Pages

Monday, January 21, 2013

WHAT IS LOVE? [Season II] "LOVE IS BLIND" Part 7 [Fanfiction EXO Kai]

WHAT IS LOVE? :: "Love is Blind"
Part 7

Cast:
EXO-K s Kai as Kim Jongin aka Kai
GG s Yuri as Kim Yuri (Jongin s older sister)
GG s Yoona as Jung Yoona
F (x) 's Sulli as Choi JinRi
SHINee s Taemin as Lee Taemin
GG s SeoHyun as Joo SeoHyun

Rating: PG-17
Genre: Romance


*Author POV*
“Hentikan...!!!!”, teriak seseorang yang tiba-tiba masuk ke dalam gereja mengganggu upacara sakral tersebut.
Tiffany membelalakan matanya, ketika melihat orang itu. JongIn menyadari itu perubahan ekspresi Tiffany. “SiWon...”, gumam Tiffany menitikkan air matanya.
Namja yang menjadi perhatian itu menghampiri Tiffany, dan mencengkram kuat kedua bahu Tiffany. Tiffany sendiri menatapnya tak percaya.
“Janin di dalam kandungan mu itu darah dagingku kan?! Kenapa kau malah menikah dengan namja lain, selain aku..??!!”, sentak namja yang bernama SiWon itu.
“Kau kemana saja, haaa..??!!”, sentak Tiffany terisak. Sontak namja itu memeluk Tiffany.
“Mianhe, aku tak memberitahumu, aku ke Amerika untuk menemui orangtuaku. Sekarang aku datang untuk bertanggung jawab atas dirimu.”, ujar SiWon lembut sembari memeluk erat Tiffany yang sedang menangis.
JongIn yang melihat itu sangat kesal, karena merasa telah dipermainkan. Tidak hanya JongIn, namun keluarganya juga. “Sungguh mengharukan! Kau pikir ini sebuah permainan..???!!”, kesal JongIn. JongIn melepas jas dan dasi kupu-kupunya dengan kasar, lalu melemparkannya kasar di depan SiWon dan Tiffany. “Sungguh memuakkan!!”, rutuk JongIn.
---
Di dalam mobil JongIn memasang wajah kesal selama perjalanan meninggalkan gereja itu. Ia kesal bukan karena pernikahannya batal, tapi karena keluarganya yang tak mempercayainya, dan memaksanya untuk bertanggung jawab atas Tiffany, dan pada akhirnya seperti ini lah, dipermalukan.
“JongIn-ah,, maafkan kakek yaa..”, sesal Tn.Kim, namun JongIn sedikitpun tak bergeming.
“JongIn-ah, maafkan noona juga yang tak mempercayaimu..”, ucap YuRi turut menyesal. Umma JongIn tak mengucapkan sepatah katapun, ia hanya tersenyum bahagia memandang wajah anaknya yang benar-benar kesal. Ny.Kim lega karena anaknya tidak jadi menikah dengan gadis bermarga Hwang itu.
“Turunkan aku disini!”, seru JongIn. “Pak Song hentikan mobilnya!”, pinta JongIn dingin pada sopir mobilnya.
“Kau mau kemana??”, tanya YuRi cemas. “Ingin mendinginkan pikiran.”, jawab JongIn lalu bergegas keluar dari mobil yang sudah dihentikan. YuRi hendak mencegahnya, namun Ny.Kim melarangnya, “Biarkan dia pergi..”, ucap Ny.Kim lembut.
---
-Choi’s Family Home-
*Author POV*
JinRi meringkuk di tempat tidur, pikirannya tidak tenang memikirkan upacara pernikahan Kim JongIn. Ia tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan selain menangis meratapi perasaannya yang hancur. “Semuanya sudah berakhir.. Perasaan yang ku pendam selama 5 tahun ini terbuang sia-sia.”, isak JinRi.
---
*JongIn POV*
Langkahku berhenti di halte bus, berharap segera ada bus yang lewat. Aku mencincingkan lengan kemeja putih yang kukenakan, agar tak terasa gerah.
“Oiya, aku belum mengabari TaeMin.”, gumamku berkutat pada layar handphoneku. Tak lama kemudian ada bus yang berhenti, dan aku segera menaikinya. Setelah nyaman di tempat duduk penumpang, aku hendak menelpon TaeMin.
-TaeMin’s Home-
*TaeMin POV*
“Apa Kim JongIn benar-benar menikah?”, gumamku. Sedetik kemudian handphone ku berdering.
Kim JongIn calling
“Yoboseyo! JongIn-ah.. Bagaimana dengan upacara pernikahanmu?”
“......”      
“Mwo..?!! Jeongmal??! Syukurlah..”
Aku senang mendengar kabar dari JongIn, bahwa pernikahannya dibatalkan karena orang yang seharusnya bertanggung jawab atas Tiffany datang mengacaukan rencana liciknya.
“Aku harus segera memberi tahu kabar baik ini pada Choi JinRi.”, seruku semangat lalu menyambar jaketku dan bergegas ke rumah JinRi.
---
-Choi’s Family Home-
*Author POV*
“Sepertinya aku butuh udara segar..”, lirih JinRi bangkit dari tempat tidurnya.
JinRi membuka pagar rumahnya, dan menguncinya kembali. Ketika ia berbalik, JinRi terkejut melihat Kim JongIn sudah ada di hadapannya.
“Oh.. Kim JongIn... Uhmmm,, kenapa penampilanmu tidak rapi begitu? Pasti sudah selesai yaa?? Apa upacara pernikahanmu berjalan dengan lancar? Selamat yaa...”, ucap JinRi memaksakkan senyumnya sembari mengulurkan tangan kanannya di depan JongIn.
JongIn hanya tersenyum, tanpa menyahut ucapan JinRi. Ia menyambut tangan JinRi, tapi bukannya menyalami tangan JinRi, JongIn malah menarik uluran tangannya, hingga JinRi jatuh ke dalam pelukannya.
JongIn memeluk erat tubuh JinRi, sontak itu membuatnya sedikit terkejut. “Pernikahanku batal. Mulai sekarang aku milikmu, JinRi-ya!”, ucap JongIn di sela-sela pelukannya.
JinRi tersenyum bahagia mendengarnya, dan membalas pelukan erat Kim JongIn. “Rasanya lega sekali..”, gumam JongIn mempererat pelukannya.
Tanpa mereka sadari, Lee TaeMin sedang tersenyum pahit melihat mereka dari kejauhan. “Lee TaeMin, kenapa kau begitu menyedihkan..?”, gumamnya. TaeMin menghela nafasnya, dan berlalu meninggalkan pemandangan manis(?) itu.
---

-Dance Room-
*Author POV*
JongIn mengunjungi JinRi yang sedang berlatih ballet. Ia bersandar di pintu masuk dance room, tanpa disadari oleh JinRi. JinRi sedang berlatih keras, ia menggerakan tangan dan kakinya dengan lentur.
“Sulli...”, gumam JongIn mengingat selintas masa lalunya. Dance room itu, dan gerakan ballet JinRi membuka memory lamanya.
“Aku... Aku belum bisa menari..”
“Gwaenchanayo~ Kita sama-sama belajar disini.. Kau anak baru kan? Siapa namamu?”,
“Sulli. Panggil saja aku Sulli.”
“Jadi dia gadis ballet itu... Gadis Penguntit!! Itu kata TaeMin.”, gumam JongIn tersenyum senang berhasil mengingat sosok Choi JinRi di masa lalunya.
JinRi yang sedang fokus menari, menyadari keberadaan JongIn, hingga tumpuan kakinya tak seimbang dan ia terjatuh.
“Aww!”, rintih JinRi memegangi kakinya. JongIn tersadar dari lamunannya, dan segera menghampiri JinRi.
“Gwaenchanayo??”, tanya JongIn cemas. JinRi hanya tersenyum menanggapinya. JongIn menatapnya aneh.
“Wae?? Hahaha.. Hanya dengan melihatku saja, rasa sakitmu hilang yaa..??!”, canda JongIn membuat pipi JinRi memerah.
JongIn meluruskan kaki JinRi dan memijatnya. “Sulli... Gadis ballet. Gadis penguntit..”, gumam JongIn masih terfokus pada pergelangan kaki JinRi.
“Kau sudah mengingatnya??”, tanya JinRi ragu-ragu.
“Tentu, Sulli-ya..”, jawab JongIn tersenyum lembut.
“Oiya, aku ingat! Dulu aku pernah menolongmu kan?? Aku pernah mengompres kakimu yang terkilir menggunakan handuk ku. Kau belum mengembalikannya kan???!”, selidik JongIn.
Hal itu membuat JinRi semakin malu, “Itu... Tenang saja aku masih menyimpannya dengan baik!”, jawab JinRi sambil mengerucutkan bibirnya. JongIn tertawa melihatnya, dan mencubit pipi JinRi gemas.
---
JinRi masih saja berkutat memandangi wajah JongIn yang ada di hadapannya. “Terus saja memandangiku! Puas-puaskanlah sampai energimu kembali!”, ucap JongIn terseyum jahil tanpa menatap JinRi.
“Apa kau benar Kim JongIn yang ku sukai selama ini..?! Aku tidak sedang bermimpi kan..?!”, sahut JinRi.
“Apa perlu aku membutikkannya kalau ini bukan mimpi?!”, goda JongIn mendekatkan wajahnya pada JinRi.
Tiba-tiba ponsel JinRi berdering. Ia segera mengalihkan perhatiannya dari JongIn dan mengangkat panggilan masuk tersebut.
“Yoboseyo.. ChanYeol-i..”
“....”
“Mwo..??! Apa hanya aku saja yang kau ajak?? Kalau iya, aku hanya akan menjadi pihak ketiga nanti..?! Uhmm.. Bolehkah aku mengajak seseorang??”
“.....”
“Jeongmal?? Baiklah.. Sampai bertemu besok”
JinRi menutup telponnya, JongIn memasang ekspresi ingin tahu. “Besok kau ada waktu kan?”, tanya JinRi. JongIn mengangguk menjawab pertanyaan JinRi.
“Temanku, Park ChanYeol mengajakku ke taman hiburan besok, dalam rangka menikmati kebebasan terakhir(?) sebelum ia pindah ke asrama SMe. Tapi dia hanya bersama yeojachingu’nya, jadi daripada aku menjadi pihak ketiga di antara mereka aku mengajakmu. Eotteokhae??”, terang JinRi.
“Apa ini seperti double date?? Uhmm,, boleh juga!”, jawab JongIn tersenyum lembut.

-Next Day-
*Author POV*
ChanYeol dan SooJung menunggu JinRi di dekat loket. Mereka sama-sama menggunakan topi, agar wajah mereka tak mudah tertangkap oleh mata pengunjung lain. Ketika melihat JinRi tiba dan celingukan mencari keberadaan mereka, ChanYeol segera memanggil JinRi.
“Mianhe.. Menunggu lama yaa...”, ucap JinRi menghampiri ChanYeol dan SooJung.
“hahaha.. tak apa! Aku sudah membeli 4 karcis. Oh! Apa kau namjachingu Choi JinRi? Kenalkan, aku Park ChanYeol.”, ucap ChanYeol ramah sambil mengulurkan tangannnya di depan JongIn yang berada di samping JinRi.
JongIn menyambut tangannya senang, “Kim JongIn imnida.”, ucap JongIn tersenyum ramah.
SooJung melipat tangannya di depan, memandang tajam Kim JongIn yang ada di hadapannya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Kim JongIn pun merasa tidak nyaman dengan tatapan dingin SooJung. ChanYeol yang menyadari sikap aneh SooJung yang tak kunjung memperkenalkan diri segera menarik tangan kanan SooJung yang dilipat, “hehehe.. Ini yeojachinguku, Jung SooJung imnida.”, ucap ChanYeol mencairkan suasana  dan mengulurkan tangan SooJung ke hadapan JongIn agar mereka bersalaman.
---
“JinRi-ya,, kau yakin dia yang kau sukai??”, bisik SooJung pada JinRi. Mereka berjalan berdampingan. Sedangkan JongIn dan ChanYeol berjalan di depan mereka sambil mengobrol mengakrabkan diri mereka.
“Ne. Waeyo??”, sahut JinRi. “Uhmm.. Aniyo,, hanya saja ku lihat dia memang bad boy. Kau harus bisa mengaturnya, ne?!”, ujar SooJung.
“Hahaha.. Itu pasti!”, jawab JinRi mantab.
---
Setelah bermain di beberapa wahana, SooJung dan ChanYeol mengambil selca mereka.

-OnTheWay-
*Author POV*
JinRi dan JongIn pulang dengan menumpangi bus, karena mereka pikir itu lebih efesien dan berkesan. Sesampainya di kompleks rumah JinRi, mereka berjalan berdampingan, tapi mereka terlihat sedikit canggung. Namun, akhirnya JongIn memberanikan diri menggandeng tangan JinRi.
“Apa hari ini kau senang?”, tanya JongIn.
“Sedikit.”, jawab JinRi singkat. “Hanya sedikit??”, tanya JongIn lagi. Dan JinRi mengangguk.
“Wae??”, tanya JongIn penasaran. “Entahlah.. Jujur saja, aku masih ragu dengan perasaanmu padaku, JongIn-ah.”, ungkap JinRi.
“Apa yang harus ku lakukan, agar kau yakin pada perasaanku sekarang?”, tanya JongIn.
“Uhmmm.. Apa kau benar-benar sudah sembuh??”, tanya JinRi menatap JongIn menyelidik.
“Mwo??!”, sahut JongIn tak mengerti.
“Nappeun namja...!”, ujar JinRi.
“Oh... Itu.. Sekarang aku sedang berusaha menjadi namja yang baik! Demi kau, Sulli-ya..”, ungkap JongIn tulus.
“Jinja?? Kalau begitu.. Maukah kau meminta maaf pada yeoja-yeoja yang pernah kau sakiti??”, tanya JinRi.
“Mwoya??! Haruskah aku melakukan itu..??”, keluh JongIn.
“Harus! Karena yang ku tahu mereka sama sekali tak bersalah padamu, tapi kau malah menjadikan mereka sebagai alat pelampiasan rasa sakitmu itu!”, terang JinRi.
“Huuhf.. Aku tahu.. Tak seharusnya aku begitu.. Tapi, kecuali Tiffany ,ne?! Dia juga mempermainkanku dan keluargaku..!”, ujar JongIn.
“Dia melakukan itu, karena kau menyakiti hatinya. Jadi, tanpa ter-ke-cu-ali..! Dengan begitu kadar kepercayaanku padamu akan meningkat 100%.”, jelas JinRi.
“Baiklah,, My Sulli..”, sahut JongIn.
“Kenapa kau memanggilku Sulli..??!”, tanya JinRi heran.
“Wae? Bukankah 5 tahun lalu kau menyuruhku memanggilmu ‘Sulli’ saja..?! Itu panggilan sayangku untukmu..”, rayu JongIn membuat JinRi tersenyum malu.
JongIn tertawa gemas, “Hahaha.. Kau sungguh menggemaskan, Sulli-ya..”, ungkap JongIn mencapit(?) kedua pipi JinRi.
Tanpa mereka sadari, ada 2 orang yang membuntuti mereka.
“Cepat bekap mereka!”, bisik salah satu namja pada namja lain.
JongIn dan JinRi yang sedang asyik bercanda dibekap oleh 2 namja itu, dan membawanya ke suatu tempat.
---
JongIn terbangun dari pingsannya akibat obat bius tadi. Keadaannya sudah terikat tali di kursi yang didudukinya. Matanya mencari-cari keberadaan JinRi. Dilihatnya JinRi yang berada di sampingnya masih pingsan dengan kondisi terikat sama dengan dirinya. JongIn berusaha melepas ikatan tersebut, tapi kekuatannya tidak lebih besar dari ikatan tali tersebut. “JongIn...”, lirih JinRi mulai terbangun dari pingsannya.
Tak lama kemudian, ada 2 namja yang masuk ke ruangan JongIn dan JinRi, ruangan yang lebih cocok disebut dengan sebutan gudang.
“Apa kau masih ingat denganku?? Aku LEE GIKWANG, ingin menyelesaikan urusan kita yang belum sempat terselesaikan di bar pekan lalu.”, ujar salah satu namja yang bernama GiKwang itu.
“Menurutku itu tak ada masalah lagi.”, jawab JongIn tersenyum enteng.
GiKwang mengangguk remeh, “Nyalimu besar juga yaa..?!”, sahutnya sambil beralih pada JinRi.
“HyunSeung-i, JunHyung-i,, bagaimana gadis ini menurutmu??”, tanya GiKwang pada temannya yang lain.
“Uhmm,, not bad! Walau dia tak seSeksi HyunA, tapi dia terlihat lebih manis.”, jawab HyunSeung menatap JinRi licik sembari menyentuh pipi lembut JinRi.
“Jangan sentuh dia!!!”, sentak JongIn tak terima melihat JinRi diperlakukan seperti itu.
“Diamlah!”, sentak GiKwang sambil menjambak rambut JongIn, hingga kepalanya terjungkal ke belakang.
Tiba-tiba ada seseorang namja lagi yang masuk, “Hyung.... Ada apa menyuruhku ke-ma-ri..??? Omona!!! GiKwang Hyung!! Mereka teman sekolahku!”, kejut namja itu melihat JongIn dan JinRi terikat.
“YoSeob-i, kau kan sudah lulus dari SMA itu.. Jadi mereka bukan teman sekolahmu lagi. Sudahlah, ayo bantu hyung memberi pelajaran pada mereka!”, ujar GiKwang sambil melepas jambakannya dari rambut JongIn dan menghampiri namja yang baru datang itu.
“YoSeob...”, gumam JongIn heran melihat teman sekelasnya dulu.
“Hyung... Aku sudah lama tak berkelahi. Jadi perlu pemanasan.”, ujar YoSeob mendekati JongIn, dan memposisikan dirinya di belakang JongIn.
YoSeob membungkukkan dirinya, dan mendekatkan wajahnya pada JongIn sembari menepuk-nepuk pipi kiri JongIn, “Kau tahu, kau itu teman yang menyebalkan!! Jadi mungkin akan sangat menyenangkan jika aku memberimu sedikit pelajaran juga!”, ujar YoSeob tersenyum sinis.
Tanpa GiKwang dan HyunSeung ketahui, YoSeob berusaha melepas tali yang mengikat JongIn, hingga tali itu terlepas. Walau begitu JongIn tak berkutik, pura-pura masih terikat.
GiKwang melepas tali JinRi, dan membangkitkan JinRi dari duduknya, namun ia tak membiarkan JinRi bergerak. Ia mencengkram kuat kedua pergelangan tangan JinRi ke belakang. GiKwang yang berada di belakang JinRi, bisa dengan leluasa memandangi wajah manis JinRi. “Kau yeoja yang benar-benar manis..”, bisik GiKwang membuat JinRi berkidik.
Tak hanya itu, HyunSeung berada tepat di depan JinRi, “Akan lebih baik, jika kau menurut, yeppeo yeoja..!”, ujarnya tepat di depan wajah JinRi dan hendak menciumnya.
Jelas itu membuat JongIn tak bisa menahan amarahnya lagi, ia bangkit dari duduknya dan memukul keras HyunSeung, hingga ia tersungkur. GiKwang sontak mendorong JinRi kasar hingga terjatuh di , untuk membalas perbuatan JongIn. Namun sebelum ia memukul JongIn, JongIn sudah lebih dulu mendaratkan pukulan kerasnya pada GiKwang.
Yoseob membantu JinRi berdiri, dan melarikan diri. Setelah JongIn rasa GiKwang dan HyunSeung sudah K.O dalam sekali pukulannya, ia segera melarikan diri bersama YoSeob dan JinRi.
JinRi kesulitan berlari, karena lututnya terluka. Semakin ia berlari kencang, semakin deras(?) pula darahnya yang keluar dari lututnya. JongIn tak tega melihatnya, akhirnya ia menjongkokkan dirinya, dan menggendong JinRi di punggungnya.
---
“Hhhhh~ YoSeob-i, apa tidak masalah? Mungkin hyung mu itu akan membunuhmu nanti?!”, tanya JongIn ngos-ngosan terduduk di trotoar jalanan yang sepi, keringatnya juga mengalir deras di wajahnya.
“Hhhh~ Gwaenchana.. Aku akan melaporkan ini pada orang tuaku nanti! Agar ia mendapatkan hukuman!”, jawab YoSeob.
JongIn tersenyum mendengarnya, “Kau berbeda dengan hyung mu itu!”, ujarnya.
“Sebenarnya dulu aku sepertinya, tapi sekarang aku sudah lebih dulu sadar!”, sahut YoSeob tersenyum bangga.
“Gomawoyo~”, lirih JinRi tersenyum menutupi rasa sakit di lutut dan sikunya.
“Ne! Gomapta, YoSeob-i!! Kau pahlawan kami!”, ujar JongIn tersenyum.
“Hahaha... Ne! Aku pergi dulu, aku harus menyelesaikan masalahku dengan GiKwang hyung segera! Annyeong! Jaga diri kalian!”, pamit YoSeob.
“Sulli-ya, ayo kita ke rumah sakit!”, seru JongIn sambil membatu JinRi untuk berdiri.
---
Sesampainya di rumah sakit, lutut JinRi diperban. Dan siku JinRi hanya diplester luka, karena memang hanya luka lecet. JongIn menelpon YuRi, agar menjemputnya di rumah sakit. Lalu ia menghampiri JinRi yang masih terduduk di kasur pasien.
“YuRi noona akan menjemput kita. Kita tunggu di luar rumah sakit saja yaa..”, ajak JongIn sambil memapah JinRi.
Sebelum keluar rumah sakit, JongIn menyelesaikan administrasinya dulu. Setelah itu mereka duduk di di bangku taman yang tak jauh dari jalanan kota.
“Kalau waktu itu kau tidak berdandan sok sexy, pasti kejadian ini tidak akan terjadi.”, gumam JongIn membuat JinRi menundukkan kepalanya. Sebenarnya ia hanya menggoda JinRi.
“Mianhe..”, lirih JinRi. JongIn tersenyum jahil.
“Kau tahu, Aku tidak suka jika kau berdandan seperti itu!!”, ujar JongIn sambil mengerucutkan bibirnya.
“Lalu..?”, tanya JinRi menatap JongIn.
“Aku lebih suka Choi JinRi a.k.a Sulli yang seperti ini!! Yeoja manis yang sederhana, yang memiliki kecantikan natural. Jadilah dirimu sendiri, Sulli-ya..”, ujar JongIn tersenyum lembut menatap JinRi.
“Inilah Kim JongIn yang ku suka!”, sahut JinRi membalas senyuman JongIn.
JongIn bahagia mendengarnya, dan membelai lembut pipi JinRi, dan mendekatkan wajahnya pada wajah JinRi. JinRi menutup matanya.
Tin..Tiiiin.. Suara klakson mobil yang berhenti di depan JongIn dan JinRi mengurungkan niat mereka. “Hei, Kim JongIn..!! Choi JinRi...!!!”, teriak YuRi dari dalam mobilnya pertanda menyuruh mereka segera masuk ke dalam mobil.

*JongIn POV*
Aku mengunjungi rumah Choi’s Family, bukan Choi JinRi yang ingin ku temui, tapi aku ingin menemui kakak sepupunya. Kebetulan JinRi sedang tak ada di rumah, ia sedang berlatih di sanggar tari. Awalnya Choi MinHo menolak menemuiku, namun akhirnya ia luluh melihat wajah tulusku.
“Aku tahu, aku tak pantas menerima maafmu. Tapi tolong izinkan aku meminta maaf padamu atas semua kesalahanku selama ini. Mianhamnida..”, ucapku sambil menundukkan tubuhku di hadapan MinHo hyung.
“Apa maumu?”, tanyanya dingin.
“Izinkan aku menjaga Choi JinRi. Dan Aku ingin meminta maaf langsung pada Jung YoonA. Apa kau tahu dia sekarang ada dimana? Tolong izinkan aku untuk menemuinya, Hyung..”, pintaku tulus.
“Apa kau benar ingin meminta maaf padanya??”, selidik MinHo hyung. Dan aku mengangguk mantab menjawabnya.
“Baiklah.. Dia sekarang ada di Busan. Aku juga ingin mengunjunginya sebelum aku tinggal di asrama Sme. Sebaiknya kita pergi bersama, aku akan bersiap-siap dulu.”, ujarnnya bergegas ke kamarnya.
Aku tersenyum lega mendengarnya, “Gomapta, Hyung!”, seruku.
---
-Busan-
*Author POV*
Choi MinHo dan Kim JongIn tiba di Busan. MinHo sengaja langsung menuju tempat dimana YoonA berlatih taekwondo. Dan benar, YoonA sedang berlatih taekwondo disana.
“YoonA-ya..”, panggil MinHo membuat YoonA menoleh ke arahnya. “MinHo-ya!”, sahutnya menyambut senang kedatangan MinHo.
“Sebelum aku pindah ke Asrama baruku, aku ingin menemuimu dulu, karena setelah itu pasti akan sulit bagiku untuk berkeliaran kesini.”, ujar MinHo tersenyum.
“Kau akan sangat sibuk?! Jaga kesehatanmu, ne?!”, ucap YoonA.
“Kau berlatih sangat keras! Lihat keringatmu! Hahaha.. Oiya, ada seseorang yang ingin menemuimu.”, ujar MinHo. “Nuguya?”,tanya YoonA penasaran.
Sedetik kemudian ekspresi senang YoonA berubah suram ,ketika melihat namja yang baru saja masuk ke dalam.
“Kau...!! Nappeun namja!! Kenapa kau kemari?!!”, sentak YoonA.
JongIn segera berlutut di hadapan YoonA. “Mianhamnida, YoonA noona. Aku kemari untuk meminta maaf padamu.”, ucap JongIn.
YoonA terkejut melihat JongIn, namja yang ia anggap paling buruk yang pernah ia temui sedang berlutut di hadapannya mengemis maaf pada dirinya.
“Kau tahu, betapa sakitnya perasaanku saat itu?!!”, isak YoonA.
“Mianhe, noona.. Mianhe.. Aku sangat menyesal atas kelakakuan burukku selama itu.”, ungkap JongIn penuh penyesalan.
“Aku memaafkanmu, jika kau berubah menjadi namja yang baik.”, ujar YoonA.
“Aku bukan nappeun namja yang seperti dulu lagi. Percayalah padaku, noona.. Gomawoyo kau menerima permintaan maafku.”, ungkap JongIn.
---
Setelah meminta maaf pada YoonA, JongIn bergegas kembali ke Seoul, yang membutuhkan waktu sekitar 3 jam.
Sesampainya di Seoul, aku menemui SeoHyun noona di tempat tinggalnya.
Ketika SeoHyun membuka pintu rumahnya, JongIn segera berlutut di hadapan SeoHyun. “Kim JongIn... Apa yang kau lakukan..?!!”, kejut SeoHyun.
“Mianhamnida, SeoHyun noona..”, ucap JongIn tulus.
“Aku sudah melupakan perasaan sakit itu.”, sahut SeoHyun dingin memalingkan wajahnya dari JongIn.
“Aku sungguh menyesalinya, tak seharusnya aku menyakitimu, SeoHyun noona. Mianhamnida..”, ungkap JongIn.
“Apa kau tulus melakukan ini??”, selidik SeoHyun.
JongIn mengangguk, SeoHyun menatap JongIn, dan ia menemukanp pancaran ketulusan di mata JongIn. “Aku memaafkanmu.”, ucap SeoHyun membuat JongIn tersenyum lega.
---
Setelah meminta maaf pada YoonA dan SeoHyun, JongIn juga meminta maaf pada yeoja-yeoja yang pernah ia hancurkan perasaannya.
Dan yang terakhir adalah Tiffany, namun ia mendapat kabar ,bahwa Tiffany sudah pindah ke Amerika bersama nampyon’nya, Choi SiWon. JongIn hendak mengurungkan niatnya untuk meminta maaf pada Tiffany, namun ia teringat pada kata-kata JinRi. Akhirnya ia menelpon ponsel Tiffany, namun nomornya ternyata sudah tak aktif lagi. “Ternyata jodoh kami sudah terputus. Hhaah~ Setidaknya aku sudah punya niat.”, gumam JongIn tersenyum enteng.

-1week later-
*Author POV*
“Ayo! Katanya pesawatnya akan berangkat 30menit lagi..!”, seru JongIn pada JinRi dan bergegas menstarter mobilnya.
---
-Incheon Airport-
JongIn dan JinRi segera melangkah cepat, mata mereka mancari-cari sosok namja yang akan meninggalkan Seoul. Tak butuh waktu lama, akhirnya mereka menemukannya sedang terduduk dan menikmati musik.
“Lee TaeMin..!!!”, teriak JongIn. TaeMin tersenyum melihat sahabatnya sudah tiba, dan segera berdiri menyambutnya.
“Hei!! Kenapa mendadak begini, haa...??!!! Kita bahkan belum sempat mengadakan pesta perpisahan!”, kesal JongIn pada sahabatnya.
“Hahaha.. Mianhe.. Aku juga memutuskan ini secara mendadak.”, jawab TaeMin.
“Orangtuamu ada disana, Bahasa Jepang mu juga cukup baik, jadi kau pasti bisa dengan cepat beradaptasi disana! Belajar yang benar!! Jangan bermain-main saja disana!”, seru JongIn.
“Aku tahu! Memangnya aku ini seperti kau!?”, remeh TaeMin.
“Hei! Apa kalian hanya menganggapku patung?!”, keluh JinRi yang sedari tadi tidak dihiraukan oleh JongIn dan TaeMin.
“JinRi-ya! Apa JongIn memperlakukanmu dengan baik?! Kalau tidak, lapor padaku!”, canda TaeMin. JinRi mengangguk dan tersenyum lembut pada TaeMin.
“10 menit lagi.. Sepertinya aku harus bersiap-siap menuju pesawatku! JinRi-ya, ini..!”, ujar TaeMin sambil memberikan sebuah buku diary tebal pada JinRi.
“Buku Diary ku..!!”, kejut JinRi menerima diary itu.
“Kau menjatuhkannya di perpustakaan. Mianhe.. Aku baru mengembalikannya.”, ucap TaeMin.
“Apa kau membacanya??”, selidik JinRi.
TaeMin cengar-cengir menanggapinya, “Iya, si gadis penguntit. Tapi karena membaca diary itulah aku bisa merelakanmu.”, ungkap TaeMin.
“Gomawo, TaeMin-ah.”, ucap JinRi tersenyum.
“Ne.”, sahut TaeMin membalas senyumannya, lalu memeluk hangat JinRi.
“Hei!! Jangan peluk Sulli ku lama-lama!! TaeMin-ah, Seharusnya kau memelukku lebih dulu...!”, keluh JongIn melihat TaeMin dan JinRi berpelukan.
TaeMin terkekeh dan melepas pelukannya, lalu beralih memeluk JongIn. “TaeMin-ah, sejak kecil kita selalu bersama. Kenapa sekarang kau malah meninggalkanku??! Universitas di Seoul juga banyak kan??!”, ujar JongIn di sela-sela pelukannya.
“Di Jepang aku akan lebih banyak mendapatkan hal-hal yang baru. Kita sudah dewasa, sudah waktunya kita mencari jalan kita masing-masing! Lagian aku akan kembali ke Seoul nanti.”, terang TaeMin bijak.
“Ne, arrasseo. Aku akan sangat merindukanmu!”, ungkap JongIn.
“Aku juga akan merindukanmu, panda Afrika!”, canda TaeMin.
“Hei! Sebutan apa itu?! Tidak masuk akal..!”, kesal JongIn melepas pelukannya.
”Hahaha... Mianhe~ Baiklah, aku pergi! Jaga diri kalian baik-baik, ne?!”, pamit TaeMin melangkah menjauhi mereka sambil melambaikan tangannya.
“Jangan lupa sering-seringlah kabari kami!”, seru JongIn.
“Ne! Kalian juga!”, sahut TaeMin.
---
Setelah ke Bandara, JongIn mengendarai mobilnya menuju ke sebuah pantai yang membutuhkan waktu yang tak sebentar untuk menuju kesana dari Seoul.
“Kenapa kita kemari??”, tanya JinRi sesampainya di pantai yang cukup sepi.
“Kau tidak suka?”, tanya JongIn.
“Aku suka!”, jawab JinRi bergegas keluar dari mobil, dan berlari-lari kecil menuju deburan ombak. JongIn tersenyum melihat tingkah yeojachingunya itu, dan segera menghampiri JinRi yang sedang menikmati angin laut.
“Sulli-ya..”, lirih JongIn sambil melirik JinRi.
“Uhmmm..”, sahut JinRi masih memejamkan matanya menikmati angin laut. JongIn memanfaatkan keadaan itu, ia segera merebut tas JinRi. Sontak JinRi terkejut.
JongIn berlari menjauhi JinRi ,lalu membuka tas itu dan mengambil buku diary’nya yang diberikan oleh TaeMin tadi. “Kim JongIn,, kembalikan!!”, seru JinRi mengejar JongIn.
“Ini..!”, seru JongIn sambil melemparkan tas’nya ke arah JinRi.
JongIn tertawa dan berlari menjauhi JinRi lagi, sambil membaca buku diary yang ada di tangannya. “JongIn-ah,, kembalikan buku diary’ku..!! Itu privasi!! Jangan dibaca..!!!”, teriak JinRi sembari mengejar JongIn. Yaa terjadilah aksi kejar-kejaran di antara mereka.
JinRi terduduk di pasir pantai, ia kelelahan mengejar JongIn yang tak kunjung tertangkap olehnya. JongIn tertawa jahil melihat JinRi menyerah dari kejauhan.
“Aku benar-benar namja yang beruntung! Ini..!”, ujar JongIn duduk di samping JinRi dan mengembalikan buku diary itu. JinRi menyahutnya kasar, ia kesal.
“Wae?? TaeMin juga sudah membacanya! Masak aku tidak boleh?!!”, kesal JongIn juga.
“Karena diary ini berisi tentang dirimu!”, sahut JinRi mengerucutkan mulutnya. JongIn hanya tertawa melihat ekspresinya. JinRi semakin kesal dibuatnya, lalu ia memalingkan wajahnya dari JongIn.
“Sulli-yaa..”, lirih JongIn membuat JinRi menoleh ke arahnya. Chup~ JongIn mengecup bibir JinRi sekilas. “Saranghae~”, ungkap JongIn tersenyum membuat JinRi menatapnya shock.
---
-OnTheWay-
“Mungkin sebulan ke depan aku akan sangat sibuk.”, ujar JongIn memecah keheningan sambil tetap fokus pada kendaranya.
“Jinja? Aku juga, aku harus giat berlatih selama sebulan ini. Bulan depan aku akan mengikuti kompetisi ballet, pada hari itu kau harus meluangkan waktumu untuk menyemangatiku, ne?! Saat itu adalah penentuanku. Jika aku menang, maka akan terbukti kalau aku adalah ballerina yang hebat.”, sahut JinRi.
“Entahlah.. Bulan depan adalah peresmian diriku sebagai pewaris perusahaan. Mungkin aku juga sangat sibuk.”, terang JongIn dengan nada menyesal.
“Uhmm.. Kalau begitu tak apa, Kau harus bekerja keras! Hwaiting!! Aku akan selalu mendukungmu!”, seru JinRi memberi senyuman semangat.

-1month later-
*Author POV*
Choi JinRi bersiap-siap di backstage. Ia mengepalkan kedua tangannya di depan mulutnya, sambil sesekali meniupnya, untuk menghilangkan nervous’nya. Mata JinRi mencari-cari sosok JongIn di bangku penonton, tapi nihil.
“Gwaenchana... Kau pasti bisa, Choi JinRi..!!!”, seru JinRi dalam hati meyakinkan dirinya sendiri.
CHOI JIN RI.. Nama JinRi disebut, ia segera naik ke atas panggung dan mulai menunjukkan kemampuan balletnya.
Proook..Prook..prookk..prok.. Suara tepuk tangan penonton dan juri menggema setelah JinRi menyelesaikan aksinya.
---
-BackStage-
“JinRi-ya, Chukkhaeyo~~!!!!”, seru SooJung memeluk JinRi yang berhasil memenangkan juara I.
“Ne~ SooJung-i,, Nan neomu haengboghaeyo..! Ini bukan mimpi lagi..!”, seru JinRi kegirangan.
“Selamat, JinRi-ya.. Ajumma bangga padamu! Kau harus segera memberitahukan kabar bahagia ini pada orang tuamu di Incheon!”, ujar Ny.Choi tersenyum bahagia.
“Ajumma... Gomawoyo~”, ucap JinRi manja beralih memeluk ajumma’nya.
---
JinRi membawa karangan bunga dan hendak keluar dari gedung pentas tersebut. Namun ada seorang namja yang menghalangi jalannya. “Chukkhaeyo, Sulli-ya..!”, ujar orang tersebut. JinRi tersenyum melihatnya, dan langsung memeluk namja itu.
“JongIn-ah...”, lirih JinRi. “Aku tahu. Kau pantas mendapatkannya! Tadi aku melihat aksimu, walau sedikit terlambat, tapi aku melihat tarian ballet’mu yang begitu indah itu..!! Kau hebat!”, puji JongIn membalas pelukannya.
JinRi melepas pelukannya, lalu memandangi JongIn dari segala arah. “Kau tak membawa apapun..??!”, tanya JinRi.
“Uhmm... Memangnya apa yang harus ku bawakan untukmu??”, tanya JongIn innoncent.
JinRi memandangi seorang yeoja yang ada di sampingnya, yeoja yang mendapat juara III. Yeoja itu mendapat beberapa karangan bunga dan bingkisan dari rekan-rekannya sebagai ucapan selamat. JinRi memandangnya iri. “Setidaknya kau membawa bunga untukku..”, gumam JinRi tanpa mengalihkan perhatiannya.
“Kau kan sudah mendapatkannya.. Sekarang ayo kita rayakan kemenanganmu saja!”, sahut JongIn sembari menarik lengan JinRi.
---
“Hhhaaah.. Katanya mau merayakan kemenanganku, kenapa malah ke Sungai Han..?!”, tanya JinRi sambil menghela nafasnya.
“Memangnya kau ingin kemana??”, tanya JongIn.
“Makan. Aku lapar...”, keluh JinRi manja.
“Aiiiissh!! Padahal aku ingin sedikit romantis padamu..”, kesal JongIn.
“Mwo??! Romantis? Apa kau sudah menyiapkan kejutan untukku??! JinRi membuka kaca mobil JongIn dan celingukan melihat sekitar. “Tak ada dinner romantis. Sepertinya juga tak ada lampu hias berbentuk lambang cinta.. Apa kau menyiapkaan kembang api yang indah??”, tanya JinRi penasaran.
“Mwo??! Kembang api??! Kekanak-kanakkan!!”, sahut JongIn.
“Lalu apanya yang romantis???! Kau inii..!!!”, kesal JinRi karena tak ada yang spesial dari JongIn untuknya.
JongIn tak menghiraukan keluhan JinRi, ia malah keluar dari mobil dan bersandar di depan mobilnya menikmati pemandangan indah pantulan lampu kota Seoul di sungai Han.
JinRi terpaksa mengikutinya, dan bersandar di samping JongIn. “Bukankah pemandangan ini saja sudah sangat indah..?”, ucap JongIn.
JinRi menyandarkan kepalanya pada bahu JongIn, lalu mengangguk mengiyakan ucapan JongIn.
“Apa kau sudah membaca pesan TaeMin??”, tanya JinRi.
“Sudah. Hahaha.. Akhirya ia sudah menemukan penggantimu.. Katanya yeoja itu bukan asli Jepang ,ia mirip dengan mu, namanya Choi JinMi.”, ujar JongIn.
“Ne. Dia bilang selama disana, yeoja itu selalu menguntitnya. Akhirnya ia menemukan bunga mataharinya..”, sahut JinRi.
“Syukurlah dia sudah menemukan kebahagiaannya. Oiya, Namanya Choi-Jin-Mi ,hampir sama denganmu. Apa dia saudaramu??”, canda JongIn.
“Hei! Aku ini anak tunggal..”, jawab JinRi. “Arrasseo..”, sahut JongIn enteng.
---
“Sulli-ya...”, lirih JongIn.
“Ne?”, sahut JinRi sembari menatap JongIn.
JongIn merogoh saku celananya, dan mengambil sepasang cincin dari sakunya itu.
“Mana jarimu?!”, pinta JongIn menarik pergelangan tangan JinRi dan memasangkan salah satu cincin itu pada jari manis JinRi.
“Pakaikan untukku!”, pinta JongIn memberikan cincin yang satunya lagi pada JinRi. Lalu JinRi memasangkan cincin tersebut ke jari manis JongIn.
JinRi menatapnya tersenyum penuh haru. “Apa ini yang kau sebut romantis??!”, tanya JinRi mulai menitikkan air matanya. JongIn tersenyum lembut menatapnya.
“Cincin pasangan ini menandakan kalau kita sudah bertunangan. Arrachi, calon Ny.Kim..??!”, ujar JongIn. Air mata JinRi semakin mengalir. JongIn memeluknya hangat, dan membelai lembut rambut JinRi. “Saranghae,, My Sulli..”, bisik JongIn. “Nado Saranghaeyo..”, balas JinRi tersenyum bahagia.
..END..



Kim JongIn a.k.a Kai
Mereka yang mengejarku, bukan aku yang mengejar mereka. Aku hanya memanfaatkan  situasi itu, dan melampiaskan rasa sakit yang pernah ku rasakan. Mungkin aku memang dilahirkan untuk membuat para yeoja jatuh hati padaku.
But, Now and in the Future
Aku akan langsung mengeliminasi yeoja-yeoja yang hendak mencari tempat di hatiku. Karena sudah ada satu, CHOI JIN RI, My SULLi..  Only One!
Choi JinRi a.k.a Sulli
Mungkin benar cinta itu buta. Tak peduli berkali-kali aku menyangkalnya, tak peduli seberapa banyak namja-namja tampan dan lebih baik darinya berlalu lalang di hadapanku, mataku dan hatiku hanya bisa melihatnya. Rasanya seperti buta, ketika melihat namja lain, selain dirinya, KIM JONG IN, matahariku.


WHAT IS LOVE? [Season II] "LOVE IS BLIND" Part 6 [Fanfiction EXO Kai]

WHAT IS LOVE? :: "Love is Blind"
Part 6

Cast:
EXO-K s Kai as Kim Jongin aka Kai
GG s Yuri as Kim Yuri (Jongin s older sister)
GG s Yoona as Jung Yoona
F (x) 's Sulli as Choi JinRi
SHINee s Taemin as Lee Taemin
GG s SeoHyun as Joo SeoHyun

Rating: PG-17
Genre: Romance


-Choi’s Family-
*JinRi POV*
“Uhmmm.. Bagaimana yaa??! Dia memang cantik, kulitnya juga terlihat putih dan mulus, rambutnya terurai indah, bibirnya juga cukup sexy menurutku. Tapi kau tahu kan dia bukan yeoja tipeku!!? Dia sebaya dengan kita!! Jadi dia ku E-LI-MI-NA-SI..!!! Lagian cara berdandannya itu tidak seperti yeoja-yeoja yang kusuka!” Kata-kata JongIn beberapa hari lalu terus terngiang di kepalaku.
“Apa yang harus ku lakukan untuk menarik perhatiannya padaku..??! Choi JinRi, kau benar-benar yeoja yang bodoh!”, umpatku pada diri sendiri sembari berkaca di depan cerminku.
Aku menatap diriku sendiri di depan cermin riasku. “Aku memang cantik. Bukankah kecantikanku ini sangat natural?”, gumamku.
Lalu pandanganku beralih pada lemari pakaianku. Aku membukanya, memilah-milah pakaianku. “Style’ku memang buruk.”, lirihku memandang lesu baju-bajuku.
Aku melirik tas belanja yang sama sekali belum ku sentuh sepulang dari mall kemarin. Aku mengeluarkan satu stel pakaian, sepasang higheels ,dan beberapa alat kosmetik dari kantong belanja itu. “Baiklah.. Aku harus mencobanya!”, yakinku.
*Author POV*
Choi JinRi mengenakan kemeja putih yang cukup longgar. JinRi memadukannya dengan hotpants yang cukup ketat dan sangat pendek, ia sengaja memamerkan kakinya yang putih mulus. Ia membiarkan rambut panjangnya terurai. Setelah selesai berdandan, ia menjinjing higheels’nya, dan segera keluar rumah dengan mengendap-endap. Akan sangat gawat, jika ia ketahuan ajumma’nya berdandan tak seperti biasanya. Setelah berhasil keluar rumah diam-diam, ia segera memakai higheels’nya.
---
-8.00 PM-
JinRi memarkirkan mobilnya tak jauh dari rumah JongIn. Ia berharap JongIn masih ada di rumah. Namun JinRi enggan masuk ke rumah JongIn, ia hanya duduk di dalam mobil. Tak lama kemudian ada sebuah mobil yang baru tiba dan berhenti tepat di depan rumah Kim’s Family. JongIn keluar dari rumah, dan masuk ke dalam mobil itu. JinRi yang melihatnya, segera menyetater mobilnya dan mengikuti mobil yang ditumpangi JongIn itu.
---
Mereka berhenti di sebuah bar. JongIn keluar dengan seorang yeoja dari mobil yang ia tumpangi tadi, dan masuk ke dalam bar tersebut. “Dengan yeoja lain lagi..”, lirih Jinri tersenyum pahit melihat JongIn merangkul mesra yeoja itu. JinRi berusaha menguatkan dan meyakinkan perasaannya. Ia segera melepaskan sabuk pengamannya dan turun dari mobil.
Sebenarnya JinRi begitu ragu-ragu ketika hendak memasuki tempat yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Namun, niatnya yang kuat cukup bisa mengalahkan keraguannya.
JinRi berjalan anggun, dan memamerkan senyuman manisnya, berusaha menebarkan pesonanya, namun tetap terlihat jual mahal. Semua namja yang ada di bar tersebut memandang kagum JinRi. “Siapa yeoja itu?? Sungguh manis!”, gumam seorang namja melihat Jinri duduk di kursi bar dan memesan sebotol bir.
“Benar. Uhmmm, tapi ia terlihat seperti yeoja yang sok jual mahal. GiKwang-i,, kau mau taruhan??”, bisik namja lain pada kawannya yang bernama Gikwang itu. “Siapa takut?!”, ucapnya menyetujui taruhan tersebut.
Pandangan JinRi terpaku pada JongIn yang sedang asyik menari dengan yeoja’nya menikmati dentuman musik bar. JinRi menatap mereka panas, ia segera menyambar sebotol bir’nya dan menuangkannya ke gelas birnya. “Uuh!! Baunya sungguh menyengat!!”, dengus JinRi mencium bau alkohol untuk pertama kalinya.
JinRi meminumnya dalam sekali teguk. “Uhhm, tidak buruk.”, ucapnya. Pandangan JinRi mengarah pada JongIn lagi. Namun, kali ini JongIn menangkap tatapan JinRi. JongIn mengerutkan keningnya ketika melihat JinRi.
“Choi JinRi...”, gumamnya tak percaya. JinRi yang merasa bahwa dirinya sudah ketahuan, segera memalingkan wajahnya dari tatapan JongIn yang menyelidik dari kejauhan. JinRi menuangkan birnya lagi, untuk mencari kesibukan.
“Hei.. Uhmm, kau sendiri??”, tanya seorang namja yang tiba-tiba mendekati JinRi. JinRi sedikit terkejut dan takut, tapi ia berusaha menutupinya. Ia hanya diam tak menanggapi sapaan namja itu, dan hanya berkutat pada botol bir’nya.
“Namaku Lee GiKwang. Boleh kan aku menemanimu malam ini??”, tanya namja itu dengan memamerkan senyumannya berusaha mengambil hati Choi JinRi. Namun, tetap saja JinRi tak menanggapinya. Ia menyibukkan diri meneguk beberapa gelas bir.
“Kenapa kau diam saja? Di tempat seperti ini kau tidak perlu jual mahal seperti ini..”, rayu GiKwang, dan hendak merangkul JinRi. Namun sebelum tangannya menyentuh bahu JinRi, ada tangan lain yang lebih dulu menepis tangannya.
“Dia bukan mainan! Cari saja yeoja lain!”, seru JongIn yang menepis tangan GiKwang. “Hei, aku dulu yang melihatnya! Enak saja kau menyerobot begitu saja?!”, ungkap GiKwang tersenyum remeh.
JinRi cukup terkejut melihat JongIn sudah berada di sampingnya ,dan sedang beradu dengan namja asing itu. “Aku namjanya. Dia milikku.”, seru JongIn singkat dan langsung menyeret JinRi untuk menjauhi tempat itu.
---
JongIn mencengkram tangan JinRi kuat, langkah JongIn pun juga cepat. “Aww!! Pelankan langkahmu! Dan tolong lepaskan cengkramanmu! Aku bisa jalan sendiri!”, keluh JinRi. Dengan higheels’ny yang cukup tinggi, ia kesulitan mengikuti langkah cepat JongIn. Kepala JinRi pun juga mulai pusing, karena minum beberapa gelas bir tadi.
“Wae?? Kau tak biasa memakai higheels itu??!”, sindir JongIn berhenti menatap JinRi dari ujung kaki hingga ujung kepala.
JongIn melanjutkan langkahnya, ia membawa JinRi keluar dari bar tersebut. Sesampainya di luar dekat tempat parkiran mobil, JongIn mendorong pelan JinRi ke dinding. JongIn mengunci ruang gerak JinRi dengan kedua tangannya dan tatapan tajamnya.
“Kenapa kau ada disini? Apa karena aku?!”, tanya JongIn dingin. “Wae?!! Apa yeoja seperti ku tidak boleh ke tempat seperti ini?”, tanya JinRi tak kalah dingin.
JongIn tersenyum remeh, “Kau tak pantas berada di tempat seperti ini! Pulanglah gadis manis!”, sahutnya sembari mengoyak pelan rambut JinRi ,lalu berbalik hendak meninggalkan JinRi. Namun langkah JongIn terhenti ketika JinRi dengan sigap mencengkram tangannya, hingga ia menoleh ke arah JinRi lagi.
“Wae? Jangan bilang kalau kau ingin ku antar pulang!?”, tebak JongIn asal. Namun tak ada sahutan dari JinRi, ia hanya menatap JongIn dengan tatapan sayu.
“Apa? Apa yang harus kulakukan agar kau melihatku dan menyukaiku, JongIn-ah?? Haruskah aku terlahir lagi sebagai yeoja yang lebih tua darimu??”, tanya JinRi lirih. Air matanya pun mulai menetes.
“Haruskah aku menjadi seperti mereka???!!!”, bentak JinRi sambil menunjuk yeoja-yeoja penghibur yang keluar masuk bar. JongIn yang mendengarnya, mengerutkan keningnya dan menatap JinRi tajam.
“Apa??!! Apa yang harus ku lakukan??!! Cepat katakan!!! Aku lelah, aku sungguh lelah, Kim JongIn..!! 5 tahun! 5 tahun aku memendam perasaan ini...!!!! Aku lelah menunggumu..!”, isak JinRi sembari memukul pelan lengan JongIn.
“Cukup! Jika kau ingin selamat dari namja-namja hidung belang, Cepat pulanglah! Banyak yeoja yang menungguku di dalam, jangan ganggu aku!”, ucap JongIn lalu meninggalkan JinRi sendiri.
---
JinRi berjalan gontai menuju mobilnya. Langkahnya tak beraturan, karena air matanya masih menetes, dan kepalanya terasa berat, mungkin karena efek alkohol yang diminumnya tadi. Membuka pintu mobil saja kesulitan. JinRi memegangi perutnya yang terasa mual.
“Perlu bantuan??”, tanya seorang namja. Namja itu mendekatkan diri pada JinRi, JinRi yang menyadari itu berusaha menjauhinya. Pandangannya mulai kabur, jadi ia tak begitu mengenali wajah namja itu.
“Apa namja mu itu meninggalkanmu?? Uh.. Sungguh menyedihkan! Kalau kau bersamaku, kau pasti ku perlakukan dengan baik.”, tanya namja itu tersenyum licik.
JinRi sudah tak kuat melangkah lebih jauh lagi. Ia bersandar di sebuah mobil. Namja itu mendekatinya dan hendak membelai wajah JinRi yang sudah lemas.
Namun ada yang menarik kerah baju namja itu dari belakang, hingga ia mundur dan menjauh dari JinRi. Buuuk.. Satu pukulan keras di pipi kiri.
“Haah.. Kau lagi!”, gumam namja itu melihat orang yang baru saja memukulnya.
“Sudah ku bilang! Aku namjanya!! Apa otakmu rusak?!!! Pergi!!!”, sentak JongIn.
Namja itu tersenyum remeh sambil memegangi pipinya yang sakit karena pukulan keras JongIn, “Baiklah, aku pergi! Tapi ingat! Aku! Lee GiKwang! Tak akan melepaskan kalian!! Urusan kita belum berakhir!”, ancam namja yang bernama Lee GiKwang itu yang sedari tadi ingin menggoda JinRi.
---
“Uwwek,, uhuk.. uhhuk..”, JinRi memuntahkan isi perutnya. JongIn yang melihatnya segera menolong JinRi. “Dimana kunci mobilmu? biar ku antar kau pulang!”, ucap JongIn sembari menepuk-nepuk pelan punggung JinRi.
“Itu.”, jawab JinRi lirih sambil menunjuk kunci yang sudah tertancap di mobilnya.
“Apa kau sudah selesai memuntahkannya??”, tanya JongIn sedikit cemas. Namun, sebelum JinRi menjawab, JinRi sudah keburu pingsan di pelukannya.
JongIn menggendongnya masuk ke dalam mobil. Dan ketika ia membaringkan JinRi di jok belakang, perasaan JongIn bergetar.
Deg..deg..deg.. JongIn menatap lekat JinRi. Namun, ia segera menyadarkan dirinya, dan segera mengeluarkan kepalanya dari mobil. Duk! Kepalanya terbentur atap mobil JinRi. “Aww!!! Aigoo..!!!”, rintih JongIn sambil mengusap-usap kepalanya.
Tanpa sengaja matanya memandang kaki mulus JinRi. “Ehem..Ehem”, JongIn berdehem sendiri berusaha menghilangkan perasaan dan pikirannya yang sedikit aneh. JongIn melepas jas’nya, lalu menutupi paha JinRi yang dibiarkan terekspos dengan jas’nya itu.
---
“Babo!! Babo!! Aku kan tidak tahu rumahnya. Aha! Lee TaeMin!”, gumam JongIn, lalu mengirim pesan pada TaeMin.
---
JongIn menunggu kedatangan TaeMin di pinggir Sungai Han. Ia bersandar pada mobil JinRi di luar dan berkutat pada layar handphone’nya sambil menunggu TaeMin.
Tak lama kemudian TaeMin datang, “Ada apa dengan Choi JinRi??!”, tanya TaeMin dengan masih memakai helm’nya.
JongIn menatapnya heran, betapa cemasnya TaeMin mendengar JinRi pingsan. JongIn tak mengucapkan sepatah kata pun, ia hanya memberi tanda dengan menunjuk JinRi yang masih terbaring tidur di dalam mobil.
TaeMin yang mengerti, segera membuka pintu mobil JinRi. “Hei!! Kenapa dia bisa sampai begini??! Kau apakan dia, haa...??!!!”, seru TaeMin membuat JongIn mendengus kesal.
Tanpa menunggu jawaban JongIn, TaeMin hendak mengangkat JinRi keluar mobil. “Hei!! Kau mau membawanya kemana??!!”, cergah JongIn.
“Yaa jelas membawanya pulang, babo!!”, sentak TaeMin sembari hendak mengambil jas JongIn yang menutupi paha JinRi.
“Andweee!!!!”, seru JongIn mencegah TaeMin mengambil jasnya. “Wae??!”, sahut TaeMin menghentikan niatnya.
JongIn segera mendorong TaeMin menjauh dari mobil JinRi. “Hei! Apa kau ingin mengantar pulang JinRi dengan motormu..??! Dia sedang pingsan, babo!! Kau ingin mencelakainya???!!”, seru JongIn.
“Kalau begitu aku yang mengendarai mobil ini. Dan kau naik motorku saja!”, sahut TaeMin enteng.
“Mwo??!!! Shireo!!!”, tolak JongIn.
“Wae??! Aku tidak peduli. Pokoknya harus begitu!! Bagaimana bisa aku tenang jika JinRi berada dalam satu mobil dengan namja sepertimu??!”, ucap TaeMin sambil melepas helm’nya, lalu memakaikannya langsung pada kepala JongIn dan memberikan kunci motornya. JongIn mendengus kesal menuruti permintaan sahabatnya itu.
---
-Choi’s Home-
TaeMin dan JongIn celingak-celinguk di depan rumah Choi’s Family. “Kita tidak mungkin membawa JinRi ke rumah secara terang-terangan dalam keadaan seperti ini. Ajummanya bisa membunuh kita.”, gumam TaeMin.
“Lalu? Apa perlu kita membawanya ke rumahku saja, atau ke rumahmu, atau ke hotel?”, tanya JongIn innoncent. TaeMin yang tak puas dengan jawaban JongIn, sontak memukul keras helm yang masih dikenakan JongIn hingga kepala JongIn maju ke depan. “Aigooo!!! Apa aku salah??!! Aku hanya memberi saran!!”, keluh JongIn.
“Dia itu yeoja baik-baik!!! Kau pikir dia seperti yeoja-yeoja mainan mu itu yang bisa menginap di sembarang tempat?!! Aiiiiisssh!! Kau ini!!! Uhmmm,, lebih baik kita langsung membawanya ke dalam kamarnya lewat jendela kamarnya dekat taman itu secara diam-diam.”, saran TaeMin sambil menunjuk tempat yang ia maksud.
“Mwo??!!”, kejut JongIn sedikit tidak suka dengan ide TaeMin. Tapi mau bagaimana lagi, JinRi sedang dalam keadaan mabuk ,dan penampilannya juga pasti akan membuat keluarganya marah jika melihatnya, mengingat JinRi itu yeoja yang lugu(?) dan polos(?).
“Kau buka pagarnya pelan-pelan!”, pinta TaeMin pada JongIn.
“Omona.. Kenapa penampilannya seperti ini??! Ini bukan style’nya..”, lirih TaeMin hendak mengangkat tubuh JinRi keluar mobil.
“Kau kuat menggendongnya? Hahaha..”, sindir JongIn yang sudah membuka pagar rumah JinRi. Benar saja, TaeMin hampir saja menjatuhkan JinRi dari punggungnya, namun dengan sigap JongIn menahannya.
---
“Bagus! Jendelanya terbuka! Kita beruntung!”, gumam TaeMin. JongIn masuk ke dalam kamar JinRi. JongIn siap menampani tubuh JinRi dari gendongan TaeMin.
JongIn membaringkan tubuh lemas JinRi di kasurnya. Ia juga melepaskan higheels yang dikenakan JinRi, lalu menyelimutinya. “Bau alkoholnya masih menyengat. Bagaimana ini?”, gumam JongIn sambil mencari-cari parfum di kamar JinRi. Setelah menemukannya, JongIn menyemprotkan parfum itu. Walau itu tidak menghilangkan bau alkoholnya, tapi setidaknya sedikit berkurang. Ketika JongIn meletakkan kunci mobil JinRi di meja sebelah tempat tidur JinRi, matanya tak sengaja melihat foto-foto dirinya di sana. JongIn menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
“Hei!! Cepat keluar!!!”, seru TaeMin dengan nada berbisik membuyarkan lamunan JongIn. Dengan segera ia keluar dari kamar itu, dan pulang bersama TaeMin dengan mengendarai motor milik TaeMin tadi.

-Next Day-
*JinRi POV*
“Uuhh, kepalaku..”, lenguhku sambil memegangi kepalaku yang masih terasa pusing.
“Siapa yang membawaku pulang? JongIn..?”, gumamku mengulas senyum tipis melihat kunci mobilku yang diletakkan di meja sampingku.
Semangatku sedikit pulih, aku bergegas mengambil pakaian ganti, lalu menuju ke kamar mandi untuk merapikan diri.
---
*Author POV*
Tok..tok..tok.. Choi MinHo mengetuk pintu kamar Choi JinRi. “JinRi-ya,, aku boleh masuk kan?? Ada sesuatu yang ingin ku beritahukan padamu.”, seru MinHo. Namun tak segera ada jawaban dari JinRi. Akhirnya MinHo membukanya pelan, dan masuk.
MinHo duduk di pinggir kasurnya menunggu JinRi yang masih ada di kamar mandi, tak sengaja pandangan MinHo tertuju pada foto-foto yang tergeletak di meja kecil samping tempat tidurnya. MinHo mengerutkan keningnya ketika melihat foto-foto itu. “Kim JongIn....”, gumam MinHo.
“MinHo oppa...”, sapa JinRi yang baru saja keluar dari kamar mandi, penampilannya pun sudah rapi.
MinHo menatap tajam JinRi, “Namja ini.. Kim JongIn..? Kau tidak berhubungan sedang dengannya kan..??!”, tanya MinHo sambil menunjukkan foto-foto itu di depan JinRi.
JinRi hanya terdiam, tak berani menjawab pertanyaan MinHo. “Kalau kau diam, berarti jawabanmu iya. JinRi-ya,, apa  kau ingin nasibmu seperti YoonA dan SeoHyun yang dicampakkan oleh nappeun namja ini..??!! Bukankah aku sudah seringkali menceritakannya padamu?! Apa kau tak menyadari itu??!!”, sentak MinHo sembari membuang foto-foto hasil jepretan JinRi itu ke lantai.
“Sebentar lagi aku akan tinggal di asrama bersama bandku. Itu berarti aku tidak bisa menjagamu lagi. Jadi kau harus bisa menjaga dirimu sendiri, JinRi-ya..”, terang MinHo lembut sambil memegang kedua bahu JinRi.
“Tapi aku menyukainya, oppa.. Apa yang harus kulakukan?”, lirih JinRi.
“Mwo??!! Tidak boleh!! Kau harus menjauhinya!!!!!”, sentak MinHo, lalu keluar dari kamar JinRi, sebelum emosinya semakin meluap lagi.

*MinHo POV*
To: Cho KyuHyun
Hyung, apa kau masih menyimpan no.handphone Kim JongIn yang pernah SeoHyun berikan padamu? Aku sangat membutuhkannya, beritahu aku segera! Gomawo..
Setelah mendapat no.Handphone JongIn. Aku segera menelpon nomornya ,dan mengajaknya bertemu pada saat ini juga.

-Coffee House-
*Author POV*
Minho memesan tempat yang cukup tertutup, mengingat dia adalah seorang personil band yang baru saja debut.
“Ada urusan apa?”, tanya JongIn yang baru saja tiba, dan menduduki kursi yang telah disediakan.
“Apa kau punya dendam pada ku??!! Kenapa kau menyakiti yeoja-yeoja yang ku sayangi?! Im YoonA , Joo SeoHyun sahabatku, lalu sekarang Choi JinRi..?!”, ungkap MinHo to the point.
“Jangan dekati sepupuku, Choi JinRi!! Kalau kau hanya akan menyakitinya, tolong jangan dekati dia!!”, lanjutnya.
JongIn tersenyum sinis. “Apa kau menyalahkanku? Aku tidak salah. Mereka yang mengejarku, bukan aku yang mengejarnya! Jadi wajar kalau mereka menjadi pihak yang tersakiti.”, jawab JongIn enteng menyulut emosi MinHo.
Emosi MinHo tak dapat terkontrol lagi. Ia menarik kerah kemeja JongIn. Dan mengambil ancang-ancang untuk memukul JongIn. “Andwe!!!!”
Buuk... Bukan pipi JongIn yang menerima pukulan keras MinHo, tapi yeoja yang tiba-tiba datang menghalanginya. “Choi JinRi..”, seru MinHo dan JongIn bersamaan sambil menolong JinRi yang tubuhnya menyenggol coffee di meja.
“Aww...!!”, rintih JinRi sambil memegangi bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah. JinRi menepis tangan MinHo yang memegang bahunya. “Sudah ku duga, oppa akan melakukan ini. Oppa, aku bukan anak kecil lagi..!! Kenapa kau ikut campur urusanku?!! Ini perasaanku, masalahku!!! Kenapa kau yang repot??!!”, kesal JinRi pada MinHo.
“Jangan ikuti aku!! Jika tak ingin popularitas yang sedang kau bangun ambruk..!!”, seru JinRi sembari menarik JongIn meninggalkan MinHo di tempat itu.
---
JinRi melepas tangan JongIn dari genggamannya. “Maafkan kakak sepupuku.”, ucap JinRi sambil membungkukan diri, lalu hendak pergi meninggalkan JongIn. Namun JongIn mencegahnya. Ia menarik pelan tangan JinRi. JinRi tersenyum di dalam hati mengikuti langkah JongIn yang entah mau membawanya kemana.
---
JongIn membawanya ke apotek terdekat untuk membeli obat luka dan plester mini. Setelah itu, JongIn membawanya ke taman, dan mendudukan JinRi di bangku taman tersebut. JongIn juga duduk di samping JinRi, lalu ia menyentuh dagu JinRi dan menatap perih luka di pinggir bibir JinRi.
“Neomu Babo!!”, gumam JongIn sembari mengobati luka JinRi. “Kalau mau merintih, merintih saja! Jangan ditahan! Aku tidak ingin melihat air matamu keluar karena menahan sakit.”, ucap JongIn lembut yang masih berkutat pada luka JinRi.
“Aww..!!!!”, rintih JinRi kesakitan ketika JongIn menempelkan plester di pinggir bibir JinRi dengan sedikit kasar. “Mianhe”, ucap JongIn enteng.
“Gomawo.”, ucap JinRi singkat. Setelahnya mereka hanya terdiam, mungkin karena sama-sama canggung.  JinRi berkutat pada pakaiannya yang terkena tumpahan coffee tadi, ia berusaha membersihkan noda itu dengan tissue, walau itu mustahil akan bersih. Begitupun JongIn yang pura-pura melihat pemadangan di sekelilingnya, sebenarnya jantungnya sedang berdetak sangat kencang dari tadi.
“Mau ku antar pulang?”, tawar JongIn ragu-ragu. JinRi tersenyum lembut menjawab tawaran JongIn. Akhirnya mereka pulang bersama dengan menumpangi bus, karena tak satupun dari mereka yang membawa kendaraan sendiri.

-Choi’s Family-
*JinRi POV*
Aku menatap wajahku di cermin, tepatnya menatap plester di pinggir bibirku yang ditempelkan oleh JongIn tadi. Aku tersenyum bahagia mengingatnya. Rasanya aku tidak ingin melepaskannya.
“Oiya, aku harus meminta maaf pada MinHo oppa!”, gumam JinRi segera meraih handphone’nya dan menelpon MinHo yang belum pulang.
“Yoboseyo.. MinHo Oppa..”
“...........”
“Aku minta maaf atas kejadian tadi, aku sudah berkata kasar padamu. Mianhe..”
“.............”
“Gwaencahana.. Ini hanya luka kecil. Kau tenang saja! Aku tahu kau melakukan itu demi kebaikanku. Gomawoyo, oppa...”
“.............”
“Ne. Percayalah padaku!! Annyeong!”
Sekarang aku sudah tenang, MinHo oppa tak marah padaku. Betapa beruntungnya aku mempunyai kakak sepupu yang perhatian seperti dia.


-Seoul Hospital-
*Author POV*
Kim YuRi melangkahkan kakinya cepat, ia tak sabar melihat umma yang dirindukannya. Baru saja ia mendapat kabar dari Dr.Chen, bahwa Ny.Kim sudah sadar dari komanya. Betapa bahagianya ia mendengar kabar itu.
“Umma...!!!”, seru YuRi memasuki kamar inap umma’nya. Ny.Kim tersenyum lembut menyambut kedatangan putrinya. YuRi memeluk erat umma’nya. “Umma... Aku merindukanmu..”, isak YuRi.
“Umma juga merindukanmu..”, ucap Ny.Kim sembari membelai lembut rambut YuRi.
“Dimana Kim JongIn dan kakek??”, tanya Ny.Kim melepas pelukan YuRi dan menghapus air matanya.
“Kakek masih rapat di perusahaan. Katanya selesai rapat akan segera kemari. Dan Kim JongIn masih sekolah. Aku belum sempat memberitahunya.”, jawab YuRi.
    
*JongIn POV*
Aku mempercepat langkah kakiku. Ketika sampai di depan kamar inap umma’ku, perasaanku tak karuan. “Umma....”, lirihku melihat umma sedang duduk memandangi karangan bunga. Mataku berkaca-kaca melihat umma yang begitu ku rindukan sudah tersadar dari tidur panjangnya.
“JongIn-ah...”, lirihnya tersenyum padaku. Aku segera memeluknya erat. “Umma.....”, isakku di dalam pelukan hangatnya.
---
Aku memijat-mijat pelan lengan ummaku, mataku tak lepas darinya, rasanya ingin selalu melihat senyuman hangatnya. “JongIn-ah...”, lirih umma. “Apa selama ini kau hidup dengan baik??”, tanya umma yang membuatku tercekat mendengarnya.
“Mianhamnida, umma... Aku bukan anak yang baik, aku bukan namja yang baik.”, ungkapku dengan air mata yang tak mampu lagi ku bendung.
Tangan lembutnya membelai kepalaku. “Umma sudah mendengar semuanya dari kakakmu. Kenapa kau seperti itu..??”, tanya umma lembut.
“Aku tidak tahu. Perasaanku begitu sakit sejak kejadian itu. Aku tahu cara melampiaskan kemarahanku itu salah, tapi aku tidak tahu lagi apa yang harus ku lakukan untuk mengobati rasa sakit ini, umma..”, jelasku terisak.
“Apa kau tahu?? Kejadian itu, tak ada satupun yang salah. Appa ataupun Han YeSeul, mereka tak bersalah. Ini semua kesalahan umma. Kalau bukan karena keegoisan umma, mungkin ini semua tidak akan terjadi.”, terang Umma.
Aku mengerutkan keningku, bagaimana bisa bukan kesalahan mereka, batinku.
“Kim JongWoo dan Han YeSeul adalah sepasang kekasih, bahkan sebelum umma bertemu dengan JongWoo, mereka sudah saling mencintai. Perbedaan umur mereka hampir 15 tahun, tapi itu tidak menghalangi cinta mereka. Ketika umma bertemu dengan JongWoo, aku jatuh cinta padanya, dan berambisi untuk mendapatkannya bagaimanapun caranya. Umma memisahkan mereka, bahkan sempat terlintas di pikiranku untuk membunuh YeSeul. Tapi aku mengurungkannya, aku hanya mengadu domba mereka, hingga mereka akhirnya berpisah. Dengan bantuan kakek, umma bisa menikahi Kim JongWoo.Sebenarnya aku sadar, selama itu cinta JongWoo tak sepenuhnya diberikan kepadaku, tapi umma pura-pura tidak tahu. Tak ku sangka cinta mereka sedikitpun belum pudar, walaupun sudah bertahun-tahun berpisah.”, jelas umma tersenyum pahit.
“Tak seharusnya umma memisahkan mereka dulu. Tapi aku bersyukur, walau  pada akhirnya aku tidak mendapatkan cinta Kim JongWoo,, aku sudah mendapatkanmu dan Kim YuRi. JongIn-ah,, umma mohon maafkanlah mereka, jangan menyimpan dendam yang begitu menyakitkan itu lagi..! Berhentilah mempermainkan yeoja-yeoja lain, ne?!”, pinta Umma padaku. Aku mengangguk lemah mengiyakan permintaannya.
---    
*Author POV*
JongIn berjalan gontai menelusuri lorong rumah sakit memikirkan perkataan Ny.Kim tadi. “Choi JinRi..”, gumam JongIn melihat JinRi membawa sekeranjang buah. Dia tersenyum manis pada JongIn. “Aku mendapat kabar, umma mu sudah sadar. Aku ingin menjenguknya.”, ucap JinRi berlalu meninggalkan JongIn menuju kamar inap Ny.Kim Dana.
---
Setelah JinRi selesai menemui Ny.Kim, ia keluar dari kamar inapnya. Tak tahunya, JongIn sedang bersandar di depan pintu, menunggu JinRi keluar. JinRi sedikit terkejut, namun ia kembali mengulas senyum pada JongIn. “Aku ingin bicara denganmu.”, ucap JongIn sembari menggenggam tangan JinRi dan menariknya pelan.
---
Mereka duduk berdampingan di bangku taman rumah sakit. “Bagaimana bisa kau mengenal umma ku..??”, tanya JongIn membuka pembicaraan.
“Uhmm.. Sebenarnya aku tak hanya mengenal umma mu. Tapi aku juga dekat dengan kakakmu, YuRi eonni.”, jawab JinRi dengan pandangan yang masih lurus ke depan. JongIn yang mendegarnya memasang wajah makin penasaran.
“Apa kau ingat gadis yang bernama Sulli?”, tanya JinRi menatap JongIn. Ia mengerutkan keningnya sembari berusaha mengingat masa lalunya.
JinRi tersenyum pahit, “Aku tahu, kau pasti tidak mengingatnya. Karena keberadaan diriku saat itu sama sekali tak berkesan bagimu.”, sesal JinRi melihat JongIn yang tak juga angkat bicara, menandakan dia tak mengingatnya.
“Sejak 5 tahun lalu, aku menyukaimu. Keberadaanmu sangat berharga bagiku. Walau aku hanya mengamatimu dari kejauhan, itu cukup membuat perasaanku hangat dan bahagia, karna kau adalah matahariku. Mungkin orang lain akan menyebutku ‘gadis penguntit’, tapi aku lebih suka menyebut diriku ‘bunga matahari’ yang selalu mengikuti arah kemana mataharinya pergi.”, terang JinRi. Namun JongIn hanya terdiam menunggu JinRi bercerita lagi.
“Dulu sebelum umma mu kecelakaan. Aku memberanikan diri untuk mengunjungi rumahmu, tapi sayangnya saat itu kau sedang tak tinggal di rumah. Katanya kau tinggal bersama Appa’mu di apartemen. Aku kecewa mendengarnya, tapi Kim Ajumma dan YuRi eonni sangat ramah menyambutku. Mereka menyuruhku untuk sering main ke rumahmu, karena kata mereka aku gadis yang manis. Hingga akhirnya mereka tahu, kalau aku menyukaimu. Ketika aku mendengar umma mu kecelakaan, aku juga sangat terpukul, dia sudah memperlakukanku dengan sangat baik, aku juga tak ingin kehilangan Kim Ajumma. Diam-diam aku sering menjenguknya setahun terakhir ini.”, jelas JinRi.
JongIn masih saja tak bergeming. “Menurutku, penjelasanku tadi sudah cukup bisa menjawab rasa penasaranmu. Aku pulang dulu ya..”, ucap JinRi berlalu.

-Next Day @Kim’s Family Home-
*Tiffany POV*
Aku dan orangtuaku sudah berada di depan rumah Kim JongIn. “Sudah waktunya, kau membayarnya Kim JongIn.”, batinku tersenyum licik. Sebelum masuk ke dalam rumah mewah itu, aku berkaca memastikan riasku sedikit terlihat menyedihkan. Aku memang bermaksud meminta pertanggung jawaban pada Kim JongIn, orangtuaku juga percaya kalau Kim JongIn lah appa dari janin yang sedang ku kandung ini.

@School   
*Author POV*
JinRi berjalan menelusuri koridor sekolah. Tiba-tiba ada seorang namja paruh baya yang menyenggol langkahnya. Namun, namja paruh baya itu tak mempedulikannya, dan tetap terus melangkah cepat menjauhi JinRi. JinRi sedikit heran melihatnya. “Uhmm.. Bukankah itu kakek Kim JongIn?”, gumam JinRi mengenali namja paruh baya itu. “Untuk apa dia kemari??”, pikir JinRi penasaran. Akhirnya JinRi mengikutinya.
---
Tn.Kim dan Kim JongIn berada di taman belakang sekolah yang sangat sepi. Plaaaaaak... Tn.Kim yang notabene adalah kakek Kim JongIn menampar keras pipi cucunya. JinRi yang mengintip kejadian itu dari balik tembok sontak membungkam mulutnya sendiri, karena terkejut melihat JongIn ditampar oleh kakeknya sendiri.
“Kau benar-benar namja yang tak tahu diri!! Apa kau ingin mempermalukan keluargamu, haa..??!! Tiffany Hwang!! Dia sedang mengandung anakmu kan..??!!”, murka Tn.Kim.
“Kalau aku bilang janin itu bukan anakku, apa kakek akan percaya?”, tanya JongIn dingin.
“Bagaimana bisa aku percaya, mengingat kelakuanmu itu memang buruk!!! Sebelum aib ini tersebar, kau harus segera menggantikan posisi kakek! Dan menikahi Tiffany Hwang! Keluarganya sudah menemui kakek, jika kau tak segera menikahinya, keluarga Hwang akan menghancurkan perusahaan kita.”, ujar Tn.Kim menahan emosi.
“Menikahinya???! Kakek, lebih baik aku dijodohkan dengan yeoja berkelas pilihan kakek..!! Janin di dalam kandungannya itu bukan anakku!! Kenapa aku yang harus bertanggung jawab??!! Ini tidak adil..!”, seru JongIn.
“”Kau pikir Tiffany Hwang bukan yeoja berkelas?? Dia anak dari Hwang Group, perusahaan keluarganya cukup bagus di Seoul. Bukti sudah jelas, kalau kau yang harus bertanggung jawab. Kelulusan mu 2 minggu lagi kan..?! Itu bagus, lebih cepat lebih baik, sebelum perutnya itu membuncit.”, ujar Tn.Kim lalu bergegas meninggalkan JongIn sendiri disana menahan emosi.
JinRi terpukul mendengar percakapan Tn.Kim dengan JongIn tadi. Air matanya menetes. Ia pun juga tak terima, jika namja yang ia cintai selama ini akan menikah dengan yeoja lain, apalagi yeoja itu sedang hamil anaknya. Apa yang bisa ia lakukan untuk mencegah pernikahan itu,, tidak ada.

-2 weeks later-  
*Author POV*
Pesta kelulusan berlangsung meriah. Namun tidak bagi JinRi dan JongIn, mereka terlihat sangat murung. Bagaimana tidak, keluarga Kim dan keluarga Hwang sudah mempersiapkan upacara pernikahan Kim JongIn dan Tiffany yang akan diadakan lusa konsepnya sangat sederhana dan tertutup.
“Choi JinRi..”, seru SooJung memeluk JinRi. “Kau kenapa?? Kau sedih?? Aku juga, tapi setidaknya kau menikmati pesta kelulusan kita ini..!!! Ayo kita berbahagia..!”, ujar SooJung tersenyum menyemangati sahabatnya.
“JinRi-ya, setelah ini kau mau melanjutkan kemana??”, tanya ChanYeol. “Aku.. Uhmm,, aku ingin lebih fokus pada ballet, aku ingin menjadi ballerina yang terkenal.” Ungkap JinRi memaksakan diri untuk tersenyum.
ChanYeol mengangguk dan tersenyum, “Itu bagus!! Haaahh~ Minggu depan aku harus tinggal di asrama bersama hyungdeul Exonee. SooJung-i,, kita akan jarang bertemu. Bagaimana jika aku terjangkit virus malarindu..??”, ungkap ChanYeol manja.
“Apa perlu aku menjadi pembantu di asrama mu, agar kita bisa sering bertemu??”, balas SooJung tak kalah manja. “Itu ide bagus!! Aku akan mengusulkannya pada manajerku!”, seru ChanYeol semangat.
“Hei!! Apa kau benar-benar ingin menghambat impianku??!! Kau lupa komitmen kita..!! Kau meraih impianmu, aku meraih impianku. Lalu setelah itu baru kita meraih impian kita bersama!!”, seru SooJung menolak sarannya sendiri tadi.
JinRi tertawa melihat SooJung dan ChanYeol, “Hahahaha.. Kalian ini! Jika tidak kalian hidupku pasti sepi!”, ungkap JinRi. “Itu pasti! Karena aku, Park ChanYeol adalah happy virus!”, ucap ChanYeol bangga.
---
“JongIn-ah,, akhir-akhir ini kau terlihat tak bersemangat..?! Seharusnya kita bersenang-senang di pesta kelulusan ini!”, ujar TaeMin sembari merangkul sahabatnya.
“Bagaimana bisa aku bersemangat?!”, sahut JongIn lemah.
“Wae?? Apa ada yang kau khawatirkan?? Setelah ini hidupmu akan makin terjamin, tak lama lagi kau pasti mewarisi perusahaan kakekmu kan..?”, tanya TaeMin memastikan.
“Aku akan menikah besok lusa.”, jawab JongIn singkat.
“Mwo???!!!!! Secepat itu??!! Dengan siapa?”, kejut TaeMin. “Tiffany Hwang.”, singkat JongIn.
“Mwoya????!!! Bagaimana bisa?!!”, seru TaeMin makin terkejut. JongIn tak bergeming.
“Lalu bagaimana dengan Choi JinRi?? Apa kau akan mengabaikan perasaannya??”, tanya TaeMin menyelidik.
“Entahlah..”, gumam JongIn berlalu meninggalkan TaeMin.
---
JongIn mencari tempat yang hening, agar ia bisa menenangkan perasaan dan pikirannya. Ia melangkahkan kakinya ke balkon sekolah. JongIn menutup matanya, merasakan angin malam yang menerpa tubuhnya.
Tap..tap..tap..tap.. Ada suara langkah kaki yang hendak menuju balkon. Pandangan JongIn mengarah ke sumber suara.
“Choi JinRi..”, gumam JongIn melihat yeoja yang sudah berada di depannya. JinRi tersenyum lembut padanya.
“Apa itu benar??”, tanya JinRi hati-hati.
“Maksudmu?”
“Yeoja yang bernama Tiffany Hwang itu.. Apaa dia sedang mengandung janin darah dagingmu??”, tanya JinRi menatap JongIn sayu.
“Kalau aku bilang bukan, apa kau akan percaya??”
“Aku percaya. Aku yakin kau tak mungkin melakukannya di luar batas. Aku mempercayaimu, JongIn-ah. Kau bukan namja yang seperti itu.”, ujar JinRi tersenyum.
“Gomawo..”, ucap JongIn membalas senyumannya.
“Tapi, jika itu memang bukan tanggung jawabmu, kenapa kau tak menolak pernikahan itu??!”, tanya JinRi.
“Sudah terlambat, yeoja itu sudah berhasil menghasut orangtuaku dan orangtuanya. Apa yang bisa ku lakukan?! Bukti bahwa aku namja yang buruk sudah jelas.”, sesal JongIn.
“Lalu bagaimana denganku nanti? Kau tahu perasaanku padamu kan?? ”, lirih JinRi. Namun tak ada jawaban dari Kim JongIn.
“Baiklah.. Aku akan membuangnya. Membuang sampah yang sudah ku simpan selama 5tahun ini!! Aku tidak ingin menjadi orang yang egois.”, ungkap JinRi sinis dan melangkah pergi.
Tiba-tiba langkah JinRi terhenti. JongIn memeluknya dari belakang, “Jika kau benar-benar menyukaiku, cegah pernikahan itu!”, lirih JongIn.
JinRi tak mampu lagi membendung air matanya lagi, “Dengan cara apa?? Apa yang bisa ku lakukan untuk mencegahnya?”, sahut JinRi bergetar.
“Dengan cara apapun!”, jawab JongIn.
“Aku tak punya hak untuk melakukan itu.”, ujar JinRi.
“Punya! Kau punya hak untuk melakukan itu! Karna kau adalah bunga matahariku. Dan aku adalah mataharimu.”, terang JongIn mempererat pelukannya.

-Wedding Ceremony-
*Author POV*
Tiffany berjalan anggun di altar dengan gaun pengantinya yang menyapu lantai. Tiffany terlihat sangat bahagia, namun tidak pada Kim JongIn. Upacara pernikahan itu hanya dihadiri oleh kerabat terdekat kedua belah pihak keluarga. Umma JongIn ,Ny.Kim yang baru saja pulang dari rumah sakit juga menjadi saksi pernikahan anaknya.
Kini Kim JongIn dan Tiffany sudah berdiri berdampingan menghadap pendeta. Pendeta hendak membacakan janji suci yang harus diucapkan oleh JongIn dan Tiffany nanti.

-TBC-