maafkan aku, aku sungguh anak yang buruk, tapi tampangku tidak buruk
kan??! Hehehe.. Umma, aku merindukanmu, merindukan pelukan dan senyuman
hangatmu. Jadi tolong segeralah sadar! Jangan mendiamkanku seperti ini!”,
ungkapku lirih sembari menggengam hangat tangannya.
“Umma, apa kau tahu
kejadian-kejadian akhir-akhir ini?? Ku harap kau tidak tahu. Kalau kau tahu kau
pasti sangat marah. Tapi.. Kejadian yang kemarin kau boleh mengetahuinya. Umma,
apa aku mulai jatuh cinta pada gadis kolot itu?? Tidak kan??! Tapi kenapa
perasaanku seperti ini sekarang?? Sungguh sulit ku definisikan!”, curhatku pada
ummaku yang masih terbaring koma. Tiba-tiba jari-jarinya bergerak perlahan.
“Umma, apa kau
mendengarku??”, seruku senang melihatnya. Aku bergegas ke ruang dokter, untuk
memberitahunya.
---
“Dr.Chen..!!”, panggilku
semangat pada dokter yang menangani ummaku. “Oh! JongIn ada apa?? Uhmm, kenapa
kau kemari? Kau tidak sekolah??”, tanyanya basa-basi. Dia memang dokter yang
kadang menyambi menjadi pembina UKS dan PMR di sekolahku, jadi kami cukup
saling mengenal.
“Hehehe.. Aku tadi merasa
tidak enak badan. Dokter, ummaku! Umma menggerak-gerakkan jarinya tadi!”,
jelasku.
“Jeongmal? Kami akan
memeriksanya.”, ujar Dr.Chen segera memeriksa ummaku.
---
“Ini kemajuan yang cukup
bagus! Jika anggota tubuhnya mulai bergerak salah satunya, maka akan diikuti
oleh lainnya. Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya, kami akan melakukan
yang terbaik.”, ujar Dr.Chen tersenyum ramah.
“Benarkah? Gamsahamnida,
Dr.Chen..”, ucapku sambil membungkukkan tubuhku.
-Choi’s Family Home-
*JinRi POV*
Tuk..tuk..tuk.. Aku hanya mengetuk-ngetukkan bolpoinku di meja belajarku sedari
tadi. Otakku enggan berkonsentrasi untuk belajar. “Apa benar kata YuRi
eonni..?? Benar-benar aneh..!”, gumamku memikirkan perkataan YuRi eonni saat
mengantar JongIn pulang kemarin.
^FlashbackON^
-Kim’s Family Home-
*JinRi POV*
“JinRi-sshi,, gomawo sudah
mengantarkan anak nakal ini pulang..”, ucap YuRi padaku.
“Cheonmanaeyo, YuRi eonni.
Aku senang melakukannya.”, balasku tersenyum.
“Uhmm.. Bagaimana dia bisa
pingsan? Apa yang terjadi sebelumnya??”, tanyanya.
“Itu karena... Uhmm, aku juga
tidak tahu dengan pasti, eonni. Tapi saat dia bersamaku tadi, kami berbicara
sedikit, lalu dia tiba-tiba pingsan di depanku.”, jawabku.
“Apa kau sudah
mengatakannya?? Kau pasti mengatakannya kan?!! Jadi dia seperti ini.. Ini hal
baik untukmu!!”, ucap YuRi eonni. Aku mengerutkan dahiku tak mengerti apa yang
ia maksud.
“Baru 2 kali ini JongIn
pingsan! Akan ku beritahu rahasia JongIn. Tapi jangan bilang siapa-siapa,
ne?!”, ucap YuRi eonni. Aku mengangguk ragu menjawabnya.
“Kim JongIn! JongIn punya kebiasaan
aneh!! Saat dia benar-benar jatuh cinta pada seseorang, maka dia akan jatuh
pingsan. Hahahaha.. Itu sungguh konyol..!! Tapi dia sendiri yang pernah
menceritakannya padaku saat dia jatuh cinta pada Han YeSeul, yeoja yang
akhirnya mencampakkannya. Katanya saat dia jatuh cinta itu jantungnya akan
berdetak sangat kencang, tubuhnya kaku, dan pada akhirnya tubuhnya lemas lalu
pingsan. Kalau dia seperti itu saat di depanmu tadi, berarti dia mulai
menyukaimu!! JinRi-ya,, akhirnya usaha dan penantianmu selama ini mulai
terbalas kan??!”, terang YuRi tersenyum lembut padaku. Aku hanya diam malu-malu
mendengarnya.
^FlashbackOFF^
-Next Day-
-School Canteen @ jam istirahat-
*Author POV*
“Kemarin kau absen, wae?”,
tanya TaeMin pada JongIn yang sedang sibuk menyantap ramyeonnya. “Aku sakit.”,
jawabnya singkat.
“Mwo? Kau juga bisa sakit
rupanya?!!”, sindir TaeMin. “Ya!! Aku kan manusia!! Memangnya aku hantu?!!”,
seru JongIn. “Bukankah iya??”, jawab TaeMin enteng.
“Aah! Benar! Kalaupun aku
hantu, aku hantu sexy..!!”, ucap JongIn percaya diri. TaeMin hanya berdecak
mendengarnya.
“JongIn-ah...”, lirih
TaeMin.. “Hmm..”, sahut JongIn.
“Kau... Apa kau menyukai Choi
JinRi??”, tanya TaeMin. Sontak JongIn tersedak mendengar pertanyaannya. “Uhuk!
Uhuk!!!! Uhuk!! Ya ampuun!!! Kenapa mie ramyeon ini pedas sekali..!!!!”, seru
JongIn pura-pura.
“Kau ini!!! Kau kan sudah
memakannya sejak tadi, kenapa baru sadar kalau itu pedas??!! Aneh!!!”, gerutu
TaeMin.
“Bagaimana?? Kau belum
menjawab pertanyaanku. Kau mencoba mengalihkan pembicaraan yaa??”, selidik
TaeMin.
“Mwo??! Tidak!! Uhmm,, lagian
kenapa kau menanyakan hal itu??! Apa itu penting bagimu??!”, kesal JongIn.
“Jawab saja!! Apa
susahnya??!”, seru TaeMin.
“Uhmmm.. Bagaimana yaa??! Dia
memang cantik, kulitnya juga terlihat putih dan lembut, rambutnya terurai
indah, bibirnya juga cukup sexy menurutku. Tapi kau tahu kan dia bukan yeoja
tipeku!!? Dia sebaya dengan kita!! Jadi dia ku E-LI-MI-NA-SI..!!! Lagian cara
berdandannya itu tidak seperti yeoja-yeoja yang kusuka!”, terang JongIn menutupi
perasaannya.
Tuk.. “Aww, sakit.. babo!!”, rintih JongIn karena kepalanya dipukul
sendok oleh TaeMin. “Dasar!!! Apa otakmu itu hanya bisa memikirkan penampilan
luarnya saja?!!!”, kesal TaeMin.
“Hei!! Salah sendiri kau
menyakan hal itu!! Memangnya kenapa??! Dia kan yeoja chingu mu..?!”, keluh
JongIn. “Bukan lagi.”, sahut TaeMin singkat lalu pergi meninggalkan JongIn.
*JinRi POV*
Aku berjalan hendak ke
kantin, namun langkahku terhenti ketika melihat JongIn dan TaeMin sedang makan
di kantin. “Mereka bahkan masih bisa makan bersama?! TaeMin sungguh baik!!
Syukurlah jika hubungan mereka tetap baik!”, gumamku tersenyum dan mengurungkan
niatku untuk makan disana.
“Kau... Apa kau menyukai Choi
JinRi??”, tanya TaeMin yang terdengar di telingaku, menghentikan langkahku dan
mendorongku untuk bersembunyi di balik dinding untuk mengintip percakapan
mereka.
“Uhmmm.. Bagaimana yaa??! Dia
memang cantik, kulitnya juga terlihat putih dan lembut, rambutnya terurai
indah, bibirnya juga cukup sexy menurutku. Tapi kau tahu kan dia bukan yeoja
tipeku!!? Dia sebaya dengan kita!! Jadi dia ku E-LI-MI-NA-SI..!!! Lagian cara
berdandannya itu tidak seperti yeoja-yeoja yang kusuka!”, terang JongIn. Aku
yang mendengarnya dengan jelas merasa terbang lalu dijatuhkan begitu saja.
“Baiklah!!! Jika itu mau mu
,Kim JongIn!!!!”, gumam JinRi menahan emosinya.
-TBC-
No comments:
Post a Comment