Title: Love At First Sight
Cast:
- EXO s LuHan as Xi LuHan
- Kim HyeJin (OC)
- EXO s Chen as Chen / Kim JongDae
Rating: PG-16
Genre: Romance
*LuHan POV*
“Yaa!!! Bagaimana
bisa kau kemari??!!”, serunya menatapku tak percaya. Aku hanya tersenyum manis
padanya.
“Umma, kenapa umma
memasukkan namja ini ke rumah kita??! Dia orang asing!”, terang HyeJin.
“Mwoya??! Kau ini
bagaimana?! Dia kan satu universitas dengan mu, HyeJin-ah..”, jawab ummanya.
“Umma.... Aku
bahkan tidak tahu namanya..!”, rengeknya.
“Xi LuHan. Namaku
Xi LuHan. Sekarang kau sudah tahu nama ku kan? Jadi tidak ada masalah.”, ujarku
enteng.
“Benar. Walau umma
tidak tahu bagaimana hubungan kalian, umma yakin LuHan adalah namja yang baik.
Jadi kau jangan memandangnya sebagai orang asing!”, seru umma yang membelaku.
Aku hanya menahan tawa melihat ekspresi kesal HyeJin memandangku.
“Sudahlah, HyeJin
memang sedikit sok jual mahal. Ayo makanlah..!”, ujar ajumma padaku. Aku pun
mengambil sumpitku dan mulai memakan masakan buatan ajumma.
“Eumm, masshita...!”,
pujiku.
“Jongmal? Kalau
begitu makanlah yang banyak! HyeJin-ah, ayo makan!”, ajak ajumma. Namun HyeJin
malah keluar rumah meninggalkan kami berdua.
“Aku tidak mau
makan!”, kesalnya menutup pintu rumahnya.
“Aiiish!! Dasar babo
yeoja!!”, dengus kesal ajumma.
“Setelah selesai
makan, ceritakan semuanya tentang hubunganmu dengan HyeJin! Kau janji, ne?!”,
pinta ajumma padaku.
“Aku akan
menceritakannya, kalau ajumma juga ikut makan.”, ujarku mengambilkan daging ke
dalam mangkoknya.
“Kau ini..”,
gumamnya malu-malu.
---
“..............
Jadi karena kecelakaan kecil itu, ajumma. Tapi aku bisa menebak, kalau HyeJin
bukan tipe yeoja yang mudah didekati. Oleh karena itu, caraku mendekatinya
sedikit paksa dan terburu-buru, karena waktuku tidak banyak.”, terangku.
“Kau yakin? Kalau
kau jatuh cinta padanya?”, tanya ajumma memastikan.
“Ne. Aku sangat
yakin. Tolong bantu aku ,ajumma..”, pintaku.
“Ok HyeJin
hanyalah yeoja biasa, status sosial keluarga kami pun juga tak begitu bagus. Sedangkan
kau adalah pewaris SXI Group yang terkenal itu. Ajumma takut hal ini bisa
menjadi masalah.”, ungkapnya.
“Aku pastikan
status, kedudukan sosial tak akan menjadi masalah di antara kami. Aku yakin
orang tuaku akan menerima HyeJin apa adanya.”, ujarku meyakinkan ajumma.
---
*Author POV*
Setelah
perbincangannya dengan umma HyeJin selesai, LuHan pun pamit pulang.
“Kau!”, seru
HyeJin pada LuHan yang hendak memasuki
mobilnya.
“HyeJin-ah,
panggil aku LuHan..!”, pinta LuHan tersenyum manis menanggapi seruan HyeJin.
“Sebenarnya apa
mau mu?!”, tanya HyeJin dengan nada mengeluh.
LuHan pun
mendekati HyeJin, dan menatapnya dalam. “Kau, HyeJin-ah.”, jawab LuHan
lagi-lagi dengan senyuman manisnya.
“Mwo?!! Aku?!”,
kejut HyeJin menatap LuHan bingung.
Senyuman LuHan pun
hilang dan langsung memandang remeh HyeJin
“Kau tak paham juga?! Aku ingin kau
menjadi istriku. Kau mengerti?!”, terang LuHan tegas, kali ini tanpa senyuman.
“Mwo?!!! Kau sudah
gila?!!”, pekik HyeJin membulatkan kedua matanya.
“Iya, Aku gila.
Dan itu juga karena mu! Jadi kau harus bertanggung jawab!!”, jawab LuHan dengan
penuh penekanan.
Ia pun beranjak ke mobilnya meninggalkan HyeJin yang masih
terpaku.
*****************************
*HyeJin POV*
“Ku harap aku tak
bertemu namja itu lagi.”, batinku celingukan menelusuri koridor kampus. Setelah
ku pastikan tak ada namja itu di sekitarku, aku pun berjalan santai, dan memasang earphone
ku.
“Haha.. Kau
mengikuti cara yang ada di drama-drama ya?! Cara ini sudah sangat kuno.”,
sindirnya menyabut earphone dari saku cardiganku. Earphone ku memang sengaja
tak ku sambungkan pada mp3.
“Kau ini..! Apa
kau tak mampu membeli iphone atau sejenisnya?”, ejeknya lagi.
“Iya, aku tak
mampu membeli barang seperti itu. Earphone ini saja aku temukan di tong
sampah.”, jawabku kesal.
Aku pun menyaut
earphoneku, lalu meninggalkannya. Tapi ia menahan lenganku. “Xi LuHan...!”,
kesalku menatapnya.
“Akhirnya kau
memanggil namaku.”, ujarnya tersenyum senang.
Aku menatapnya malas dan menghela
nafasku. “Apa kau begitu ingin aku menjadi..?”, tanyaku terputus.
“Iya! Aku
menyukaimu, aku tidak main-main. Sungguh!!”, jawabnya dengan raut serius.
“Kau namja yang
tak suka basa-basi ya?! Aku suka itu, tapi beri aku waktu.” Ujarku.
“Kita tidak punya
waktu banyak, HyeJin-ah.”, rengeknya padaku.
“Mwo??! Memangnya
besok dunia akan kiamat?!”, pekikku mendengar rengekannya yang tak jelas.
“Mungkin saja
kan?!”, jawabnya.
“Kau ini...! Tapi
aku mohon untuk beberapa hari ini jangan usik aku, ne?!”, pintaku memasang raut
memohon.
LuHan pun melepas tangannya dari lenganku.
“Baiklah. Mianhe
aku sudah membuatmu tak nyaman.”, ujarnya lirih dan meninggalkanku dengan
langkah lesu.
“Kenapa aku malah
merasa bersalah padanya?”, pikirku menatapnya yang mulai menjauh.
***********************************
-4 days later-
*Author POV*
“HyeJin-ah...!!!!
Kenapa kau baru pulang, ha??!”, seru umma HyeJin menyambut anaknya yang baru
masuk rumah.
“Ini akhir minggu,
umma. Rumah makan Shin ajumma sangat ramai.”, jawab HyeJin lelah.
“Kau ini...! Kau
anak yang pekerja keras! Umma bangga dan sangat menyayangimu. Tapi umma akan
lebih bahagia lagi jika umma mempunyai menantu seperti LuHan.”, ujar umma
HyeJin.
“Umma....”, rengek
HyeJin.
“Jam 8, LuHan
menunggumu di taman dekat rumah. Sudah waktunya kau memutuskan pilihanmu,
menerimanya atau menolaknya.”
“Kenapa harus
menunggu di taman dekat rumah? Kenapa tidak langsung kemari saja?!”, keluh
HyeJin.
“Kau mengharapkan
dia kemari?”, goda umma’nya.
“Tidak! Itu
karena... Itu agar aku tak usah repot-repot kesana dan segera menolaknya!”,
elak HyeJin.
Pletaaakkkk... “Babo yeoja!! Kalau aku jadi kau, aku tidak
akan menyiakan kesempatan ini!! Tadi LuHan sudah kemari, dan memberikan sebuah
gaun dan sepasang sepatu yang cantik untukmu. Cepat berdandanlah!”, terang
ummanya menjitak kepala HyeJin.
“Awww!! Kalau
begitu umma saja yang menikah dengannya!”, kesal HyeJin masuk ke dalam
kamarnya.
---
*HyeJin POV*
Aku memasuki
kamarku dan menguncinya. Aku melihat gaun cantik di tempat tidurku. “Haruskah
aku menerimanya?”, gumamku menyentuh gaun itu dan memandangi sepasang sepatu
yang serasi dengan gaun itu.
Aku memandangi jam
di meja tempat tidurku, jarum jam itu sedang menunjuk angka 8.
“Sekalipun pendidikan mu tinggi, dan
cita-citamu menjadi seorang jaksa tercapai, tetap saja kau akan dipandang
sebelah mata dengan status keluargamu yang berada di kelas bawah!! Umma yakin
keluarga Xi LuHan bisa menerima mu apa adanya. Kau yeoja yang jujur, cerdas dan
rajin, bagaimana bisa mereka menolakmu sebagai menantu mereka?! Namja itu, Xi
LuHan akan mengangkat mu, dan keluarga kita. Apa kau ingin hidup di lingkungan
seperti ini terus sampai kau mati? Terimalah LuHan sebagai pendampingmu,
HyeJin-ah. Percayalah restu orangtua!”,
kata-kata umma terngiang di benakku.
Aku pun berpikir sejenak, memikirkan masa
depan yang ku inginkan selama ini.
---
-30 minutes later-
*Author POV*
“Baru 30 menit.”,
gumam LuHan meratapi jarum jam tangannya yang terus berdetik(?) sembari
mondar-mandir. LuHan menghela nafasnya, lalu menyandarkan tubuhnya di badan
mobilnya.
“40 menit. Yaa!!!
Apa ini bisa disebut terlambat?!!”, seru LuHan mulai kesal menunggu HyeJin.
“Apa dia tidak mau
datang?”, lirihnya menatap sendu jalanan sepi rumah HyeJin yang tak sedikit pun
menunjukkan kedatangan HyeJin.
---
“Umma, LuHan
menungguku di taman dekat rumah kan?!”, seru HyeJin berlari keluar kamar.
“Iya..”, jawab
umma HyeJin yang masih sibuk menjahit baju. “Yaa..! HyeJin-ah..!! Baguss!!
Cepat temui dia!!”, pekik umma HyeJin senang menyadari putrinya sudah memakai
gaun pemberian LuHan.
HyeJin membuka pintu dan berlari keluar tanpa menggubris
pekikan ummanya.
---
“Apa yang harus ku
lakukan selanjutnya?”, gumam HyeJin memandang LuHan yang sedang
membelakanginya.
Raut wajahnya begitu resah. Kakinya terasa berat untuk
melangkah mendekati Luhan.
“Ehem..Ehem..
Mianhe.. Aku terlambat..”, lirih HyeJin melatih vokalnya sebelum menemui Luhan.
“Aiiiish!! Untuk
apa aku minta maaf padanya.”, gerutu HyeJin menatap kesal LuHan dari kejauhan.
Mau tak mau HyeJin
pun melanjutkan langkahnya yang terhenti.
Namun langkah
HyeJin terhenti oleh seseorang yang membekapnya dari belakang.
“Eummbb...
Eummb..” Bruuk... Tubuh HyeJin lemas
di dalam dekapan orang yang membekapnya tersebut. Lalu menyeret tubuh lemah
HyeJin.
LuHan
membalikkan tubuhnya dengan kesal. “Apa dia benar-benar tidak datang?! Aku ke
rumahnya saja!! Dia harus mau menerima lamaranku!!!”, seru LuHan berjalan
menuju rumah HyeJin.
Namun
sebuah sepatu higheels tergeletak di tanah menghentikan langkahnya. “Ini...
Bukankah ini milik HyeJin dariku..?”, gumam LuHan mengambil sepatu itu ,dan
segera melihat sekelilingnya. Dilihatnya sebuah mobil yang mulai distarter dan
melaju dengan kencang.
“Ok
HyeJin!”, seru LuHan berfirasat buruk.
LuHan
pun bergegas menuju mobilnya, dan mengejar mobil itu.
---
*Author POV*
Mobil
yang membawa HyeJin berhenti di sebuah rumah mewah bergaya minimalis. Lalu
membawa HyeJin ke dalam rumah tersebut. LuHan yang sudah memarkirkan mobilnya
tak jauh dari mobil itu, langsung mengikuti orang tersebut masuk ke dalam rumah
diam-diam.
LuHan
bersembunyi di balik tembok, ia menahan emosinya ketika melihat HyeJin diikat
oleh orang tersebut.
*HyeJin POV*
“Euuungh..”,
keluhku mulai tersadar. Tubuhku terikat, aku pun tak dapat melihat apapun,
mataku pun tertutup dengan ikatan kain yang cukup kuat.
“Ok
HyeJin.. Kau sudah sadar?”, terdengar suara seorang yeoja mendekatiku.
“Siapa..??
Kau siapa?”, tanyaku mulai ketakutan.
“Kau tak
mengenali suaraku, HyeJin-ah..? Kau sahabat yang kejam!”, ujarnya tepat di
telingaku.
“JiYeon?
Park JiYeon?”, tebakku hati-hati.
“Kalau
benar, apa kau akan marah padaku?”, tanyanya.
“Mwo?!
Apa yang kau lakukan?”, tanyaku.
“Menghalangimu
bersama Xi-Lu-Han.”, jawabnya penuh penekanan. Aku terdiam mendengarnya, tanpa
menanggapi apapun.
“Kau tak
tahu kan, aku sudah lama mengincar Xi LuHan. Tapi tak tahunya kau duluan yang
mengenalnya, terlebih lagi kalian saling menyukai. Ini tidak adil bagiku.
Sebagai sahabatku maukah kau merelakannya untukku, HyeJin-ah?”, jelas Jiyeon
sinis.
“Jika
tidak, apa yang akan kau lakukan? Kau tak pernah mengatakan hal itu padaku.
Jadi sekalipun kau sahabatku, sedikitpun aku tak merasa bersalah padamu,
apalagi merelakan LuHan padamu.”, ujarku tanpa ragu.
*Author POV*
LuHan
masih berdiri di tempatnya, mendengar percakapan mereka berdua, agar tahu akar masalahnya.
JiYeon
tersenyum sinis mendengar perkataan HyeJin. “Bolehkah aku menghancurkanmu?”,
ujar Jiyeon.
“Hanya
karena Xi LuHan, kau berani melukaiku?! Nappeun yeoja!!”, seru HyeJin.
JiYeon
mengelus lembut rambut HyeJin, lalu berkata, “Benar. Apa kau menyesal
bersahabat denganku?”, lalu menjambak rambut HyeJin membuatnya meringis sakit.
Tangan
JiYeon beralih ke wajah HyeJin, lalu mengelusnya. “Aku heran, kenapa tanpa
perawatan pun wajahmu bisa sehalus dan sebersih ini. Rasanya aku ingin
mencoret-coretnya, bolehkah?”, kata JiYeon lalu mengambil sebuah silet dari
saku jeans’nya.
LuHan
tak kuasa lagi menahan emosinya melihat HyeJin diperlakukan seperti itu, namun
sebelum melangkah ia menelpon polisi agar segera datang ke rumah tersebut.
---
*LuHan POV*
Yeoja
itu sudah berancang-ancang menyentuh pipi HyeJin dengan silet.
“Hentikan!!”,
seruku mencergahnya.
“Xi..
LuHan..”, kejutnya melihatku hingga ia menjatuhkan benda tajamnya itu.
Aku pun
menarik tangannya agar ia menjauh dari HyeJin. Lalu mendorongnya hingga jatuh
ke lantai.
Aku
berbalik menghampiri HyeJin, “HyeJin-ah, gwaenchana?”, tanyaku sembari melepas
penutup matanya. Dia mengangguk, aku pun hendak melepas ikatan yang mengunci
tangannya.
Namun ada tangan kekar yang mencergahku, lalu mendorong tubuhku
hingga membentur tembok.
“JiYeon-ah,
lanjutkan saja!!”, perintah namja yang mendorongku tadi. Yeoja yang bernama
JiYeon itu berusaha berdiri dan mengambil silet yang dijatuhkannya tadi. Lalu
menghampiri HyeJin yang masih terikat di kursi.
Aku
hendak mencegahnya, namun namja itu menahanku. “Kau bermain denganku saja!”,
ucapnya.
“Taecyeon
oppa, jangan terlalu serius! Jangan sakiti my prince!”, ucap JiYeon
memperingatkan namja ini.
“HyeJin-ah,
mungkin ini akan terasa sangat perih. Tapi tak seperih hatiku.”, ucap JiYeon
dengan ekpresi datar, dan mulai menempelkan silet itu pada pipi kanan HyeJin.
Bruuuk.. Ku kerahkan seluruh tenagaku
untuk mendorong namja kekar itu. Lalu mendorong JiYeon hingga menjauhi HyeJin.
*Author POV*
Buuuuk.. Satu pukulan keras mendarat ke
wajah LuHan, hingga ia tersungkur di lantai.
“LuHan!!”, pekik HyeJin.
“Park
Taecyeon!! Hentikan!! Aku bilang jangan sakiti dia!!”, teriak JiYeon.
“Namja
ini tak pantas kau sukai, JiYeon-ah!!”, seru namja bernama TaecYeon sembari
meraih kerah kemeja LuHan.
HyeJin
berusaha melepas ikatan talinya, namun tenaganya tak cukup kuat. TaecYeon
berancang-ancang mendaratkan pukulannya ke arah LuHan, namun suara sirene
polisi menghentikkan niatnya.
TaecYeon
segera mendorong LuHan, hingga ia terjatuh. Lalu menarik JiYeon untuk melarikan
diri, namun waktu tak berpihak pada mereka. Beberapa polisi sudah lebih dulu
menyergap mereka.
---
“Anda
juga harus ikut kami ke kantor, kami butuh kesaksian korban.”, ujar salah satu
polisi tersebut.
“Mwo?!!!
Sekarang tidak bisa, kami punya urusan yang lebih penting.”, tolak LuHan.
“Eumm..
Baiklah.. Tapi kami harap besok Anda berkenan untuk memberikan keterangan lebih
lanjut.”, kata polisi tersebut.
“Ne.
Gamsahamnida..”, ucap LuHan sambil menundukkan tubuhnya pada polisi tersebut.
---
LuHan
menggendong HyeJin yang masih lemah akibat efek obat bius.
“Yaa!!
Turunkan aku, Xi LuHan!! Aku bisa jalan sendiri!”, seru HyeJin enggan.
“Kau
masih lemah. Selain itu, lihat! Kaki kirimu tak memakai alas apapun. Bagaimana bisa
aku membiarkanmu jalan sendiri!”, ujar Luhan membawa HyeJin menuju mobilnya.
LuHan membuka pintu mobilnya dan mendudukkan HyeJin di jok mobil.
“Bagaimana
bisa kau tahu aku dibawa kesini..??”, tanya HyeJin.
Luhan pun mengambil sebuah
sepatu dari dalam mobilnya lalu menunjukkannya pada HyeJin.
“Ini..
Bagus kau meninggalkan ini tergeletak di jalan.”, terang LuHan sambil
memakaikan sepatu higheels itu ke kaki kiri HyeJin.
HyeJin
menatap LuHan yang ada tepat di hadapannya. “Kau terluka..”, gumam HyeJin.
“Mwo?!
Jinja? Tapi tidak ada yang sakit kok.”, balas LuHan sambil tersenyum.
HyeJin pun menyentuh luka lebam di wajah
LuHan ,lalu menekannya hingga LuHan kesakitan.
“Aww!!!!
Appo, HyeJin-ah!! Aigooo...!”, pekik LuHan spontan.
“Bela
diri mu sungguh buruk.”, ejek HyeJin.
“Ne,
mianhe..”, balas LuHan lirih sambil menundukkan kepalanya.
“Untuk
apa minta maaf? Kau kan sudah menolongku. Gomawo..”, ujar HyeJin. LuHan
tersenyum membalasnya.
“HyeJin-ah,
aku semakin yakin.”, ucap LuHan singkat.
“Mwo?!”,
tanya HyeJin tak mengerti.
“Apa kau
menyukaiku?”, tanya LuHan.
“Belum,
sedikitpun belum.”, jawab HyeJin.
“Tapi
meskipun belum, kau harus tetap menikah denganku!”, ucap LuHan.
“Aku
tahu, tak ada alasan yang bagus untuk menolak paksaanmu.”
“Kau
belum menyukaiku, tapi tadi kau bilang, kalau kau tak merelakan diriku pada
JiYeon. Wae? Kau tahu, aku sangat terharu mendengarnya.”, ujar LuHan.
“Jinja?!
Eummm... Entahlah..”, jawab HyeJin.
LuHan
menghela nafas beratnya, “Kita harus segera menemui orangtuaku.”, lirih LuHan
mulai menstarter mobilnya.
---
-Xi Family’s Home @ 11.00 KST-
*Author POV*
LuHan
dan HyeJin sudah berada di depan rumah keluarga Xi LuHan yang mewah.
“Kau sudah
gila?!! Dengan penampilan kita yang seperti ini ,bagaimana bisa kita menemui
keluargamu sekarang..??!”, keluh HyeJin.
“Memang
ada apa dengan penampilan kita? Penampilan mu tidak buruk, kau begitu cantik
dengan gaun pemberianku ini.”, ujar LuHan santai.
“Kau!!
Penampilan mu yang bermasalah! Luka mu itu bisa membuat orangtuamu marah!”,
sentak HyeJin.
“Sekarang
juga kita harus menemui orangtuaku. Tak ada waktu lagi, hanya sekali ini
kesempatan kita. Gwaenchana.. Semua akan berjalan lancar.”, terang Luhan
membuat HyeJin pasrah menurutinya.
---
Dengan
perasaan gugup LuHan memperkenalkan Ok HyeJin pada kedua orangtuanya. Berbeda
dengan LuHan yang terlihat sedikit gugup, HyeJin sama sekali tak merasa gugup,
ia terlihat sangat tenang dengan senyumannya.
Ny.Xi
mengajak HyeJin ke tamannya untuk mengobrol berdua. Sedangkan LuHan dilarang
mengikuti mereka. LuHan tak tenang meninggalkan mereka berdua, ia takut
umma’nya akan menjatuhkah HyeJin.
“Sudahlah..
Kau tenang saja! Umma mu tidak akan menjatuhkan harga diri HyeJin!”, ujar Tn.Xi
menenangkan anaknya yang begitu gelisah.
“Tapi
Appa.. HyeJin hanyalah yeoja biasa, pasti umma akan macam-macam dengannya
,karena HyeJin bukanlah seleranya.”, terang LuHan.
“Kau
ini! Kau bilang dia yeoja biasa?! Appa tak melihatnya seperti itu. Auranya
begitu mengagumkan! Dia seperti umma mu saat muda dulu. Aku yakin umma mu juga
menyukainya!”, jelas Tn.Xi. LuHan pun menghela nafasnya.
---
“Ok
HyeJin... Nama yang bagus. Ok berarti permata. Hye adalah perempuan anggun yang
berintelijensi. Dan Jin artinya kebenaran kan? Ku harap kau seindah nama mu.”,
ujar Ny.Xi.
“Saya
sangat memahami makna nama itu, jadi saya tahu bagaimana menjaga nama baik saya
ini.”, ujar HyeJin. Ny.Xi tersenyum tipis mendengarnya.
“Bagaimana
keluargamu? Dan bagaimana pendidikanmu?”, tanya Ny.Xi.
“Status
keluarga tidak setinggi keluarga Anda. Appa sudah meninggal, dan umma hanyalah
seorang pegawai di rumah makan sederhana. Sejak kecil saya sekolah dengan
mengandalkan beasiswa prestasi.”, jelas HyeJin tanpa ragu.
“Kau
seangkatan dengan LuHan di universitas?”, tanya Ny.Xi lagi.
“Ne.
Bulan depan saya akan lulus sebagai sarjana hukum, dan langsung diterima di
kantor kejaksaan Seoul karena kemampuan saya sudah teruji.”, jawab HyeJin.
“Jinjayo?
Kau yeoja yang mengagumkan. Aku bisa melihatnya dari auramu. Aku pikir akan
lebih baik jika kalian tak berlama-lama pacaran. Pernikahan kalian akan kami
adakan seminggu setelah kalian lulus.”, ujar Ny.Xi.
Sontak HyeJin membulatkan
kedua matanya, namun ia berusaha menutupi perasaan terkejutnya.
-To Be Continued-
No comments:
Post a Comment