Pages

Friday, November 9, 2012

LOVE AT FIRST SIGHT [Fanfiction EXO LuHan] Part 2





Title: Love At First Sight
Cast:
  • EXO s LuHan as Xi LuHan
  • Kim HyeJin (OC)
  • EXO s Chen as Chen / Kim JongDae

Rating: PG-16
Genre: Romance


*LuHan POV*
“Yaa!!! Bagaimana bisa kau kemari??!!”, serunya menatapku tak percaya. Aku hanya tersenyum manis padanya.

“Umma, kenapa umma memasukkan namja ini ke rumah kita??! Dia orang asing!”, terang HyeJin.

“Mwoya??! Kau ini bagaimana?! Dia kan satu universitas dengan mu, HyeJin-ah..”, jawab ummanya.

“Umma.... Aku bahkan tidak tahu namanya..!”, rengeknya.

“Xi LuHan. Namaku Xi LuHan. Sekarang kau sudah tahu nama ku kan? Jadi tidak ada masalah.”, ujarku enteng.

“Benar. Walau umma tidak tahu bagaimana hubungan kalian, umma yakin LuHan adalah namja yang baik. Jadi kau jangan memandangnya sebagai orang asing!”, seru umma yang membelaku.
Aku hanya menahan tawa melihat ekspresi kesal HyeJin memandangku.

“Sudahlah, HyeJin memang sedikit sok jual mahal. Ayo makanlah..!”, ujar ajumma padaku. Aku pun mengambil sumpitku dan mulai memakan masakan buatan ajumma.

“Eumm, masshita...!”, pujiku.

“Jongmal? Kalau begitu makanlah yang banyak! HyeJin-ah, ayo makan!”, ajak ajumma. Namun HyeJin malah keluar rumah meninggalkan kami berdua.

“Aku tidak mau makan!”, kesalnya menutup pintu rumahnya.

“Aiiish!! Dasar babo yeoja!!”, dengus kesal ajumma.

“Setelah selesai makan, ceritakan semuanya tentang hubunganmu dengan HyeJin! Kau janji, ne?!”, pinta ajumma padaku.

“Aku akan menceritakannya, kalau ajumma juga ikut makan.”, ujarku mengambilkan daging ke dalam mangkoknya.

“Kau ini..”, gumamnya malu-malu.
---

“.............. Jadi karena kecelakaan kecil itu, ajumma. Tapi aku bisa menebak, kalau HyeJin bukan tipe yeoja yang mudah didekati. Oleh karena itu, caraku mendekatinya sedikit paksa dan terburu-buru, karena waktuku tidak banyak.”, terangku.

“Kau yakin? Kalau kau jatuh cinta padanya?”, tanya ajumma memastikan.

“Ne. Aku sangat yakin. Tolong bantu aku ,ajumma..”, pintaku.

“Ok HyeJin hanyalah yeoja biasa, status sosial keluarga kami pun juga tak begitu bagus. Sedangkan kau adalah pewaris SXI Group yang terkenal itu. Ajumma takut hal ini bisa menjadi masalah.”, ungkapnya.

“Aku pastikan status, kedudukan sosial tak akan menjadi masalah di antara kami. Aku yakin orang tuaku akan menerima HyeJin apa adanya.”, ujarku meyakinkan ajumma.
---

*Author POV*
Setelah perbincangannya dengan umma HyeJin selesai, LuHan pun pamit pulang.
“Kau!”, seru HyeJin pada LuHan yang hendak memasuki  mobilnya.

“HyeJin-ah, panggil aku LuHan..!”, pinta LuHan tersenyum manis menanggapi seruan HyeJin.

“Sebenarnya apa mau mu?!”, tanya HyeJin dengan nada mengeluh.

LuHan pun mendekati HyeJin, dan menatapnya dalam. “Kau, HyeJin-ah.”, jawab LuHan lagi-lagi dengan senyuman manisnya.

“Mwo?!! Aku?!”, kejut HyeJin menatap LuHan bingung.

Senyuman LuHan pun hilang dan langsung memandang remeh HyeJin
“Kau tak paham juga?! Aku ingin kau menjadi istriku. Kau mengerti?!”, terang LuHan tegas, kali ini tanpa senyuman.

“Mwo?!!! Kau sudah gila?!!”, pekik HyeJin membulatkan kedua matanya.

“Iya, Aku gila. Dan itu juga karena mu! Jadi kau harus bertanggung jawab!!”, jawab LuHan dengan penuh penekanan.
Ia pun beranjak ke mobilnya meninggalkan HyeJin yang masih terpaku.

 *****************************
*HyeJin POV*
“Ku harap aku tak bertemu namja itu lagi.”, batinku celingukan menelusuri koridor kampus. Setelah ku pastikan tak ada namja itu di sekitarku,  aku pun berjalan santai, dan memasang earphone ku.

“Haha.. Kau mengikuti cara yang ada di drama-drama ya?! Cara ini sudah sangat kuno.”, sindirnya menyabut earphone dari saku cardiganku. Earphone ku memang sengaja tak ku sambungkan pada mp3.

“Kau ini..! Apa kau tak mampu membeli iphone atau sejenisnya?”, ejeknya lagi.

“Iya, aku tak mampu membeli barang seperti itu. Earphone ini saja aku temukan di tong sampah.”, jawabku kesal.

Aku pun menyaut earphoneku, lalu meninggalkannya. Tapi ia menahan lenganku. “Xi LuHan...!”, kesalku menatapnya.

“Akhirnya kau memanggil namaku.”, ujarnya tersenyum senang.
Aku menatapnya malas dan menghela nafasku. “Apa kau begitu ingin aku menjadi..?”, tanyaku terputus.

“Iya! Aku menyukaimu, aku tidak main-main. Sungguh!!”, jawabnya dengan raut serius.

“Kau namja yang tak suka basa-basi ya?! Aku suka itu, tapi beri aku waktu.” Ujarku.

“Kita tidak punya waktu banyak, HyeJin-ah.”, rengeknya padaku.

“Mwo??! Memangnya besok dunia akan kiamat?!”, pekikku mendengar rengekannya yang tak jelas.

“Mungkin saja kan?!”, jawabnya.

“Kau ini...! Tapi aku mohon untuk beberapa hari ini jangan usik aku, ne?!”, pintaku memasang raut memohon.

LuHan pun melepas tangannya dari lenganku.
“Baiklah. Mianhe aku sudah membuatmu tak nyaman.”, ujarnya lirih dan meninggalkanku dengan langkah lesu.

“Kenapa aku malah merasa bersalah padanya?”, pikirku menatapnya yang mulai menjauh.

***********************************
-4 days later-
*Author POV*
“HyeJin-ah...!!!! Kenapa kau baru pulang, ha??!”, seru umma HyeJin menyambut anaknya yang baru masuk rumah.

“Ini akhir minggu, umma. Rumah makan Shin ajumma sangat ramai.”, jawab HyeJin lelah.

“Kau ini...! Kau anak yang pekerja keras! Umma bangga dan sangat menyayangimu. Tapi umma akan lebih bahagia lagi jika umma mempunyai menantu seperti LuHan.”, ujar umma HyeJin.

“Umma....”, rengek HyeJin.

“Jam 8, LuHan menunggumu di taman dekat rumah. Sudah waktunya kau memutuskan pilihanmu, menerimanya atau menolaknya.”

“Kenapa harus menunggu di taman dekat rumah? Kenapa tidak langsung kemari saja?!”, keluh HyeJin.

“Kau mengharapkan dia kemari?”, goda umma’nya.

“Tidak! Itu karena... Itu agar aku tak usah repot-repot kesana dan segera menolaknya!”, elak HyeJin.

Pletaaakkkk... “Babo yeoja!! Kalau aku jadi kau, aku tidak akan menyiakan kesempatan ini!! Tadi LuHan sudah kemari, dan memberikan sebuah gaun dan sepasang sepatu yang cantik untukmu. Cepat berdandanlah!”, terang ummanya menjitak kepala HyeJin.

“Awww!! Kalau begitu umma saja yang menikah dengannya!”, kesal HyeJin masuk ke dalam kamarnya.
---

*HyeJin POV*
Aku memasuki kamarku dan menguncinya. Aku melihat gaun cantik di tempat tidurku. “Haruskah aku menerimanya?”, gumamku menyentuh gaun itu dan memandangi sepasang sepatu yang serasi dengan gaun itu.

Aku memandangi jam di meja tempat tidurku, jarum jam itu sedang menunjuk angka 8.

“Sekalipun pendidikan mu tinggi, dan cita-citamu menjadi seorang jaksa tercapai, tetap saja kau akan dipandang sebelah mata dengan status keluargamu yang berada di kelas bawah!! Umma yakin keluarga Xi LuHan bisa menerima mu apa adanya. Kau yeoja yang jujur, cerdas dan rajin, bagaimana bisa mereka menolakmu sebagai menantu mereka?! Namja itu, Xi LuHan akan mengangkat mu, dan keluarga kita. Apa kau ingin hidup di lingkungan seperti ini terus sampai kau mati? Terimalah LuHan sebagai pendampingmu, HyeJin-ah. Percayalah restu orangtua!”, kata-kata umma terngiang di benakku.
Aku pun berpikir sejenak, memikirkan masa depan yang ku inginkan selama ini.
---

-30 minutes later-
*Author POV*
“Baru 30 menit.”, gumam LuHan meratapi jarum jam tangannya yang terus berdetik(?) sembari mondar-mandir. LuHan menghela nafasnya, lalu menyandarkan tubuhnya di badan mobilnya.

“40 menit. Yaa!!! Apa ini bisa disebut terlambat?!!”, seru LuHan mulai kesal menunggu HyeJin.

“Apa dia tidak mau datang?”, lirihnya menatap sendu jalanan sepi rumah HyeJin yang tak sedikit pun menunjukkan kedatangan HyeJin.
---

“Umma, LuHan menungguku di taman dekat rumah kan?!”, seru HyeJin berlari keluar kamar.

“Iya..”, jawab umma HyeJin yang masih sibuk menjahit baju. “Yaa..! HyeJin-ah..!! Baguss!! Cepat temui dia!!”, pekik umma HyeJin senang menyadari putrinya sudah memakai gaun pemberian LuHan.
HyeJin membuka pintu dan berlari keluar tanpa menggubris pekikan ummanya.
---

“Apa yang harus ku lakukan selanjutnya?”, gumam HyeJin memandang LuHan yang sedang membelakanginya.
Raut wajahnya begitu resah. Kakinya terasa berat untuk melangkah mendekati Luhan.

“Ehem..Ehem.. Mianhe.. Aku terlambat..”, lirih HyeJin melatih vokalnya sebelum menemui Luhan.

“Aiiiish!! Untuk apa aku minta maaf padanya.”, gerutu HyeJin menatap kesal LuHan dari kejauhan.

Mau tak mau HyeJin pun melanjutkan langkahnya yang terhenti.
Namun langkah HyeJin terhenti oleh seseorang yang membekapnya dari belakang.

“Eummbb... Eummb..” Bruuk... Tubuh HyeJin lemas di dalam dekapan orang yang membekapnya tersebut. Lalu menyeret tubuh lemah HyeJin.

LuHan membalikkan tubuhnya dengan kesal. “Apa dia benar-benar tidak datang?! Aku ke rumahnya saja!! Dia harus mau menerima lamaranku!!!”, seru LuHan berjalan menuju rumah HyeJin.

Namun sebuah sepatu higheels tergeletak di tanah menghentikan langkahnya. “Ini... Bukankah ini milik HyeJin dariku..?”, gumam LuHan mengambil sepatu itu ,dan segera melihat sekelilingnya. Dilihatnya sebuah mobil yang mulai distarter dan melaju dengan kencang.

“Ok HyeJin!”, seru LuHan berfirasat buruk.
LuHan pun bergegas menuju mobilnya, dan mengejar mobil itu.
---

*Author POV*
Mobil yang membawa HyeJin berhenti di sebuah rumah mewah bergaya minimalis. Lalu membawa HyeJin ke dalam rumah tersebut. LuHan yang sudah memarkirkan mobilnya tak jauh dari mobil itu, langsung mengikuti orang tersebut masuk ke dalam rumah diam-diam.
LuHan bersembunyi di balik tembok, ia menahan emosinya ketika melihat HyeJin diikat oleh orang tersebut.

*HyeJin POV*
“Euuungh..”, keluhku mulai tersadar. Tubuhku terikat, aku pun tak dapat melihat apapun, mataku pun tertutup dengan ikatan kain yang cukup kuat.

“Ok HyeJin.. Kau sudah sadar?”, terdengar suara seorang yeoja mendekatiku.

“Siapa..?? Kau siapa?”, tanyaku mulai ketakutan.

“Kau tak mengenali suaraku, HyeJin-ah..? Kau sahabat yang kejam!”, ujarnya tepat di telingaku.

“JiYeon? Park JiYeon?”, tebakku hati-hati.

“Kalau benar, apa kau akan marah padaku?”, tanyanya.

“Mwo?! Apa yang kau lakukan?”, tanyaku.

“Menghalangimu bersama Xi-Lu-Han.”, jawabnya penuh penekanan. Aku terdiam mendengarnya, tanpa menanggapi apapun.

“Kau tak tahu kan, aku sudah lama mengincar Xi LuHan. Tapi tak tahunya kau duluan yang mengenalnya, terlebih lagi kalian saling menyukai. Ini tidak adil bagiku. Sebagai sahabatku maukah kau merelakannya untukku, HyeJin-ah?”, jelas Jiyeon sinis.

“Jika tidak, apa yang akan kau lakukan? Kau tak pernah mengatakan hal itu padaku. Jadi sekalipun kau sahabatku, sedikitpun aku tak merasa bersalah padamu, apalagi merelakan LuHan padamu.”, ujarku tanpa ragu.

*Author POV*
LuHan masih berdiri di tempatnya, mendengar percakapan mereka berdua, agar tahu akar masalahnya.
JiYeon tersenyum sinis mendengar perkataan HyeJin. “Bolehkah aku menghancurkanmu?”, ujar Jiyeon.

“Hanya karena Xi LuHan, kau berani melukaiku?! Nappeun yeoja!!”, seru HyeJin.

JiYeon mengelus lembut rambut HyeJin, lalu berkata, “Benar. Apa kau menyesal bersahabat denganku?”, lalu menjambak rambut HyeJin membuatnya meringis sakit.

Tangan JiYeon beralih ke wajah HyeJin, lalu mengelusnya. “Aku heran, kenapa tanpa perawatan pun wajahmu bisa sehalus dan sebersih ini. Rasanya aku ingin mencoret-coretnya, bolehkah?”, kata JiYeon lalu mengambil sebuah silet dari saku jeans’nya.

LuHan tak kuasa lagi menahan emosinya melihat HyeJin diperlakukan seperti itu, namun sebelum melangkah ia menelpon polisi agar segera datang ke rumah tersebut.
---

*LuHan POV*
Yeoja itu sudah berancang-ancang menyentuh pipi HyeJin dengan silet.

“Hentikan!!”, seruku mencergahnya.

“Xi.. LuHan..”, kejutnya melihatku hingga ia menjatuhkan benda tajamnya itu.

Aku pun menarik tangannya agar ia menjauh dari HyeJin. Lalu mendorongnya hingga jatuh ke lantai.

Aku berbalik menghampiri HyeJin, “HyeJin-ah, gwaenchana?”, tanyaku sembari melepas penutup matanya. Dia mengangguk, aku pun hendak melepas ikatan yang mengunci tangannya.
Namun ada tangan kekar yang mencergahku, lalu mendorong tubuhku hingga membentur tembok.

“JiYeon-ah, lanjutkan saja!!”, perintah namja yang mendorongku tadi. Yeoja yang bernama JiYeon itu berusaha berdiri dan mengambil silet yang dijatuhkannya tadi. Lalu menghampiri HyeJin yang masih terikat di kursi.

Aku hendak mencegahnya, namun namja itu menahanku. “Kau bermain denganku saja!”, ucapnya.

“Taecyeon oppa, jangan terlalu serius! Jangan sakiti my prince!”, ucap JiYeon memperingatkan namja ini.

“HyeJin-ah, mungkin ini akan terasa sangat perih. Tapi tak seperih hatiku.”, ucap JiYeon dengan ekpresi datar, dan mulai menempelkan silet itu pada pipi kanan HyeJin.

Bruuuk.. Ku kerahkan seluruh tenagaku untuk mendorong namja kekar itu. Lalu mendorong JiYeon hingga menjauhi HyeJin.

*Author POV*
Buuuuk.. Satu pukulan keras mendarat ke wajah LuHan, hingga ia tersungkur di lantai. 

“LuHan!!”, pekik HyeJin.

“Park Taecyeon!! Hentikan!! Aku bilang jangan sakiti dia!!”, teriak JiYeon.

“Namja ini tak pantas kau sukai, JiYeon-ah!!”, seru namja bernama TaecYeon sembari meraih kerah kemeja LuHan.

HyeJin berusaha melepas ikatan talinya, namun tenaganya tak cukup kuat. TaecYeon berancang-ancang mendaratkan pukulannya ke arah LuHan, namun suara sirene polisi menghentikkan niatnya.

TaecYeon segera mendorong LuHan, hingga ia terjatuh. Lalu menarik JiYeon untuk melarikan diri, namun waktu tak berpihak pada mereka. Beberapa polisi sudah lebih dulu menyergap mereka.
---

“Anda juga harus ikut kami ke kantor, kami butuh kesaksian korban.”, ujar salah satu polisi tersebut.

“Mwo?!!! Sekarang tidak bisa, kami punya urusan yang lebih penting.”, tolak LuHan.

“Eumm.. Baiklah.. Tapi kami harap besok Anda berkenan untuk memberikan keterangan lebih lanjut.”, kata polisi tersebut.

“Ne. Gamsahamnida..”, ucap LuHan sambil menundukkan tubuhnya pada polisi tersebut.
---

LuHan menggendong HyeJin yang masih lemah akibat efek obat bius.
“Yaa!! Turunkan aku, Xi LuHan!! Aku bisa jalan sendiri!”, seru HyeJin enggan.

“Kau masih lemah. Selain itu, lihat! Kaki kirimu tak memakai alas apapun. Bagaimana bisa aku membiarkanmu jalan sendiri!”, ujar Luhan membawa HyeJin menuju mobilnya. 
LuHan membuka pintu mobilnya dan mendudukkan HyeJin di jok mobil.

“Bagaimana bisa kau tahu aku dibawa kesini..??”, tanya HyeJin.

Luhan pun mengambil sebuah sepatu dari dalam mobilnya lalu menunjukkannya pada HyeJin.
“Ini.. Bagus kau meninggalkan ini tergeletak di jalan.”, terang LuHan sambil memakaikan sepatu higheels itu ke kaki kiri HyeJin.

HyeJin menatap LuHan yang ada tepat di hadapannya. “Kau terluka..”, gumam HyeJin.

“Mwo?! Jinja? Tapi tidak ada yang sakit kok.”, balas LuHan sambil tersenyum. 

HyeJin pun menyentuh luka lebam di wajah LuHan ,lalu menekannya hingga LuHan kesakitan.
“Aww!!!! Appo, HyeJin-ah!! Aigooo...!”, pekik LuHan spontan.

“Bela diri mu sungguh buruk.”, ejek HyeJin.

“Ne, mianhe..”, balas LuHan lirih sambil menundukkan kepalanya.

“Untuk apa minta maaf? Kau kan sudah menolongku. Gomawo..”, ujar HyeJin. LuHan tersenyum membalasnya.

“HyeJin-ah, aku semakin yakin.”, ucap LuHan singkat.

“Mwo?!”, tanya HyeJin tak mengerti.

“Apa kau menyukaiku?”, tanya LuHan.

“Belum, sedikitpun belum.”, jawab HyeJin.

“Tapi meskipun belum, kau harus tetap menikah denganku!”, ucap LuHan.

“Aku tahu, tak ada alasan yang bagus untuk menolak paksaanmu.”

“Kau belum menyukaiku, tapi tadi kau bilang, kalau kau tak merelakan diriku pada JiYeon. Wae? Kau tahu, aku sangat terharu mendengarnya.”, ujar LuHan.

“Jinja?! Eummm... Entahlah..”, jawab HyeJin.

LuHan menghela nafas beratnya, “Kita harus segera menemui orangtuaku.”, lirih LuHan mulai menstarter mobilnya.
---

-Xi Family’s Home @ 11.00 KST-
*Author POV*
LuHan dan HyeJin sudah berada di depan rumah keluarga Xi LuHan yang mewah.
“Kau sudah gila?!! Dengan penampilan kita yang seperti ini ,bagaimana bisa kita menemui keluargamu sekarang..??!”, keluh HyeJin.

“Memang ada apa dengan penampilan kita? Penampilan mu tidak buruk, kau begitu cantik dengan gaun pemberianku ini.”, ujar LuHan santai.

“Kau!! Penampilan mu yang bermasalah! Luka mu itu bisa membuat orangtuamu marah!”, sentak HyeJin.

“Sekarang juga kita harus menemui orangtuaku. Tak ada waktu lagi, hanya sekali ini kesempatan kita. Gwaenchana.. Semua akan berjalan lancar.”, terang Luhan membuat HyeJin pasrah menurutinya.
---

Dengan perasaan gugup LuHan memperkenalkan Ok HyeJin pada kedua orangtuanya. Berbeda dengan LuHan yang terlihat sedikit gugup, HyeJin sama sekali tak merasa gugup, ia terlihat sangat tenang dengan senyumannya.

Ny.Xi mengajak HyeJin ke tamannya untuk mengobrol berdua. Sedangkan LuHan dilarang mengikuti mereka. LuHan tak tenang meninggalkan mereka berdua, ia takut umma’nya akan menjatuhkah HyeJin.

“Sudahlah.. Kau tenang saja! Umma mu tidak akan menjatuhkan harga diri HyeJin!”, ujar Tn.Xi menenangkan anaknya yang begitu gelisah.

“Tapi Appa.. HyeJin hanyalah yeoja biasa, pasti umma akan macam-macam dengannya ,karena HyeJin bukanlah seleranya.”, terang LuHan.

“Kau ini! Kau bilang dia yeoja biasa?! Appa tak melihatnya seperti itu. Auranya begitu mengagumkan! Dia seperti umma mu saat muda dulu. Aku yakin umma mu juga menyukainya!”, jelas Tn.Xi. LuHan pun menghela nafasnya.
---

“Ok HyeJin... Nama yang bagus. Ok berarti permata. Hye adalah perempuan anggun yang berintelijensi. Dan Jin artinya kebenaran kan? Ku harap kau seindah nama mu.”, ujar Ny.Xi.

“Saya sangat memahami makna nama itu, jadi saya tahu bagaimana menjaga nama baik saya ini.”, ujar HyeJin. Ny.Xi tersenyum tipis mendengarnya.

“Bagaimana keluargamu? Dan bagaimana pendidikanmu?”, tanya Ny.Xi.

“Status keluarga tidak setinggi keluarga Anda. Appa sudah meninggal, dan umma hanyalah seorang pegawai di rumah makan sederhana. Sejak kecil saya sekolah dengan mengandalkan beasiswa prestasi.”, jelas HyeJin tanpa ragu.

“Kau seangkatan dengan LuHan di universitas?”, tanya Ny.Xi lagi.

“Ne. Bulan depan saya akan lulus sebagai sarjana hukum, dan langsung diterima di kantor kejaksaan Seoul karena kemampuan saya sudah teruji.”, jawab HyeJin.

“Jinjayo? Kau yeoja yang mengagumkan. Aku bisa melihatnya dari auramu. Aku pikir akan lebih baik jika kalian tak berlama-lama pacaran. Pernikahan kalian akan kami adakan seminggu setelah kalian lulus.”, ujar Ny.Xi.
Sontak HyeJin membulatkan kedua matanya, namun ia berusaha menutupi perasaan terkejutnya.

-To Be Continued-

No comments:

Post a Comment