WHAT IS LOVE? :: "Love is Blind"
Part 7
Cast:
EXO-K s Kai as Kim Jongin aka Kai
GG s Yuri as Kim Yuri (Jongin s older sister)
GG s Yoona as Jung Yoona
F (x) 's Sulli as Choi JinRi
SHINee s Taemin as Lee Taemin
GG s SeoHyun as Joo SeoHyun
Rating: PG-17
Genre: Romance
*Author POV*
“Hentikan...!!!!”, teriak
seseorang yang tiba-tiba masuk ke dalam gereja mengganggu upacara sakral
tersebut.
Tiffany membelalakan matanya,
ketika melihat orang itu. JongIn menyadari itu perubahan ekspresi Tiffany.
“SiWon...”, gumam Tiffany menitikkan air matanya.
Namja yang menjadi perhatian
itu menghampiri Tiffany, dan mencengkram kuat kedua bahu Tiffany. Tiffany
sendiri menatapnya tak percaya.
“Janin di dalam kandungan mu
itu darah dagingku kan?! Kenapa kau malah menikah dengan namja lain, selain
aku..??!!”, sentak namja yang bernama SiWon itu.
“Kau kemana saja,
haaa..??!!”, sentak Tiffany terisak. Sontak namja itu memeluk Tiffany.
“Mianhe, aku tak
memberitahumu, aku ke Amerika untuk menemui orangtuaku. Sekarang aku datang
untuk bertanggung jawab atas dirimu.”, ujar SiWon lembut sembari memeluk erat
Tiffany yang sedang menangis.
JongIn yang melihat itu
sangat kesal, karena merasa telah dipermainkan. Tidak hanya JongIn, namun
keluarganya juga. “Sungguh mengharukan! Kau pikir ini sebuah permainan..???!!”,
kesal JongIn. JongIn melepas jas dan dasi kupu-kupunya dengan kasar, lalu
melemparkannya kasar di depan SiWon dan Tiffany. “Sungguh memuakkan!!”, rutuk
JongIn.
---
Di dalam mobil JongIn
memasang wajah kesal selama perjalanan meninggalkan gereja itu. Ia kesal bukan
karena pernikahannya batal, tapi karena keluarganya yang tak mempercayainya,
dan memaksanya untuk bertanggung jawab atas Tiffany, dan pada akhirnya seperti
ini lah, dipermalukan.
“JongIn-ah,, maafkan kakek
yaa..”, sesal Tn.Kim, namun JongIn sedikitpun tak bergeming.
“JongIn-ah, maafkan noona
juga yang tak mempercayaimu..”, ucap YuRi turut menyesal. Umma JongIn tak
mengucapkan sepatah katapun, ia hanya tersenyum bahagia memandang wajah anaknya
yang benar-benar kesal. Ny.Kim lega karena anaknya tidak jadi menikah dengan
gadis bermarga Hwang itu.
“Turunkan aku disini!”, seru
JongIn. “Pak Song hentikan mobilnya!”, pinta JongIn dingin pada sopir mobilnya.
“Kau mau kemana??”, tanya
YuRi cemas. “Ingin mendinginkan pikiran.”, jawab JongIn lalu bergegas keluar
dari mobil yang sudah dihentikan. YuRi hendak mencegahnya, namun Ny.Kim
melarangnya, “Biarkan dia pergi..”, ucap Ny.Kim lembut.
---
-Choi’s Family Home-
*Author POV*
JinRi meringkuk di tempat
tidur, pikirannya tidak tenang memikirkan upacara pernikahan Kim JongIn. Ia tak
tahu lagi apa yang harus ia lakukan selain menangis meratapi perasaannya yang
hancur. “Semuanya sudah berakhir.. Perasaan yang ku pendam selama 5 tahun ini
terbuang sia-sia.”, isak JinRi.
---
*JongIn POV*
Langkahku berhenti di halte
bus, berharap segera ada bus yang lewat. Aku mencincingkan lengan kemeja putih
yang kukenakan, agar tak terasa gerah.
“Oiya, aku belum mengabari
TaeMin.”, gumamku berkutat pada layar handphoneku. Tak lama kemudian ada bus
yang berhenti, dan aku segera menaikinya. Setelah nyaman di tempat duduk
penumpang, aku hendak menelpon TaeMin.
-TaeMin’s Home-
*TaeMin POV*
“Apa Kim JongIn benar-benar
menikah?”, gumamku. Sedetik kemudian handphone ku berdering.
Kim JongIn calling
“Yoboseyo! JongIn-ah..
Bagaimana dengan upacara pernikahanmu?”
“......”
“Mwo..?!! Jeongmal??!
Syukurlah..”
Aku senang mendengar kabar
dari JongIn, bahwa pernikahannya dibatalkan karena orang yang seharusnya
bertanggung jawab atas Tiffany datang mengacaukan rencana liciknya.
“Aku harus segera memberi
tahu kabar baik ini pada Choi JinRi.”, seruku semangat lalu menyambar jaketku
dan bergegas ke rumah JinRi.
---
-Choi’s Family Home-
*Author POV*
“Sepertinya aku butuh udara
segar..”, lirih JinRi bangkit dari tempat tidurnya.
JinRi membuka pagar rumahnya,
dan menguncinya kembali. Ketika ia berbalik, JinRi terkejut melihat Kim JongIn
sudah ada di hadapannya.
“Oh.. Kim JongIn... Uhmmm,,
kenapa penampilanmu tidak rapi begitu? Pasti sudah selesai yaa?? Apa upacara
pernikahanmu berjalan dengan lancar? Selamat yaa...”, ucap JinRi memaksakkan
senyumnya sembari mengulurkan tangan kanannya di depan JongIn.
JongIn hanya tersenyum, tanpa
menyahut ucapan JinRi. Ia menyambut tangan JinRi, tapi bukannya menyalami
tangan JinRi, JongIn malah menarik uluran tangannya, hingga JinRi jatuh ke
dalam pelukannya.
JongIn memeluk erat tubuh
JinRi, sontak itu membuatnya sedikit terkejut. “Pernikahanku batal. Mulai
sekarang aku milikmu, JinRi-ya!”, ucap JongIn di sela-sela pelukannya.
JinRi tersenyum bahagia
mendengarnya, dan membalas pelukan erat Kim JongIn. “Rasanya lega sekali..”,
gumam JongIn mempererat pelukannya.
Tanpa mereka sadari, Lee
TaeMin sedang tersenyum pahit melihat mereka dari kejauhan. “Lee TaeMin, kenapa
kau begitu menyedihkan..?”, gumamnya. TaeMin menghela nafasnya, dan berlalu
meninggalkan pemandangan manis(?) itu.
---
-Dance Room-
*Author POV*
JongIn mengunjungi JinRi yang
sedang berlatih ballet. Ia bersandar di pintu masuk dance room, tanpa disadari
oleh JinRi. JinRi sedang berlatih keras, ia menggerakan tangan dan kakinya
dengan lentur.
“Sulli...”, gumam JongIn
mengingat selintas masa lalunya. Dance room itu, dan gerakan ballet JinRi
membuka memory lamanya.
“Aku... Aku belum bisa
menari..”
“Gwaenchanayo~ Kita sama-sama
belajar disini.. Kau anak baru kan? Siapa namamu?”,
“Sulli. Panggil saja aku Sulli.”
“Jadi dia gadis ballet itu...
Gadis Penguntit!! Itu kata TaeMin.”, gumam JongIn tersenyum senang berhasil
mengingat sosok Choi JinRi di masa lalunya.
JinRi yang sedang fokus
menari, menyadari keberadaan JongIn, hingga tumpuan kakinya tak seimbang dan ia
terjatuh.
“Aww!”, rintih JinRi
memegangi kakinya. JongIn tersadar dari lamunannya, dan segera menghampiri
JinRi.
“Gwaenchanayo??”, tanya
JongIn cemas. JinRi hanya tersenyum menanggapinya. JongIn menatapnya aneh.
“Wae?? Hahaha.. Hanya dengan
melihatku saja, rasa sakitmu hilang yaa..??!”, canda JongIn membuat pipi JinRi
memerah.
JongIn meluruskan kaki JinRi
dan memijatnya. “Sulli... Gadis ballet. Gadis penguntit..”, gumam JongIn masih
terfokus pada pergelangan kaki JinRi.
“Kau sudah mengingatnya??”,
tanya JinRi ragu-ragu.
“Tentu, Sulli-ya..”, jawab
JongIn tersenyum lembut.
“Oiya, aku ingat! Dulu aku
pernah menolongmu kan?? Aku pernah mengompres kakimu yang terkilir menggunakan
handuk ku. Kau belum mengembalikannya kan???!”, selidik JongIn.
Hal itu membuat JinRi semakin
malu, “Itu... Tenang saja aku masih menyimpannya dengan baik!”, jawab JinRi
sambil mengerucutkan bibirnya. JongIn tertawa melihatnya, dan mencubit pipi
JinRi gemas.
---
JinRi masih saja berkutat
memandangi wajah JongIn yang ada di hadapannya. “Terus saja memandangiku!
Puas-puaskanlah sampai energimu kembali!”, ucap JongIn terseyum jahil tanpa
menatap JinRi.
“Apa kau benar Kim JongIn
yang ku sukai selama ini..?! Aku tidak sedang bermimpi kan..?!”, sahut JinRi.
“Apa perlu aku membutikkannya
kalau ini bukan mimpi?!”, goda JongIn mendekatkan wajahnya pada JinRi.
Tiba-tiba ponsel JinRi
berdering. Ia segera mengalihkan perhatiannya dari JongIn dan mengangkat
panggilan masuk tersebut.
“Yoboseyo.. ChanYeol-i..”
“....”
“Mwo..??! Apa hanya aku saja yang
kau ajak?? Kalau iya, aku hanya akan menjadi pihak ketiga nanti..?! Uhmm..
Bolehkah aku mengajak seseorang??”
“.....”
“Jeongmal?? Baiklah.. Sampai
bertemu besok”
JinRi menutup telponnya,
JongIn memasang ekspresi ingin tahu. “Besok kau ada waktu kan?”, tanya JinRi.
JongIn mengangguk menjawab pertanyaan JinRi.
“Temanku, Park ChanYeol
mengajakku ke taman hiburan besok, dalam rangka menikmati kebebasan terakhir(?)
sebelum ia pindah ke asrama SMe. Tapi dia hanya bersama yeojachingu’nya, jadi
daripada aku menjadi pihak ketiga di antara mereka aku mengajakmu.
Eotteokhae??”, terang JinRi.
“Apa ini seperti double
date?? Uhmm,, boleh juga!”, jawab JongIn tersenyum lembut.
-Next Day-
*Author POV*
ChanYeol dan SooJung menunggu
JinRi di dekat loket. Mereka sama-sama menggunakan topi, agar wajah mereka tak
mudah tertangkap oleh mata pengunjung lain. Ketika melihat JinRi tiba dan
celingukan mencari keberadaan mereka, ChanYeol segera memanggil JinRi.
“Mianhe.. Menunggu lama
yaa...”, ucap JinRi menghampiri ChanYeol dan SooJung.
“hahaha.. tak apa! Aku sudah
membeli 4 karcis. Oh! Apa kau namjachingu Choi JinRi? Kenalkan, aku Park
ChanYeol.”, ucap ChanYeol ramah sambil mengulurkan tangannnya di depan JongIn
yang berada di samping JinRi.
JongIn menyambut tangannya senang,
“Kim JongIn imnida.”, ucap JongIn tersenyum ramah.
SooJung melipat tangannya di
depan, memandang tajam Kim JongIn yang ada di hadapannya dari ujung kaki sampai
ujung kepala. Kim JongIn pun merasa tidak nyaman dengan tatapan dingin SooJung.
ChanYeol yang menyadari sikap aneh SooJung yang tak kunjung memperkenalkan diri
segera menarik tangan kanan SooJung yang dilipat, “hehehe.. Ini yeojachinguku,
Jung SooJung imnida.”, ucap ChanYeol mencairkan suasana dan mengulurkan tangan SooJung ke hadapan
JongIn agar mereka bersalaman.
---
“JinRi-ya,, kau yakin dia
yang kau sukai??”, bisik SooJung pada JinRi. Mereka berjalan berdampingan.
Sedangkan JongIn dan ChanYeol berjalan di depan mereka sambil mengobrol
mengakrabkan diri mereka.
“Ne. Waeyo??”, sahut JinRi.
“Uhmm.. Aniyo,, hanya saja ku lihat dia memang bad boy. Kau harus bisa
mengaturnya, ne?!”, ujar SooJung.
“Hahaha.. Itu pasti!”, jawab
JinRi mantab.
---
Setelah bermain di beberapa
wahana, SooJung dan ChanYeol mengambil selca mereka.
-OnTheWay-
*Author POV*
JinRi dan JongIn pulang
dengan menumpangi bus, karena mereka pikir itu lebih efesien dan berkesan.
Sesampainya di kompleks rumah JinRi, mereka berjalan berdampingan, tapi mereka
terlihat sedikit canggung. Namun, akhirnya JongIn memberanikan diri menggandeng
tangan JinRi.
“Apa hari ini kau senang?”,
tanya JongIn.
“Sedikit.”, jawab JinRi
singkat. “Hanya sedikit??”, tanya JongIn lagi. Dan JinRi mengangguk.
“Wae??”, tanya JongIn
penasaran. “Entahlah.. Jujur saja, aku masih ragu dengan perasaanmu padaku,
JongIn-ah.”, ungkap JinRi.
“Apa yang harus ku lakukan,
agar kau yakin pada perasaanku sekarang?”, tanya JongIn.
“Uhmmm.. Apa kau benar-benar
sudah sembuh??”, tanya JinRi menatap JongIn menyelidik.
“Mwo??!”, sahut JongIn tak
mengerti.
“Nappeun namja...!”, ujar JinRi.
“Oh... Itu.. Sekarang aku
sedang berusaha menjadi namja yang baik! Demi kau, Sulli-ya..”, ungkap JongIn
tulus.
“Jinja?? Kalau begitu..
Maukah kau meminta maaf pada yeoja-yeoja yang pernah kau sakiti??”, tanya
JinRi.
“Mwoya??! Haruskah aku
melakukan itu..??”, keluh JongIn.
“Harus! Karena yang ku tahu
mereka sama sekali tak bersalah padamu, tapi kau malah menjadikan mereka sebagai
alat pelampiasan rasa sakitmu itu!”, terang JinRi.
“Huuhf.. Aku tahu.. Tak
seharusnya aku begitu.. Tapi, kecuali Tiffany ,ne?! Dia juga mempermainkanku
dan keluargaku..!”, ujar JongIn.
“Dia melakukan itu, karena
kau menyakiti hatinya. Jadi, tanpa ter-ke-cu-ali..! Dengan begitu kadar
kepercayaanku padamu akan meningkat 100%.”, jelas JinRi.
“Baiklah,, My Sulli..”, sahut
JongIn.
“Kenapa kau memanggilku
Sulli..??!”, tanya JinRi heran.
“Wae? Bukankah 5 tahun lalu
kau menyuruhku memanggilmu ‘Sulli’ saja..?! Itu panggilan sayangku untukmu..”,
rayu JongIn membuat JinRi tersenyum malu.
JongIn tertawa gemas,
“Hahaha.. Kau sungguh menggemaskan, Sulli-ya..”, ungkap JongIn mencapit(?) kedua
pipi JinRi.
Tanpa mereka sadari, ada 2
orang yang membuntuti mereka.
“Cepat bekap mereka!”, bisik
salah satu namja pada namja lain.
JongIn dan JinRi yang sedang
asyik bercanda dibekap oleh 2 namja itu, dan membawanya ke suatu tempat.
---
JongIn terbangun dari
pingsannya akibat obat bius tadi. Keadaannya sudah terikat tali di kursi yang
didudukinya. Matanya mencari-cari keberadaan JinRi. Dilihatnya JinRi yang
berada di sampingnya masih pingsan dengan kondisi terikat sama dengan dirinya.
JongIn berusaha melepas ikatan tersebut, tapi kekuatannya tidak lebih besar
dari ikatan tali tersebut. “JongIn...”, lirih JinRi mulai terbangun dari
pingsannya.
Tak lama kemudian, ada 2
namja yang masuk ke ruangan JongIn dan JinRi, ruangan yang lebih cocok disebut
dengan sebutan gudang.
“Apa kau masih ingat
denganku?? Aku LEE GIKWANG, ingin menyelesaikan urusan kita yang belum sempat
terselesaikan di bar pekan lalu.”, ujar salah satu namja yang bernama GiKwang
itu.
“Menurutku itu tak ada
masalah lagi.”, jawab JongIn tersenyum enteng.
GiKwang mengangguk remeh,
“Nyalimu besar juga yaa..?!”, sahutnya sambil beralih pada JinRi.
“HyunSeung-i, JunHyung-i,,
bagaimana gadis ini menurutmu??”, tanya GiKwang pada temannya yang lain.
“Uhmm,, not bad! Walau dia
tak seSeksi HyunA, tapi dia terlihat lebih manis.”, jawab HyunSeung menatap
JinRi licik sembari menyentuh pipi lembut JinRi.
“Jangan sentuh dia!!!”,
sentak JongIn tak terima melihat JinRi diperlakukan seperti itu.
“Diamlah!”, sentak GiKwang sambil
menjambak rambut JongIn, hingga kepalanya terjungkal ke belakang.
Tiba-tiba ada seseorang namja
lagi yang masuk, “Hyung.... Ada apa menyuruhku ke-ma-ri..??? Omona!!! GiKwang
Hyung!! Mereka teman sekolahku!”, kejut namja itu melihat JongIn dan JinRi
terikat.
“YoSeob-i, kau kan sudah
lulus dari SMA itu.. Jadi mereka bukan teman sekolahmu lagi. Sudahlah, ayo
bantu hyung memberi pelajaran pada mereka!”, ujar GiKwang sambil melepas
jambakannya dari rambut JongIn dan menghampiri namja yang baru datang itu.
“YoSeob...”, gumam JongIn
heran melihat teman sekelasnya dulu.
“Hyung... Aku sudah lama tak
berkelahi. Jadi perlu pemanasan.”, ujar YoSeob mendekati JongIn, dan
memposisikan dirinya di belakang JongIn.
YoSeob membungkukkan dirinya,
dan mendekatkan wajahnya pada JongIn sembari menepuk-nepuk pipi kiri JongIn,
“Kau tahu, kau itu teman yang menyebalkan!! Jadi mungkin akan sangat
menyenangkan jika aku memberimu sedikit pelajaran juga!”, ujar YoSeob tersenyum
sinis.
Tanpa GiKwang dan HyunSeung
ketahui, YoSeob berusaha melepas tali yang mengikat JongIn, hingga tali itu
terlepas. Walau begitu JongIn tak berkutik, pura-pura masih terikat.
GiKwang melepas tali JinRi,
dan membangkitkan JinRi dari duduknya, namun ia tak membiarkan JinRi bergerak.
Ia mencengkram kuat kedua pergelangan tangan JinRi ke belakang. GiKwang yang
berada di belakang JinRi, bisa dengan leluasa memandangi wajah manis JinRi.
“Kau yeoja yang benar-benar manis..”, bisik GiKwang membuat JinRi berkidik.
Tak hanya itu, HyunSeung
berada tepat di depan JinRi, “Akan lebih baik, jika kau menurut, yeppeo
yeoja..!”, ujarnya tepat di depan wajah JinRi dan hendak menciumnya.
Jelas itu membuat JongIn tak
bisa menahan amarahnya lagi, ia bangkit dari duduknya dan memukul keras
HyunSeung, hingga ia tersungkur. GiKwang sontak mendorong JinRi kasar hingga
terjatuh di , untuk membalas perbuatan JongIn. Namun sebelum ia memukul JongIn,
JongIn sudah lebih dulu mendaratkan pukulan kerasnya pada GiKwang.
Yoseob membantu JinRi berdiri,
dan melarikan diri. Setelah JongIn rasa GiKwang dan HyunSeung sudah K.O dalam
sekali pukulannya, ia segera melarikan diri bersama YoSeob dan JinRi.
JinRi kesulitan berlari,
karena lututnya terluka. Semakin ia berlari kencang, semakin deras(?) pula
darahnya yang keluar dari lututnya. JongIn tak tega melihatnya, akhirnya ia
menjongkokkan dirinya, dan menggendong JinRi di punggungnya.
---
“Hhhhh~ YoSeob-i, apa tidak
masalah? Mungkin hyung mu itu akan membunuhmu nanti?!”, tanya JongIn
ngos-ngosan terduduk di trotoar jalanan yang sepi, keringatnya juga mengalir
deras di wajahnya.
“Hhhh~ Gwaenchana.. Aku akan
melaporkan ini pada orang tuaku nanti! Agar ia mendapatkan hukuman!”, jawab
YoSeob.
JongIn tersenyum
mendengarnya, “Kau berbeda dengan hyung mu itu!”, ujarnya.
“Sebenarnya dulu aku
sepertinya, tapi sekarang aku sudah lebih dulu sadar!”, sahut YoSeob tersenyum
bangga.
“Gomawoyo~”, lirih JinRi
tersenyum menutupi rasa sakit di lutut dan sikunya.
“Ne! Gomapta, YoSeob-i!! Kau
pahlawan kami!”, ujar JongIn tersenyum.
“Hahaha... Ne! Aku pergi
dulu, aku harus menyelesaikan masalahku dengan GiKwang hyung segera! Annyeong!
Jaga diri kalian!”, pamit YoSeob.
“Sulli-ya, ayo kita ke rumah
sakit!”, seru JongIn sambil membatu JinRi untuk berdiri.
---
Sesampainya di rumah sakit,
lutut JinRi diperban. Dan siku JinRi hanya diplester luka, karena memang hanya
luka lecet. JongIn menelpon YuRi, agar menjemputnya di rumah sakit. Lalu ia
menghampiri JinRi yang masih terduduk di kasur pasien.
“YuRi noona akan menjemput
kita. Kita tunggu di luar rumah sakit saja yaa..”, ajak JongIn sambil memapah
JinRi.
Sebelum keluar rumah sakit,
JongIn menyelesaikan administrasinya dulu. Setelah itu mereka duduk di di
bangku taman yang tak jauh dari jalanan kota.
“Kalau waktu itu kau tidak
berdandan sok sexy, pasti kejadian ini tidak akan terjadi.”, gumam JongIn
membuat JinRi menundukkan kepalanya. Sebenarnya ia hanya menggoda JinRi.
“Mianhe..”, lirih JinRi.
JongIn tersenyum jahil.
“Kau tahu, Aku tidak suka
jika kau berdandan seperti itu!!”, ujar JongIn sambil mengerucutkan bibirnya.
“Lalu..?”, tanya JinRi
menatap JongIn.
“Aku lebih suka Choi JinRi
a.k.a Sulli yang seperti ini!! Yeoja manis yang sederhana, yang memiliki
kecantikan natural. Jadilah dirimu sendiri, Sulli-ya..”, ujar JongIn tersenyum
lembut menatap JinRi.
“Inilah Kim JongIn yang ku
suka!”, sahut JinRi membalas senyuman JongIn.
JongIn bahagia mendengarnya,
dan membelai lembut pipi JinRi, dan mendekatkan wajahnya pada wajah JinRi.
JinRi menutup matanya.
Tin..Tiiiin.. Suara klakson mobil yang berhenti di depan JongIn dan JinRi mengurungkan
niat mereka. “Hei, Kim JongIn..!! Choi JinRi...!!!”, teriak YuRi dari dalam
mobilnya pertanda menyuruh mereka segera masuk ke dalam mobil.
*JongIn POV*
Aku mengunjungi rumah Choi’s
Family, bukan Choi JinRi yang ingin ku temui, tapi aku ingin menemui kakak
sepupunya. Kebetulan JinRi sedang tak ada di rumah, ia sedang berlatih di
sanggar tari. Awalnya Choi MinHo menolak menemuiku, namun akhirnya ia luluh melihat
wajah tulusku.
“Aku tahu, aku tak pantas
menerima maafmu. Tapi tolong izinkan aku meminta maaf padamu atas semua
kesalahanku selama ini. Mianhamnida..”, ucapku sambil menundukkan tubuhku di
hadapan MinHo hyung.
“Apa maumu?”, tanyanya
dingin.
“Izinkan aku menjaga Choi
JinRi. Dan Aku ingin meminta maaf langsung pada Jung YoonA. Apa kau tahu dia
sekarang ada dimana? Tolong izinkan aku untuk menemuinya, Hyung..”, pintaku
tulus.
“Apa kau benar ingin meminta
maaf padanya??”, selidik MinHo hyung. Dan aku mengangguk mantab menjawabnya.
“Baiklah.. Dia sekarang ada
di Busan. Aku juga ingin mengunjunginya sebelum aku tinggal di asrama Sme.
Sebaiknya kita pergi bersama, aku akan bersiap-siap dulu.”, ujarnnya bergegas
ke kamarnya.
Aku tersenyum lega
mendengarnya, “Gomapta, Hyung!”, seruku.
---
-Busan-
*Author POV*
Choi MinHo dan Kim JongIn
tiba di Busan. MinHo sengaja langsung menuju tempat dimana YoonA berlatih
taekwondo. Dan benar, YoonA sedang berlatih taekwondo disana.
“YoonA-ya..”, panggil MinHo
membuat YoonA menoleh ke arahnya. “MinHo-ya!”, sahutnya menyambut senang
kedatangan MinHo.
“Sebelum aku pindah ke Asrama
baruku, aku ingin menemuimu dulu, karena setelah itu pasti akan sulit bagiku
untuk berkeliaran kesini.”, ujar MinHo tersenyum.
“Kau akan sangat sibuk?! Jaga
kesehatanmu, ne?!”, ucap YoonA.
“Kau berlatih sangat keras!
Lihat keringatmu! Hahaha.. Oiya, ada seseorang yang ingin menemuimu.”, ujar
MinHo. “Nuguya?”,tanya YoonA penasaran.
Sedetik kemudian ekspresi
senang YoonA berubah suram ,ketika melihat namja yang baru saja masuk ke dalam.
“Kau...!! Nappeun namja!!
Kenapa kau kemari?!!”, sentak YoonA.
JongIn segera berlutut di
hadapan YoonA. “Mianhamnida, YoonA noona. Aku kemari untuk meminta maaf
padamu.”, ucap JongIn.
YoonA terkejut melihat
JongIn, namja yang ia anggap paling buruk yang pernah ia temui sedang berlutut
di hadapannya mengemis maaf pada dirinya.
“Kau tahu, betapa sakitnya
perasaanku saat itu?!!”, isak YoonA.
“Mianhe, noona.. Mianhe.. Aku
sangat menyesal atas kelakakuan burukku selama itu.”, ungkap JongIn penuh
penyesalan.
“Aku memaafkanmu, jika kau
berubah menjadi namja yang baik.”, ujar YoonA.
“Aku bukan nappeun namja yang
seperti dulu lagi. Percayalah padaku, noona.. Gomawoyo kau menerima permintaan
maafku.”, ungkap JongIn.
---
Setelah meminta maaf pada
YoonA, JongIn bergegas kembali ke Seoul, yang membutuhkan waktu sekitar 3 jam.
Sesampainya di Seoul, aku
menemui SeoHyun noona di tempat tinggalnya.
Ketika SeoHyun membuka pintu
rumahnya, JongIn segera berlutut di hadapan SeoHyun. “Kim JongIn... Apa yang
kau lakukan..?!!”, kejut SeoHyun.
“Mianhamnida, SeoHyun
noona..”, ucap JongIn tulus.
“Aku sudah melupakan perasaan
sakit itu.”, sahut SeoHyun dingin memalingkan wajahnya dari JongIn.
“Aku sungguh menyesalinya,
tak seharusnya aku menyakitimu, SeoHyun noona. Mianhamnida..”, ungkap JongIn.
“Apa kau tulus melakukan
ini??”, selidik SeoHyun.
JongIn mengangguk, SeoHyun
menatap JongIn, dan ia menemukanp pancaran ketulusan di mata JongIn. “Aku
memaafkanmu.”, ucap SeoHyun membuat JongIn tersenyum lega.
---
Setelah meminta maaf pada
YoonA dan SeoHyun, JongIn juga meminta maaf pada yeoja-yeoja yang pernah ia
hancurkan perasaannya.
Dan yang terakhir adalah
Tiffany, namun ia mendapat kabar ,bahwa Tiffany sudah pindah ke Amerika bersama
nampyon’nya, Choi SiWon. JongIn hendak mengurungkan niatnya untuk meminta maaf
pada Tiffany, namun ia teringat pada kata-kata JinRi. Akhirnya ia menelpon
ponsel Tiffany, namun nomornya ternyata sudah tak aktif lagi. “Ternyata jodoh
kami sudah terputus. Hhaah~ Setidaknya aku sudah punya niat.”, gumam JongIn tersenyum
enteng.
-1week later-
*Author POV*
“Ayo! Katanya pesawatnya akan
berangkat 30menit lagi..!”, seru JongIn pada JinRi dan bergegas menstarter
mobilnya.
---
-Incheon Airport-
JongIn dan JinRi segera melangkah
cepat, mata mereka mancari-cari sosok namja yang akan meninggalkan Seoul. Tak
butuh waktu lama, akhirnya mereka menemukannya sedang terduduk dan menikmati
musik.
“Lee TaeMin..!!!”, teriak
JongIn. TaeMin tersenyum melihat sahabatnya sudah tiba, dan segera berdiri
menyambutnya.
“Hei!! Kenapa mendadak
begini, haa...??!!! Kita bahkan belum sempat mengadakan pesta perpisahan!”,
kesal JongIn pada sahabatnya.
“Hahaha.. Mianhe.. Aku juga
memutuskan ini secara mendadak.”, jawab TaeMin.
“Orangtuamu ada disana, Bahasa
Jepang mu juga cukup baik, jadi kau pasti bisa dengan cepat beradaptasi disana!
Belajar yang benar!! Jangan bermain-main saja disana!”, seru JongIn.
“Aku tahu! Memangnya aku ini
seperti kau!?”, remeh TaeMin.
“Hei! Apa kalian hanya
menganggapku patung?!”, keluh JinRi yang sedari tadi tidak dihiraukan oleh
JongIn dan TaeMin.
“JinRi-ya! Apa JongIn
memperlakukanmu dengan baik?! Kalau tidak, lapor padaku!”, canda TaeMin. JinRi
mengangguk dan tersenyum lembut pada TaeMin.
“10 menit lagi.. Sepertinya
aku harus bersiap-siap menuju pesawatku! JinRi-ya, ini..!”, ujar TaeMin sambil
memberikan sebuah buku diary tebal pada JinRi.
“Buku Diary ku..!!”, kejut
JinRi menerima diary itu.
“Kau menjatuhkannya di
perpustakaan. Mianhe.. Aku baru mengembalikannya.”, ucap TaeMin.
“Apa kau membacanya??”,
selidik JinRi.
TaeMin cengar-cengir
menanggapinya, “Iya, si gadis penguntit. Tapi karena membaca diary itulah aku
bisa merelakanmu.”, ungkap TaeMin.
“Gomawo, TaeMin-ah.”, ucap
JinRi tersenyum.
“Ne.”, sahut TaeMin membalas senyumannya,
lalu memeluk hangat JinRi.
“Hei!! Jangan peluk Sulli ku
lama-lama!! TaeMin-ah, Seharusnya kau memelukku lebih dulu...!”, keluh JongIn
melihat TaeMin dan JinRi berpelukan.
TaeMin terkekeh dan melepas
pelukannya, lalu beralih memeluk JongIn. “TaeMin-ah, sejak kecil kita selalu
bersama. Kenapa sekarang kau malah meninggalkanku??! Universitas di Seoul juga
banyak kan??!”, ujar JongIn di sela-sela pelukannya.
“Di Jepang aku akan lebih
banyak mendapatkan hal-hal yang baru. Kita sudah dewasa, sudah waktunya kita
mencari jalan kita masing-masing! Lagian aku akan kembali ke Seoul nanti.”,
terang TaeMin bijak.
“Ne, arrasseo. Aku akan
sangat merindukanmu!”, ungkap JongIn.
“Aku juga akan merindukanmu,
panda Afrika!”, canda TaeMin.
“Hei! Sebutan apa itu?! Tidak
masuk akal..!”, kesal JongIn melepas pelukannya.
”Hahaha... Mianhe~ Baiklah,
aku pergi! Jaga diri kalian baik-baik, ne?!”, pamit TaeMin melangkah menjauhi
mereka sambil melambaikan tangannya.
“Jangan lupa sering-seringlah
kabari kami!”, seru JongIn.
“Ne! Kalian juga!”, sahut
TaeMin.
---
Setelah ke Bandara, JongIn
mengendarai mobilnya menuju ke sebuah pantai yang membutuhkan waktu yang tak
sebentar untuk menuju kesana dari Seoul.
“Kenapa kita kemari??”, tanya
JinRi sesampainya di pantai yang cukup sepi.
“Kau tidak suka?”, tanya
JongIn.
“Aku suka!”, jawab JinRi
bergegas keluar dari mobil, dan berlari-lari kecil menuju deburan ombak. JongIn
tersenyum melihat tingkah yeojachingunya itu, dan segera menghampiri JinRi yang
sedang menikmati angin laut.
“Sulli-ya..”, lirih JongIn
sambil melirik JinRi.
“Uhmmm..”, sahut JinRi masih
memejamkan matanya menikmati angin laut. JongIn memanfaatkan keadaan itu, ia
segera merebut tas JinRi. Sontak JinRi terkejut.
JongIn berlari menjauhi JinRi
,lalu membuka tas itu dan mengambil buku diary’nya yang diberikan oleh TaeMin
tadi. “Kim JongIn,, kembalikan!!”, seru JinRi mengejar JongIn.
“Ini..!”, seru JongIn sambil
melemparkan tas’nya ke arah JinRi.
JongIn tertawa dan berlari
menjauhi JinRi lagi, sambil membaca buku diary yang ada di tangannya.
“JongIn-ah,, kembalikan buku diary’ku..!! Itu privasi!! Jangan dibaca..!!!”,
teriak JinRi sembari mengejar JongIn. Yaa terjadilah aksi kejar-kejaran di
antara mereka.
JinRi terduduk di pasir pantai,
ia kelelahan mengejar JongIn yang tak kunjung tertangkap olehnya. JongIn
tertawa jahil melihat JinRi menyerah dari kejauhan.
“Aku benar-benar namja yang
beruntung! Ini..!”, ujar JongIn duduk di samping JinRi dan mengembalikan buku
diary itu. JinRi menyahutnya kasar, ia kesal.
“Wae?? TaeMin juga sudah
membacanya! Masak aku tidak boleh?!!”, kesal JongIn juga.
“Karena diary ini berisi
tentang dirimu!”, sahut JinRi mengerucutkan mulutnya. JongIn hanya tertawa
melihat ekspresinya. JinRi semakin kesal dibuatnya, lalu ia memalingkan
wajahnya dari JongIn.
“Sulli-yaa..”, lirih JongIn
membuat JinRi menoleh ke arahnya. Chup~
JongIn mengecup bibir JinRi sekilas. “Saranghae~”, ungkap JongIn tersenyum
membuat JinRi menatapnya shock.
---
-OnTheWay-
“Mungkin sebulan ke depan aku
akan sangat sibuk.”, ujar JongIn memecah keheningan sambil tetap fokus pada
kendaranya.
“Jinja? Aku juga, aku harus
giat berlatih selama sebulan ini. Bulan depan aku akan mengikuti kompetisi
ballet, pada hari itu kau harus meluangkan waktumu untuk menyemangatiku, ne?!
Saat itu adalah penentuanku. Jika aku menang, maka akan terbukti kalau aku
adalah ballerina yang hebat.”, sahut JinRi.
“Entahlah.. Bulan depan
adalah peresmian diriku sebagai pewaris perusahaan. Mungkin aku juga sangat
sibuk.”, terang JongIn dengan nada menyesal.
“Uhmm.. Kalau begitu tak apa,
Kau harus bekerja keras! Hwaiting!! Aku akan selalu mendukungmu!”, seru JinRi
memberi senyuman semangat.
-1month later-
*Author POV*
Choi JinRi bersiap-siap di
backstage. Ia mengepalkan kedua tangannya di depan mulutnya, sambil sesekali meniupnya,
untuk menghilangkan nervous’nya. Mata JinRi mencari-cari sosok JongIn di bangku
penonton, tapi nihil.
“Gwaenchana... Kau pasti
bisa, Choi JinRi..!!!”, seru JinRi dalam hati meyakinkan dirinya sendiri.
CHOI JIN RI.. Nama JinRi disebut, ia
segera naik ke atas panggung dan mulai menunjukkan kemampuan balletnya.
Proook..Prook..prookk..prok.. Suara tepuk tangan penonton dan juri menggema
setelah JinRi menyelesaikan aksinya.
---
-BackStage-
“JinRi-ya, Chukkhaeyo~~!!!!”,
seru SooJung memeluk JinRi yang berhasil memenangkan juara I.
“Ne~ SooJung-i,, Nan neomu
haengboghaeyo..! Ini bukan mimpi lagi..!”, seru JinRi kegirangan.
“Selamat, JinRi-ya.. Ajumma
bangga padamu! Kau harus segera memberitahukan kabar bahagia ini pada orang
tuamu di Incheon!”, ujar Ny.Choi tersenyum bahagia.
“Ajumma... Gomawoyo~”, ucap
JinRi manja beralih memeluk ajumma’nya.
---
JinRi membawa karangan bunga
dan hendak keluar dari gedung pentas tersebut. Namun ada seorang namja yang
menghalangi jalannya. “Chukkhaeyo, Sulli-ya..!”, ujar orang tersebut. JinRi
tersenyum melihatnya, dan langsung memeluk namja itu.
“JongIn-ah...”, lirih JinRi.
“Aku tahu. Kau pantas mendapatkannya! Tadi aku melihat aksimu, walau sedikit
terlambat, tapi aku melihat tarian ballet’mu yang begitu indah itu..!! Kau
hebat!”, puji JongIn membalas pelukannya.
JinRi melepas pelukannya,
lalu memandangi JongIn dari segala arah. “Kau tak membawa apapun..??!”, tanya
JinRi.
“Uhmm... Memangnya apa yang
harus ku bawakan untukmu??”, tanya JongIn innoncent.
JinRi memandangi seorang
yeoja yang ada di sampingnya, yeoja yang mendapat juara III. Yeoja itu mendapat
beberapa karangan bunga dan bingkisan dari rekan-rekannya sebagai ucapan
selamat. JinRi memandangnya iri. “Setidaknya kau membawa bunga untukku..”,
gumam JinRi tanpa mengalihkan perhatiannya.
“Kau kan sudah
mendapatkannya.. Sekarang ayo kita rayakan kemenanganmu saja!”, sahut JongIn
sembari menarik lengan JinRi.
---
“Hhhaaah.. Katanya mau
merayakan kemenanganku, kenapa malah ke Sungai Han..?!”, tanya JinRi sambil
menghela nafasnya.
“Memangnya kau ingin
kemana??”, tanya JongIn.
“Makan. Aku lapar...”, keluh
JinRi manja.
“Aiiiissh!! Padahal aku ingin
sedikit romantis padamu..”, kesal JongIn.
“Mwo??! Romantis? Apa kau
sudah menyiapkan kejutan untukku??! JinRi membuka kaca mobil JongIn dan
celingukan melihat sekitar. “Tak ada dinner romantis. Sepertinya juga tak ada
lampu hias berbentuk lambang cinta.. Apa kau menyiapkaan kembang api yang
indah??”, tanya JinRi penasaran.
“Mwo??! Kembang api??!
Kekanak-kanakkan!!”, sahut JongIn.
“Lalu apanya yang
romantis???! Kau inii..!!!”, kesal JinRi karena tak ada yang spesial dari
JongIn untuknya.
JongIn tak menghiraukan
keluhan JinRi, ia malah keluar dari mobil dan bersandar di depan mobilnya
menikmati pemandangan indah pantulan lampu kota Seoul di sungai Han.
JinRi terpaksa mengikutinya,
dan bersandar di samping JongIn. “Bukankah pemandangan ini saja sudah sangat
indah..?”, ucap JongIn.
JinRi menyandarkan kepalanya
pada bahu JongIn, lalu mengangguk mengiyakan ucapan JongIn.
“Apa kau sudah membaca pesan
TaeMin??”, tanya JinRi.
“Sudah. Hahaha.. Akhirya ia
sudah menemukan penggantimu.. Katanya yeoja itu bukan asli Jepang ,ia mirip
dengan mu, namanya Choi JinMi.”, ujar JongIn.
“Ne. Dia bilang selama
disana, yeoja itu selalu menguntitnya. Akhirnya ia menemukan bunga
mataharinya..”, sahut JinRi.
“Syukurlah dia sudah
menemukan kebahagiaannya. Oiya, Namanya Choi-Jin-Mi ,hampir sama denganmu. Apa
dia saudaramu??”, canda JongIn.
“Hei! Aku ini anak
tunggal..”, jawab JinRi. “Arrasseo..”, sahut JongIn enteng.
---
“Sulli-ya...”, lirih JongIn.
“Ne?”, sahut JinRi sembari
menatap JongIn.
JongIn merogoh saku
celananya, dan mengambil sepasang cincin dari sakunya itu.
“Mana jarimu?!”, pinta JongIn
menarik pergelangan tangan JinRi dan memasangkan salah satu cincin itu pada
jari manis JinRi.
“Pakaikan untukku!”, pinta
JongIn memberikan cincin yang satunya lagi pada JinRi. Lalu JinRi memasangkan
cincin tersebut ke jari manis JongIn.
JinRi menatapnya tersenyum
penuh haru. “Apa ini yang kau sebut romantis??!”, tanya JinRi mulai menitikkan
air matanya. JongIn tersenyum lembut menatapnya.
“Cincin pasangan ini
menandakan kalau kita sudah bertunangan. Arrachi, calon Ny.Kim..??!”, ujar
JongIn. Air mata JinRi semakin mengalir. JongIn memeluknya hangat, dan membelai
lembut rambut JinRi. “Saranghae,, My Sulli..”, bisik JongIn. “Nado
Saranghaeyo..”, balas JinRi tersenyum bahagia.
..END..
Kim JongIn a.k.a Kai
Mereka yang mengejarku, bukan aku yang mengejar mereka. Aku
hanya memanfaatkan situasi itu, dan
melampiaskan rasa sakit yang pernah ku rasakan. Mungkin aku memang dilahirkan
untuk membuat para yeoja jatuh hati padaku.
But, Now and in the Future
Aku akan langsung mengeliminasi yeoja-yeoja yang hendak mencari
tempat di hatiku. Karena sudah ada satu, CHOI JIN RI, My SULLi.. Only One!
Choi JinRi a.k.a Sulli
Mungkin benar cinta itu buta. Tak peduli berkali-kali aku
menyangkalnya, tak peduli seberapa banyak namja-namja tampan dan lebih baik
darinya berlalu lalang di hadapanku, mataku dan hatiku hanya bisa melihatnya.
Rasanya seperti buta, ketika melihat namja lain, selain dirinya, KIM JONG IN,
matahariku.