WHAT IS LOVE? :: "Love is Blind"
Part 6
Cast:
EXO-K s Kai as Kim Jongin aka Kai
GG s Yuri as Kim Yuri (Jongin s older sister)
GG s Yoona as Jung Yoona
F (x) 's Sulli as Choi JinRi
SHINee s Taemin as Lee Taemin
GG s SeoHyun as Joo SeoHyun
Rating: PG-17
Genre: Romance
-Choi’s
Family-
*JinRi
POV*
“Uhmmm..
Bagaimana yaa??! Dia memang cantik, kulitnya juga terlihat putih dan mulus,
rambutnya terurai indah, bibirnya juga cukup sexy menurutku. Tapi kau tahu kan
dia bukan yeoja tipeku!!? Dia sebaya dengan kita!! Jadi dia ku
E-LI-MI-NA-SI..!!! Lagian cara berdandannya itu tidak seperti yeoja-yeoja yang
kusuka!” Kata-kata JongIn
beberapa hari lalu terus terngiang di kepalaku.
“Apa yang harus ku lakukan untuk menarik
perhatiannya padaku..??! Choi JinRi, kau benar-benar yeoja yang bodoh!”,
umpatku pada diri sendiri sembari berkaca di depan cerminku.
Aku menatap diriku sendiri di depan cermin
riasku. “Aku memang cantik. Bukankah kecantikanku ini sangat natural?”,
gumamku.
Lalu pandanganku beralih pada lemari
pakaianku. Aku membukanya, memilah-milah pakaianku. “Style’ku memang buruk.”,
lirihku memandang lesu baju-bajuku.
Aku melirik tas belanja yang sama sekali
belum ku sentuh sepulang dari mall kemarin. Aku mengeluarkan satu stel pakaian,
sepasang higheels ,dan beberapa alat kosmetik dari kantong belanja itu. “Baiklah..
Aku harus mencobanya!”, yakinku.
*Author
POV*
Choi JinRi mengenakan kemeja putih yang
cukup longgar. JinRi memadukannya dengan hotpants yang cukup ketat dan sangat
pendek, ia sengaja memamerkan kakinya yang putih mulus. Ia membiarkan rambut
panjangnya terurai. Setelah selesai berdandan, ia menjinjing higheels’nya, dan
segera keluar rumah dengan mengendap-endap. Akan sangat gawat, jika ia ketahuan
ajumma’nya berdandan tak seperti biasanya. Setelah berhasil keluar rumah
diam-diam, ia segera memakai higheels’nya.
---
-8.00
PM-
JinRi memarkirkan mobilnya tak jauh dari
rumah JongIn. Ia berharap JongIn masih ada di rumah. Namun JinRi enggan masuk
ke rumah JongIn, ia hanya duduk di dalam mobil. Tak lama kemudian ada sebuah
mobil yang baru tiba dan berhenti tepat di depan rumah Kim’s Family. JongIn
keluar dari rumah, dan masuk ke dalam mobil itu. JinRi yang melihatnya, segera
menyetater mobilnya dan mengikuti mobil yang ditumpangi JongIn itu.
---
Mereka berhenti di sebuah bar. JongIn
keluar dengan seorang yeoja dari mobil yang ia tumpangi tadi, dan masuk ke
dalam bar tersebut. “Dengan yeoja lain lagi..”, lirih Jinri tersenyum pahit
melihat JongIn merangkul mesra yeoja itu. JinRi berusaha menguatkan dan
meyakinkan perasaannya. Ia segera melepaskan sabuk pengamannya dan turun dari
mobil.
Sebenarnya JinRi begitu ragu-ragu ketika
hendak memasuki tempat yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Namun, niatnya
yang kuat cukup bisa mengalahkan keraguannya.
JinRi berjalan anggun, dan memamerkan
senyuman manisnya, berusaha menebarkan pesonanya, namun tetap terlihat jual
mahal. Semua namja yang ada di bar tersebut memandang kagum JinRi. “Siapa yeoja
itu?? Sungguh manis!”, gumam seorang namja melihat Jinri duduk di kursi bar dan
memesan sebotol bir.
“Benar. Uhmmm, tapi ia terlihat seperti
yeoja yang sok jual mahal. GiKwang-i,, kau mau taruhan??”, bisik namja lain
pada kawannya yang bernama Gikwang itu. “Siapa takut?!”, ucapnya menyetujui
taruhan tersebut.
Pandangan JinRi terpaku pada JongIn yang
sedang asyik menari dengan yeoja’nya menikmati dentuman musik bar. JinRi
menatap mereka panas, ia segera menyambar sebotol bir’nya dan menuangkannya ke
gelas birnya. “Uuh!! Baunya sungguh menyengat!!”, dengus JinRi mencium bau
alkohol untuk pertama kalinya.
JinRi meminumnya dalam sekali teguk. “Uhhm,
tidak buruk.”, ucapnya. Pandangan JinRi mengarah pada JongIn lagi. Namun, kali
ini JongIn menangkap tatapan JinRi. JongIn mengerutkan keningnya ketika melihat
JinRi.
“Choi JinRi...”, gumamnya tak percaya.
JinRi yang merasa bahwa dirinya sudah ketahuan, segera memalingkan wajahnya
dari tatapan JongIn yang menyelidik dari kejauhan. JinRi menuangkan birnya
lagi, untuk mencari kesibukan.
“Hei.. Uhmm, kau sendiri??”, tanya seorang
namja yang tiba-tiba mendekati JinRi. JinRi sedikit terkejut dan takut, tapi ia
berusaha menutupinya. Ia hanya diam tak menanggapi sapaan namja itu, dan hanya
berkutat pada botol bir’nya.
“Namaku Lee GiKwang. Boleh kan aku
menemanimu malam ini??”, tanya namja itu dengan memamerkan senyumannya berusaha
mengambil hati Choi JinRi. Namun, tetap saja JinRi tak menanggapinya. Ia
menyibukkan diri meneguk beberapa gelas bir.
“Kenapa kau diam saja? Di tempat seperti
ini kau tidak perlu jual mahal seperti ini..”, rayu GiKwang, dan hendak
merangkul JinRi. Namun sebelum tangannya menyentuh bahu JinRi, ada tangan lain
yang lebih dulu menepis tangannya.
“Dia bukan mainan! Cari saja yeoja lain!”,
seru JongIn yang menepis tangan GiKwang. “Hei, aku dulu yang melihatnya! Enak
saja kau menyerobot begitu saja?!”, ungkap GiKwang tersenyum remeh.
JinRi cukup terkejut melihat JongIn sudah
berada di sampingnya ,dan sedang beradu dengan namja asing itu. “Aku namjanya.
Dia milikku.”, seru JongIn singkat dan langsung menyeret JinRi untuk menjauhi
tempat itu.
---
JongIn mencengkram tangan JinRi kuat,
langkah JongIn pun juga cepat. “Aww!! Pelankan langkahmu! Dan tolong lepaskan
cengkramanmu! Aku bisa jalan sendiri!”, keluh JinRi. Dengan higheels’ny yang
cukup tinggi, ia kesulitan mengikuti langkah cepat JongIn. Kepala JinRi pun
juga mulai pusing, karena minum beberapa gelas bir tadi.
“Wae?? Kau tak biasa memakai higheels
itu??!”, sindir JongIn berhenti menatap JinRi dari ujung kaki hingga ujung
kepala.
JongIn melanjutkan langkahnya, ia membawa
JinRi keluar dari bar tersebut. Sesampainya di luar dekat tempat parkiran mobil,
JongIn mendorong pelan JinRi ke dinding. JongIn mengunci ruang gerak JinRi
dengan kedua tangannya dan tatapan tajamnya.
“Kenapa kau ada disini? Apa karena aku?!”,
tanya JongIn dingin. “Wae?!! Apa yeoja seperti ku tidak boleh ke tempat seperti
ini?”, tanya JinRi tak kalah dingin.
JongIn tersenyum remeh, “Kau tak pantas
berada di tempat seperti ini! Pulanglah gadis manis!”, sahutnya sembari
mengoyak pelan rambut JinRi ,lalu berbalik hendak meninggalkan JinRi. Namun
langkah JongIn terhenti ketika JinRi dengan sigap mencengkram tangannya, hingga
ia menoleh ke arah JinRi lagi.
“Wae? Jangan bilang kalau kau ingin ku
antar pulang!?”, tebak JongIn asal. Namun tak ada sahutan dari JinRi, ia hanya
menatap JongIn dengan tatapan sayu.
“Apa? Apa yang harus kulakukan agar kau
melihatku dan menyukaiku, JongIn-ah?? Haruskah aku terlahir lagi sebagai yeoja
yang lebih tua darimu??”, tanya JinRi lirih. Air matanya pun mulai menetes.
“Haruskah aku menjadi seperti mereka???!!!”,
bentak JinRi sambil menunjuk yeoja-yeoja penghibur yang keluar masuk bar.
JongIn yang mendengarnya, mengerutkan keningnya dan menatap JinRi tajam.
“Apa??!! Apa yang harus ku lakukan??!!
Cepat katakan!!! Aku lelah, aku sungguh lelah, Kim JongIn..!! 5 tahun! 5 tahun
aku memendam perasaan ini...!!!! Aku lelah menunggumu..!”, isak JinRi sembari
memukul pelan lengan JongIn.
“Cukup! Jika kau ingin selamat dari
namja-namja hidung belang, Cepat pulanglah! Banyak yeoja yang menungguku di
dalam, jangan ganggu aku!”, ucap JongIn lalu meninggalkan JinRi sendiri.
---
JinRi berjalan gontai menuju mobilnya. Langkahnya
tak beraturan, karena air matanya masih menetes, dan kepalanya terasa berat,
mungkin karena efek alkohol yang diminumnya tadi. Membuka pintu mobil saja
kesulitan. JinRi memegangi perutnya yang terasa mual.
“Perlu bantuan??”, tanya seorang namja.
Namja itu mendekatkan diri pada JinRi, JinRi yang menyadari itu berusaha
menjauhinya. Pandangannya mulai kabur, jadi ia tak begitu mengenali wajah namja
itu.
“Apa namja mu itu meninggalkanmu?? Uh..
Sungguh menyedihkan! Kalau kau bersamaku, kau pasti ku perlakukan dengan
baik.”, tanya namja itu tersenyum licik.
JinRi sudah tak kuat melangkah lebih jauh
lagi. Ia bersandar di sebuah mobil. Namja itu mendekatinya dan hendak membelai
wajah JinRi yang sudah lemas.
Namun ada yang menarik kerah baju namja itu
dari belakang, hingga ia mundur dan menjauh dari JinRi. Buuuk.. Satu pukulan keras di pipi kiri.
“Haah.. Kau lagi!”, gumam namja itu melihat
orang yang baru saja memukulnya.
“Sudah ku bilang! Aku namjanya!! Apa otakmu
rusak?!!! Pergi!!!”, sentak JongIn.
Namja itu tersenyum remeh sambil memegangi
pipinya yang sakit karena pukulan keras JongIn, “Baiklah, aku pergi! Tapi
ingat! Aku! Lee GiKwang! Tak akan melepaskan kalian!! Urusan kita belum
berakhir!”, ancam namja yang bernama Lee GiKwang itu yang sedari tadi ingin
menggoda JinRi.
---
“Uwwek,,
uhuk.. uhhuk..”, JinRi
memuntahkan isi perutnya. JongIn yang melihatnya segera menolong JinRi. “Dimana
kunci mobilmu? biar ku antar kau pulang!”, ucap JongIn sembari menepuk-nepuk pelan
punggung JinRi.
“Itu.”, jawab JinRi lirih sambil menunjuk
kunci yang sudah tertancap di mobilnya.
“Apa kau sudah selesai memuntahkannya??”,
tanya JongIn sedikit cemas. Namun, sebelum JinRi menjawab, JinRi sudah keburu
pingsan di pelukannya.
JongIn menggendongnya masuk ke dalam mobil.
Dan ketika ia membaringkan JinRi di jok belakang, perasaan JongIn bergetar.
Deg..deg..deg.. JongIn menatap lekat JinRi. Namun, ia
segera menyadarkan dirinya, dan segera mengeluarkan kepalanya dari mobil. Duk! Kepalanya terbentur atap mobil
JinRi. “Aww!!! Aigoo..!!!”, rintih JongIn sambil mengusap-usap kepalanya.
Tanpa sengaja matanya memandang kaki mulus
JinRi. “Ehem..Ehem”, JongIn berdehem sendiri berusaha menghilangkan perasaan
dan pikirannya yang sedikit aneh. JongIn melepas jas’nya, lalu menutupi paha
JinRi yang dibiarkan terekspos dengan jas’nya itu.
---
“Babo!! Babo!! Aku kan tidak tahu rumahnya.
Aha! Lee TaeMin!”, gumam JongIn, lalu mengirim pesan pada TaeMin.
---
JongIn menunggu kedatangan TaeMin di
pinggir Sungai Han. Ia bersandar pada mobil JinRi di luar dan berkutat pada
layar handphone’nya sambil menunggu TaeMin.
Tak lama kemudian TaeMin datang, “Ada apa
dengan Choi JinRi??!”, tanya TaeMin dengan masih memakai helm’nya.
JongIn menatapnya heran, betapa cemasnya TaeMin
mendengar JinRi pingsan. JongIn tak mengucapkan sepatah kata pun, ia hanya
memberi tanda dengan menunjuk JinRi yang masih terbaring tidur di dalam mobil.
TaeMin yang mengerti, segera membuka pintu
mobil JinRi. “Hei!! Kenapa dia bisa sampai begini??! Kau apakan dia,
haa...??!!!”, seru TaeMin membuat JongIn mendengus kesal.
Tanpa menunggu jawaban JongIn, TaeMin
hendak mengangkat JinRi keluar mobil. “Hei!! Kau mau membawanya kemana??!!”,
cergah JongIn.
“Yaa jelas membawanya pulang, babo!!”,
sentak TaeMin sembari hendak mengambil jas JongIn yang menutupi paha JinRi.
“Andweee!!!!”, seru JongIn mencegah TaeMin
mengambil jasnya. “Wae??!”, sahut TaeMin menghentikan niatnya.
JongIn segera mendorong TaeMin menjauh dari
mobil JinRi. “Hei! Apa kau ingin mengantar pulang JinRi dengan motormu..??! Dia
sedang pingsan, babo!! Kau ingin mencelakainya???!!”, seru JongIn.
“Kalau begitu aku yang mengendarai mobil
ini. Dan kau naik motorku saja!”, sahut TaeMin enteng.
“Mwo??!!! Shireo!!!”, tolak JongIn.
“Wae??! Aku tidak peduli. Pokoknya harus
begitu!! Bagaimana bisa aku tenang jika JinRi berada dalam satu mobil dengan
namja sepertimu??!”, ucap TaeMin sambil melepas helm’nya, lalu memakaikannya
langsung pada kepala JongIn dan memberikan kunci motornya. JongIn mendengus
kesal menuruti permintaan sahabatnya itu.
---
-Choi’s
Home-
TaeMin dan JongIn celingak-celinguk di
depan rumah Choi’s Family. “Kita tidak mungkin membawa JinRi ke rumah secara
terang-terangan dalam keadaan seperti ini. Ajummanya bisa membunuh kita.”,
gumam TaeMin.
“Lalu? Apa perlu kita membawanya ke rumahku
saja, atau ke rumahmu, atau ke hotel?”, tanya JongIn innoncent. TaeMin yang tak
puas dengan jawaban JongIn, sontak memukul keras helm yang masih dikenakan
JongIn hingga kepala JongIn maju ke depan. “Aigooo!!! Apa aku salah??!! Aku
hanya memberi saran!!”, keluh JongIn.
“Dia itu yeoja baik-baik!!! Kau pikir dia
seperti yeoja-yeoja mainan mu itu yang bisa menginap di sembarang tempat?!! Aiiiiisssh!!
Kau ini!!! Uhmmm,, lebih baik kita langsung membawanya ke dalam kamarnya lewat
jendela kamarnya dekat taman itu secara diam-diam.”, saran TaeMin sambil
menunjuk tempat yang ia maksud.
“Mwo??!!”, kejut JongIn sedikit tidak suka
dengan ide TaeMin. Tapi mau bagaimana lagi, JinRi sedang dalam keadaan mabuk
,dan penampilannya juga pasti akan membuat keluarganya marah jika melihatnya,
mengingat JinRi itu yeoja yang lugu(?) dan polos(?).
“Kau buka pagarnya pelan-pelan!”, pinta
TaeMin pada JongIn.
“Omona.. Kenapa penampilannya seperti
ini??! Ini bukan style’nya..”, lirih TaeMin hendak mengangkat tubuh JinRi
keluar mobil.
“Kau kuat menggendongnya? Hahaha..”, sindir
JongIn yang sudah membuka pagar rumah JinRi. Benar saja, TaeMin hampir saja
menjatuhkan JinRi dari punggungnya, namun dengan sigap JongIn menahannya.
---
“Bagus! Jendelanya terbuka! Kita
beruntung!”, gumam TaeMin. JongIn masuk ke dalam kamar JinRi. JongIn siap
menampani tubuh JinRi dari gendongan TaeMin.
JongIn membaringkan tubuh lemas JinRi di
kasurnya. Ia juga melepaskan higheels yang dikenakan JinRi, lalu
menyelimutinya. “Bau alkoholnya masih menyengat. Bagaimana ini?”, gumam JongIn
sambil mencari-cari parfum di kamar JinRi. Setelah menemukannya, JongIn
menyemprotkan parfum itu. Walau itu tidak menghilangkan bau alkoholnya, tapi
setidaknya sedikit berkurang. Ketika JongIn meletakkan kunci mobil JinRi di
meja sebelah tempat tidur JinRi, matanya tak sengaja melihat foto-foto dirinya
di sana. JongIn menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
“Hei!! Cepat keluar!!!”, seru TaeMin dengan
nada berbisik membuyarkan lamunan JongIn. Dengan segera ia keluar dari kamar
itu, dan pulang bersama TaeMin dengan mengendarai motor milik TaeMin tadi.
-Next
Day-
*JinRi
POV*
“Uuhh, kepalaku..”, lenguhku sambil
memegangi kepalaku yang masih terasa pusing.
“Siapa yang membawaku pulang? JongIn..?”,
gumamku mengulas senyum tipis melihat kunci mobilku yang diletakkan di meja
sampingku.
Semangatku sedikit pulih, aku bergegas
mengambil pakaian ganti, lalu menuju ke kamar mandi untuk merapikan diri.
---
*Author
POV*
Tok..tok..tok.. Choi MinHo mengetuk pintu kamar Choi JinRi.
“JinRi-ya,, aku boleh masuk kan?? Ada sesuatu yang ingin ku beritahukan
padamu.”, seru MinHo. Namun tak segera ada jawaban dari JinRi. Akhirnya MinHo
membukanya pelan, dan masuk.
MinHo duduk di pinggir kasurnya menunggu
JinRi yang masih ada di kamar mandi, tak sengaja pandangan MinHo tertuju pada
foto-foto yang tergeletak di meja kecil samping tempat tidurnya. MinHo
mengerutkan keningnya ketika melihat foto-foto itu. “Kim JongIn....”, gumam
MinHo.
“MinHo oppa...”, sapa JinRi yang baru saja
keluar dari kamar mandi, penampilannya pun sudah rapi.
MinHo menatap tajam JinRi, “Namja ini.. Kim
JongIn..? Kau tidak berhubungan sedang dengannya kan..??!”, tanya MinHo sambil
menunjukkan foto-foto itu di depan JinRi.
JinRi hanya terdiam, tak berani menjawab
pertanyaan MinHo. “Kalau kau diam, berarti jawabanmu iya. JinRi-ya,, apa kau ingin nasibmu seperti YoonA dan SeoHyun
yang dicampakkan oleh nappeun namja ini..??!! Bukankah aku sudah seringkali
menceritakannya padamu?! Apa kau tak menyadari itu??!!”, sentak MinHo sembari
membuang foto-foto hasil jepretan JinRi itu ke lantai.
“Sebentar lagi aku akan tinggal di asrama
bersama bandku. Itu berarti aku tidak bisa menjagamu lagi. Jadi kau harus bisa
menjaga dirimu sendiri, JinRi-ya..”, terang MinHo lembut sambil memegang kedua
bahu JinRi.
“Tapi aku menyukainya, oppa.. Apa yang
harus kulakukan?”, lirih JinRi.
“Mwo??!! Tidak boleh!! Kau harus
menjauhinya!!!!!”, sentak MinHo, lalu keluar dari kamar JinRi, sebelum emosinya
semakin meluap lagi.
*MinHo
POV*
To: Cho KyuHyun
Hyung, apa kau masih menyimpan no.handphone
Kim JongIn yang pernah SeoHyun berikan padamu? Aku sangat membutuhkannya,
beritahu aku segera! Gomawo..
Setelah mendapat no.Handphone JongIn. Aku
segera menelpon nomornya ,dan mengajaknya bertemu pada saat ini juga.
-Coffee
House-
*Author
POV*
Minho memesan tempat yang cukup tertutup,
mengingat dia adalah seorang personil band yang baru saja debut.
“Ada urusan apa?”, tanya JongIn yang baru
saja tiba, dan menduduki kursi yang telah disediakan.
“Apa kau punya dendam pada ku??!! Kenapa
kau menyakiti yeoja-yeoja yang ku sayangi?! Im YoonA , Joo SeoHyun sahabatku, lalu
sekarang Choi JinRi..?!”, ungkap MinHo to the point.
“Jangan dekati sepupuku, Choi JinRi!! Kalau
kau hanya akan menyakitinya, tolong jangan dekati dia!!”, lanjutnya.
JongIn tersenyum sinis. “Apa kau
menyalahkanku? Aku tidak salah. Mereka yang mengejarku, bukan aku yang
mengejarnya! Jadi wajar kalau mereka menjadi pihak yang tersakiti.”, jawab
JongIn enteng menyulut emosi MinHo.
Emosi MinHo tak dapat terkontrol lagi. Ia
menarik kerah kemeja JongIn. Dan mengambil ancang-ancang untuk memukul JongIn.
“Andwe!!!!”
Buuk... Bukan pipi JongIn yang menerima pukulan
keras MinHo, tapi yeoja yang tiba-tiba datang menghalanginya. “Choi JinRi..”,
seru MinHo dan JongIn bersamaan sambil menolong JinRi yang tubuhnya menyenggol
coffee di meja.
“Aww...!!”, rintih JinRi sambil memegangi bibirnya
yang sedikit mengeluarkan darah. JinRi menepis tangan MinHo yang memegang
bahunya. “Sudah ku duga, oppa akan melakukan ini. Oppa, aku bukan anak kecil
lagi..!! Kenapa kau ikut campur urusanku?!! Ini perasaanku, masalahku!!! Kenapa
kau yang repot??!!”, kesal JinRi pada MinHo.
“Jangan ikuti aku!! Jika tak ingin
popularitas yang sedang kau bangun ambruk..!!”, seru JinRi sembari menarik
JongIn meninggalkan MinHo di tempat itu.
---
JinRi melepas tangan JongIn dari
genggamannya. “Maafkan kakak sepupuku.”, ucap JinRi sambil membungkukan diri, lalu
hendak pergi meninggalkan JongIn. Namun JongIn mencegahnya. Ia menarik pelan
tangan JinRi. JinRi tersenyum di dalam hati mengikuti langkah JongIn yang entah
mau membawanya kemana.
---
JongIn membawanya ke apotek terdekat untuk
membeli obat luka dan plester mini. Setelah itu, JongIn membawanya ke taman,
dan mendudukan JinRi di bangku taman tersebut. JongIn juga duduk di samping
JinRi, lalu ia menyentuh dagu JinRi dan menatap perih luka di pinggir bibir
JinRi.
“Neomu Babo!!”, gumam JongIn sembari
mengobati luka JinRi. “Kalau mau merintih, merintih saja! Jangan ditahan! Aku
tidak ingin melihat air matamu keluar karena menahan sakit.”, ucap JongIn
lembut yang masih berkutat pada luka JinRi.
“Aww..!!!!”, rintih JinRi kesakitan ketika
JongIn menempelkan plester di pinggir bibir JinRi dengan sedikit kasar.
“Mianhe”, ucap JongIn enteng.
“Gomawo.”, ucap JinRi singkat. Setelahnya
mereka hanya terdiam, mungkin karena sama-sama canggung. JinRi berkutat pada pakaiannya yang terkena
tumpahan coffee tadi, ia berusaha membersihkan noda itu dengan tissue, walau
itu mustahil akan bersih. Begitupun JongIn yang pura-pura melihat pemadangan di
sekelilingnya, sebenarnya jantungnya sedang berdetak sangat kencang dari tadi.
“Mau ku antar pulang?”, tawar JongIn
ragu-ragu. JinRi tersenyum lembut menjawab tawaran JongIn. Akhirnya mereka
pulang bersama dengan menumpangi bus, karena tak satupun dari mereka yang
membawa kendaraan sendiri.
-Choi’s
Family-
*JinRi
POV*
Aku menatap wajahku di cermin, tepatnya
menatap plester di pinggir bibirku yang ditempelkan oleh JongIn tadi. Aku
tersenyum bahagia mengingatnya. Rasanya aku tidak ingin melepaskannya.
“Oiya, aku harus meminta maaf pada MinHo
oppa!”, gumam JinRi segera meraih handphone’nya dan menelpon MinHo yang belum
pulang.
“Yoboseyo.. MinHo Oppa..”
“...........”
“Aku minta maaf atas kejadian tadi, aku
sudah berkata kasar padamu. Mianhe..”
“.............”
“Gwaencahana.. Ini hanya luka kecil. Kau
tenang saja! Aku tahu kau melakukan itu demi kebaikanku. Gomawoyo, oppa...”
“.............”
“Ne. Percayalah padaku!! Annyeong!”
Sekarang aku sudah tenang, MinHo oppa tak
marah padaku. Betapa beruntungnya aku mempunyai kakak sepupu yang perhatian
seperti dia.
-Seoul
Hospital-
*Author
POV*
Kim YuRi melangkahkan kakinya cepat, ia tak
sabar melihat umma yang dirindukannya. Baru saja ia mendapat kabar dari
Dr.Chen, bahwa Ny.Kim sudah sadar dari komanya. Betapa bahagianya ia mendengar
kabar itu.
“Umma...!!!”, seru YuRi memasuki kamar inap
umma’nya. Ny.Kim tersenyum lembut menyambut kedatangan putrinya. YuRi memeluk
erat umma’nya. “Umma... Aku merindukanmu..”, isak YuRi.
“Umma juga merindukanmu..”, ucap Ny.Kim
sembari membelai lembut rambut YuRi.
“Dimana Kim JongIn dan kakek??”, tanya
Ny.Kim melepas pelukan YuRi dan menghapus air matanya.
“Kakek masih rapat di perusahaan. Katanya
selesai rapat akan segera kemari. Dan Kim JongIn masih sekolah. Aku belum
sempat memberitahunya.”, jawab YuRi.
*JongIn
POV*
Aku mempercepat langkah kakiku. Ketika
sampai di depan kamar inap umma’ku, perasaanku tak karuan. “Umma....”, lirihku
melihat umma sedang duduk memandangi karangan bunga. Mataku berkaca-kaca
melihat umma yang begitu ku rindukan sudah tersadar dari tidur panjangnya.
“JongIn-ah...”, lirihnya tersenyum padaku.
Aku segera memeluknya erat. “Umma.....”, isakku di dalam pelukan hangatnya.
---
Aku memijat-mijat pelan lengan ummaku,
mataku tak lepas darinya, rasanya ingin selalu melihat senyuman hangatnya.
“JongIn-ah...”, lirih umma. “Apa selama ini kau hidup dengan baik??”, tanya
umma yang membuatku tercekat mendengarnya.
“Mianhamnida, umma... Aku bukan anak yang
baik, aku bukan namja yang baik.”, ungkapku dengan air mata yang tak mampu lagi
ku bendung.
Tangan lembutnya membelai kepalaku. “Umma
sudah mendengar semuanya dari kakakmu. Kenapa kau seperti itu..??”, tanya umma
lembut.
“Aku tidak tahu. Perasaanku begitu sakit
sejak kejadian itu. Aku tahu cara melampiaskan kemarahanku itu salah, tapi aku
tidak tahu lagi apa yang harus ku lakukan untuk mengobati rasa sakit ini,
umma..”, jelasku terisak.
“Apa kau tahu?? Kejadian itu, tak ada
satupun yang salah. Appa ataupun Han YeSeul, mereka tak bersalah. Ini semua
kesalahan umma. Kalau bukan karena keegoisan umma, mungkin ini semua tidak akan
terjadi.”, terang Umma.
Aku mengerutkan keningku, bagaimana bisa
bukan kesalahan mereka, batinku.
“Kim JongWoo dan Han YeSeul adalah sepasang
kekasih, bahkan sebelum umma bertemu dengan JongWoo, mereka sudah saling
mencintai. Perbedaan umur mereka hampir 15 tahun, tapi itu tidak menghalangi
cinta mereka. Ketika umma bertemu dengan JongWoo, aku jatuh cinta padanya, dan
berambisi untuk mendapatkannya bagaimanapun caranya. Umma memisahkan mereka,
bahkan sempat terlintas di pikiranku untuk membunuh YeSeul. Tapi aku
mengurungkannya, aku hanya mengadu domba mereka, hingga mereka akhirnya
berpisah. Dengan bantuan kakek, umma bisa menikahi Kim JongWoo.Sebenarnya aku
sadar, selama itu cinta JongWoo tak sepenuhnya diberikan kepadaku, tapi umma
pura-pura tidak tahu. Tak ku sangka cinta mereka sedikitpun belum pudar,
walaupun sudah bertahun-tahun berpisah.”, jelas umma tersenyum pahit.
“Tak seharusnya umma memisahkan mereka
dulu. Tapi aku bersyukur, walau pada
akhirnya aku tidak mendapatkan cinta Kim JongWoo,, aku sudah mendapatkanmu dan
Kim YuRi. JongIn-ah,, umma mohon maafkanlah mereka, jangan menyimpan dendam
yang begitu menyakitkan itu lagi..! Berhentilah mempermainkan yeoja-yeoja lain,
ne?!”, pinta Umma padaku. Aku mengangguk lemah mengiyakan permintaannya.
---
*Author
POV*
JongIn berjalan gontai menelusuri lorong
rumah sakit memikirkan perkataan Ny.Kim tadi. “Choi JinRi..”, gumam JongIn
melihat JinRi membawa sekeranjang buah. Dia tersenyum manis pada JongIn. “Aku
mendapat kabar, umma mu sudah sadar. Aku ingin menjenguknya.”, ucap JinRi
berlalu meninggalkan JongIn menuju kamar inap Ny.Kim Dana.
---
Setelah JinRi selesai menemui Ny.Kim, ia
keluar dari kamar inapnya. Tak tahunya, JongIn sedang bersandar di depan pintu,
menunggu JinRi keluar. JinRi sedikit terkejut, namun ia kembali mengulas senyum
pada JongIn. “Aku ingin bicara denganmu.”, ucap JongIn sembari menggenggam
tangan JinRi dan menariknya pelan.
---
Mereka duduk berdampingan di bangku taman
rumah sakit. “Bagaimana bisa kau mengenal umma ku..??”, tanya JongIn membuka
pembicaraan.
“Uhmm.. Sebenarnya aku tak hanya mengenal
umma mu. Tapi aku juga dekat dengan kakakmu, YuRi eonni.”, jawab JinRi dengan
pandangan yang masih lurus ke depan. JongIn yang mendegarnya memasang wajah
makin penasaran.
“Apa kau ingat gadis yang bernama Sulli?”,
tanya JinRi menatap JongIn. Ia mengerutkan keningnya sembari berusaha mengingat
masa lalunya.
JinRi tersenyum pahit, “Aku tahu, kau pasti
tidak mengingatnya. Karena keberadaan diriku saat itu sama sekali tak berkesan
bagimu.”, sesal JinRi melihat JongIn yang tak juga angkat bicara, menandakan
dia tak mengingatnya.
“Sejak 5 tahun lalu, aku menyukaimu. Keberadaanmu
sangat berharga bagiku. Walau aku hanya mengamatimu dari kejauhan, itu cukup
membuat perasaanku hangat dan bahagia, karna kau adalah matahariku. Mungkin
orang lain akan menyebutku ‘gadis penguntit’, tapi aku lebih suka menyebut
diriku ‘bunga matahari’ yang selalu mengikuti arah kemana mataharinya pergi.”,
terang JinRi. Namun JongIn hanya terdiam menunggu JinRi bercerita lagi.
“Dulu sebelum umma mu kecelakaan. Aku
memberanikan diri untuk mengunjungi rumahmu, tapi sayangnya saat itu kau sedang
tak tinggal di rumah. Katanya kau tinggal bersama Appa’mu di apartemen. Aku
kecewa mendengarnya, tapi Kim Ajumma dan YuRi eonni sangat ramah menyambutku.
Mereka menyuruhku untuk sering main ke rumahmu, karena kata mereka aku gadis
yang manis. Hingga akhirnya mereka tahu, kalau aku menyukaimu. Ketika aku
mendengar umma mu kecelakaan, aku juga sangat terpukul, dia sudah
memperlakukanku dengan sangat baik, aku juga tak ingin kehilangan Kim Ajumma.
Diam-diam aku sering menjenguknya setahun terakhir ini.”, jelas JinRi.
JongIn masih saja tak bergeming.
“Menurutku, penjelasanku tadi sudah cukup bisa menjawab rasa penasaranmu. Aku
pulang dulu ya..”, ucap JinRi berlalu.
-Next
Day @Kim’s Family Home-
*Tiffany
POV*
Aku dan orangtuaku sudah berada di depan
rumah Kim JongIn. “Sudah waktunya, kau membayarnya Kim JongIn.”, batinku
tersenyum licik. Sebelum masuk ke dalam rumah mewah itu, aku berkaca memastikan
riasku sedikit terlihat menyedihkan. Aku memang bermaksud meminta pertanggung
jawaban pada Kim JongIn, orangtuaku juga percaya kalau Kim JongIn lah appa dari
janin yang sedang ku kandung ini.
@School
*Author
POV*
JinRi berjalan menelusuri koridor sekolah.
Tiba-tiba ada seorang namja paruh baya yang menyenggol langkahnya. Namun, namja
paruh baya itu tak mempedulikannya, dan tetap terus melangkah cepat menjauhi
JinRi. JinRi sedikit heran melihatnya. “Uhmm.. Bukankah itu kakek Kim JongIn?”,
gumam JinRi mengenali namja paruh baya itu. “Untuk apa dia kemari??”, pikir
JinRi penasaran. Akhirnya JinRi mengikutinya.
---
Tn.Kim dan Kim JongIn berada di taman
belakang sekolah yang sangat sepi. Plaaaaaak...
Tn.Kim yang notabene adalah kakek Kim JongIn menampar keras pipi cucunya. JinRi
yang mengintip kejadian itu dari balik tembok sontak membungkam mulutnya
sendiri, karena terkejut melihat JongIn ditampar oleh kakeknya sendiri.
“Kau benar-benar namja yang tak tahu diri!!
Apa kau ingin mempermalukan keluargamu, haa..??!! Tiffany Hwang!! Dia sedang
mengandung anakmu kan..??!!”, murka Tn.Kim.
“Kalau aku bilang janin itu bukan anakku,
apa kakek akan percaya?”, tanya JongIn dingin.
“Bagaimana bisa aku percaya, mengingat
kelakuanmu itu memang buruk!!! Sebelum aib ini tersebar, kau harus segera
menggantikan posisi kakek! Dan menikahi Tiffany Hwang! Keluarganya sudah
menemui kakek, jika kau tak segera menikahinya, keluarga Hwang akan
menghancurkan perusahaan kita.”, ujar Tn.Kim menahan emosi.
“Menikahinya???! Kakek, lebih baik aku
dijodohkan dengan yeoja berkelas pilihan kakek..!! Janin di dalam kandungannya
itu bukan anakku!! Kenapa aku yang harus bertanggung jawab??!! Ini tidak
adil..!”, seru JongIn.
“”Kau pikir Tiffany Hwang bukan yeoja
berkelas?? Dia anak dari Hwang Group, perusahaan keluarganya cukup bagus di
Seoul. Bukti sudah jelas, kalau kau yang harus bertanggung jawab. Kelulusan mu
2 minggu lagi kan..?! Itu bagus, lebih cepat lebih baik, sebelum perutnya itu
membuncit.”, ujar Tn.Kim lalu bergegas meninggalkan JongIn sendiri disana
menahan emosi.
JinRi terpukul mendengar percakapan Tn.Kim
dengan JongIn tadi. Air matanya menetes. Ia pun juga tak terima, jika namja
yang ia cintai selama ini akan menikah dengan yeoja lain, apalagi yeoja itu
sedang hamil anaknya. Apa yang bisa ia lakukan untuk mencegah pernikahan itu,,
tidak ada.
-2
weeks later-
*Author
POV*
Pesta kelulusan berlangsung meriah. Namun
tidak bagi JinRi dan JongIn, mereka terlihat sangat murung. Bagaimana tidak,
keluarga Kim dan keluarga Hwang sudah mempersiapkan upacara pernikahan Kim
JongIn dan Tiffany yang akan diadakan lusa konsepnya sangat sederhana dan
tertutup.
“Choi JinRi..”, seru SooJung memeluk JinRi.
“Kau kenapa?? Kau sedih?? Aku juga, tapi setidaknya kau menikmati pesta
kelulusan kita ini..!!! Ayo kita berbahagia..!”, ujar SooJung tersenyum
menyemangati sahabatnya.
“JinRi-ya, setelah ini kau mau melanjutkan
kemana??”, tanya ChanYeol. “Aku.. Uhmm,, aku ingin lebih fokus pada ballet, aku
ingin menjadi ballerina yang terkenal.” Ungkap JinRi memaksakan diri untuk
tersenyum.
ChanYeol mengangguk dan tersenyum, “Itu
bagus!! Haaahh~ Minggu depan aku harus tinggal di asrama bersama hyungdeul
Exonee. SooJung-i,, kita akan jarang bertemu. Bagaimana jika aku terjangkit
virus malarindu..??”, ungkap ChanYeol manja.
“Apa perlu aku menjadi pembantu di asrama
mu, agar kita bisa sering bertemu??”, balas SooJung tak kalah manja. “Itu ide
bagus!! Aku akan mengusulkannya pada manajerku!”, seru ChanYeol semangat.
“Hei!! Apa kau benar-benar ingin menghambat
impianku??!! Kau lupa komitmen kita..!! Kau meraih impianmu, aku meraih impianku.
Lalu setelah itu baru kita meraih impian kita bersama!!”, seru SooJung menolak
sarannya sendiri tadi.
JinRi tertawa melihat SooJung dan ChanYeol,
“Hahahaha.. Kalian ini! Jika tidak kalian hidupku pasti sepi!”, ungkap JinRi.
“Itu pasti! Karena aku, Park ChanYeol adalah happy virus!”, ucap ChanYeol
bangga.
---
“JongIn-ah,, akhir-akhir ini kau terlihat
tak bersemangat..?! Seharusnya kita bersenang-senang di pesta kelulusan ini!”,
ujar TaeMin sembari merangkul sahabatnya.
“Bagaimana bisa aku bersemangat?!”, sahut
JongIn lemah.
“Wae?? Apa ada yang kau khawatirkan??
Setelah ini hidupmu akan makin terjamin, tak lama lagi kau pasti mewarisi
perusahaan kakekmu kan..?”, tanya TaeMin memastikan.
“Aku akan menikah besok lusa.”, jawab
JongIn singkat.
“Mwo???!!!!! Secepat itu??!! Dengan
siapa?”, kejut TaeMin. “Tiffany Hwang.”, singkat JongIn.
“Mwoya????!!! Bagaimana bisa?!!”, seru
TaeMin makin terkejut. JongIn tak bergeming.
“Lalu bagaimana dengan Choi JinRi?? Apa kau
akan mengabaikan perasaannya??”, tanya TaeMin menyelidik.
“Entahlah..”, gumam JongIn berlalu meninggalkan
TaeMin.
---
JongIn mencari tempat yang hening, agar ia
bisa menenangkan perasaan dan pikirannya. Ia melangkahkan kakinya ke balkon
sekolah. JongIn menutup matanya, merasakan angin malam yang menerpa tubuhnya.
Tap..tap..tap..tap.. Ada suara langkah kaki yang hendak menuju
balkon. Pandangan JongIn mengarah ke sumber suara.
“Choi JinRi..”, gumam JongIn melihat yeoja
yang sudah berada di depannya. JinRi tersenyum lembut padanya.
“Apa itu benar??”, tanya JinRi hati-hati.
“Maksudmu?”
“Yeoja yang bernama Tiffany Hwang itu..
Apaa dia sedang mengandung janin darah dagingmu??”, tanya JinRi menatap JongIn
sayu.
“Kalau aku bilang bukan, apa kau akan
percaya??”
“Aku percaya. Aku yakin kau tak mungkin
melakukannya di luar batas. Aku mempercayaimu, JongIn-ah. Kau bukan namja yang
seperti itu.”, ujar JinRi tersenyum.
“Gomawo..”, ucap JongIn membalas
senyumannya.
“Tapi, jika itu memang bukan tanggung
jawabmu, kenapa kau tak menolak pernikahan itu??!”, tanya JinRi.
“Sudah terlambat, yeoja itu sudah berhasil
menghasut orangtuaku dan orangtuanya. Apa yang bisa ku lakukan?! Bukti bahwa
aku namja yang buruk sudah jelas.”, sesal JongIn.
“Lalu bagaimana denganku nanti? Kau tahu
perasaanku padamu kan?? ”, lirih JinRi. Namun tak ada jawaban dari Kim JongIn.
“Baiklah.. Aku akan membuangnya. Membuang
sampah yang sudah ku simpan selama 5tahun ini!! Aku tidak ingin menjadi orang
yang egois.”, ungkap JinRi sinis dan melangkah pergi.
Tiba-tiba langkah JinRi terhenti. JongIn
memeluknya dari belakang, “Jika kau benar-benar menyukaiku, cegah pernikahan
itu!”, lirih JongIn.
JinRi tak mampu lagi membendung air matanya
lagi, “Dengan cara apa?? Apa yang bisa ku lakukan untuk mencegahnya?”, sahut
JinRi bergetar.
“Dengan cara apapun!”, jawab JongIn.
“Aku tak punya hak untuk melakukan itu.”,
ujar JinRi.
“Punya! Kau punya hak untuk melakukan itu!
Karna kau adalah bunga matahariku. Dan aku adalah mataharimu.”, terang JongIn
mempererat pelukannya.
-Wedding
Ceremony-
*Author
POV*
Tiffany berjalan anggun di altar dengan
gaun pengantinya yang menyapu lantai. Tiffany terlihat sangat bahagia, namun
tidak pada Kim JongIn. Upacara pernikahan itu hanya dihadiri oleh kerabat
terdekat kedua belah pihak keluarga. Umma JongIn ,Ny.Kim yang baru saja pulang
dari rumah sakit juga menjadi saksi pernikahan anaknya.
Kini Kim JongIn dan Tiffany
sudah berdiri berdampingan menghadap pendeta. Pendeta hendak membacakan janji suci
yang harus diucapkan oleh JongIn dan Tiffany nanti.
-TBC-
No comments:
Post a Comment